FTV LIVE

296 16 0
                                    

“Mematok menikah hanya karena umur. Yaelah situ sehat! Noh agnes monica ajah sampai sekarang belum menikah padahal pakai label monica (mau nikah)”

-Reta-

Pulang dari kantor aku singgah di salah satu pusat perbelanjaan yang tak jauh dari tempat tinggalku. Biasanya untuk berbelanja ada beberapa list yang ku catat namun kali ini tidak karena belum sempat mencatat apa saja yang harus dibeli.

“Mungkin makan spageti, enak” gumaku dengan diriku sendiri karena lagi berada di bagian tempat instan

Sayur sudah, daging sudah, minuman sudah, mie instan sudah – batin ku sambil melihat belanjaan ku yang ada dikeranjang. Mengelilingi beberapa rak dan akhirnya aku singgah ditempat snack. Beberapa snack sudah berpindah tempat dari rak ke keranjang. Keranjang yang ku bahwa sudah full, aku pun berjalan menujuh tempat kasir dan di depanku ada beberapa orang juga yang masih mengantir membuat ku masih berjalan ke beberapa rak. Hingga akhirnya aku singgah di tempat es krim

Kasir yang tak lagi ditungguin beberapa orang belanja membuat ku berjalan cepat kearahnya yang tiba-tiba ada ibu yang deluan meminta kasir untuk menghitung belanjanya. Dengan sabar aku menunggu melihat belanja ibu yang didepanku trolinya penuh. Struk yang dihasilkan dari belanjanya panjang banget. Mungkin itu belanja untuk berbulan-bulan.

Di tengah melamunan ku suara kasirnya “Kak silahkan” mempersilahkan untuk aku maju kedepan. Mbak kasirnya memberitahukan beberapa hal yang promo dan ku gelengkan menandakan aku tak mau.

Setelah itu aku keluar membawa 2 kantong besar yang ku tenteng mengunakan 2 tanganku. Jarak yang tak terlalu jauh membuatku mengambil keputusan untuk berjalan kaki dan ternyata tidak dirasa tadi aku masuk ke pusat perbelanjaan sore sekarang sudah malam. Perutku yang aku isi sore berbunyi.

Aku singgah dirumah makan ayam geprek kremes tempat kaulah muda menghabiskan waktunya. Setelah aku memesan disuruh menunggu, hiruk pilu banyak orang ditempat itu membuatku tak nyaman. Ku rogo tas ku mengambil ponsel dan berselunjur di dunia maya melihat postingan artis-artis yang heboh dengan menposting foto lamanya.

“Kamu gila sya, 8 tahun kita menjalin dan seenaknya kamu minta putus” suara cowo dari orang yang duduk tak jauh dari tempat ku menunggu dan cewenya hanya diam tertunduk tanpa menjelaskan apa-apa. Aku yang tak mau ambil pusing masih tetap fokus dengan foto dan video yang di tampilkan di benda pintar yang ada di tanganku

Suara yang naik satu okta membuatku sedikit kaget dan melihat kearah keributan itu “Jawab sya, apa yang kurang dariku” cowo itu menunjuk dirinya dan sekelibas kenangan buruk mama dan papa terlintas begitu saja seakan berputar

“Kamu terlalu baik buat ku ga” jawaban cewenya membuat cowonya tak habis pikir hanya dengan mengeleng-gelengkan kepala

Batinku FTV yang kedua secara live ku lihat.

“Maaf kan aku ga, aku hamil dan ini anaknya sandi” cewenya memegang perutnya yang terliat dari posisiku masih datar

“Ahhh, kamu serius? Buat nyetuh kamu ajah aku mikir. Terus kamu datang bilang kamu hamil anaknya sandi dan anehnya sandi itu sahabatku sya” cowonya sudah menyimpan kepalanya di meja seakan tak kuat menghadapi situasi itu.

Beberapa waktu ada keheningan membuat sih cewenya meminum teh yang ada didepannya dan mungkin juga dia risih dilihat beberapa pengujung yang ada disini.

“Maaf kan aku ga, kamu terlalu baik buat aku. Aku yakin kamu dapat wanita yang pantas buat mu” sambil memukul bahunya dan berlalu pergi meninggalkan cowonya eh mantan cowonya yang masih terpaku dan tunduk menyadarkan kepalanya pada meja.

“Maaf mbak ini pesanannya” suara mas yang mengantarkan pesanku membuat aku tak memperhatikan ftv yang sedang siaran langsung itu. “Iya mas, makasih” menyerahkan uang kepada masnya dan aku berlalu begitu saja menuju tempat tinggalku.

“Gila sih cewenya yang lakuin selingkuh” aku bercakap dengan diriku sendiri setelah mendudukan diriku di sofa.

Belanja belum aku bereskan lantaran masih kepikiran tadi. Hingga akhirnya perutku berbunyi dan aku melangkah kaki ku kedapur membuka makan tersebut dan memakan dengan lahap walau masih kepikiran dengan kejadian yang tadi kusaksikan.

Deringan pada ponselku berbunyi. Aku mengangkatnya tanpa liat siapa yang menelpon karena tanganku masih bergerak kekiri dan kanan untuk menyimpan beberapa belanjaan yang sudah ada.

“Hallo assalamualaikum”

“Walaikumsalam adik kecilku” girangnya disambungan telpon dan ku ketahui kalo ini kakakku

“Hmm, Kenapa kak?” tanyaku dengan sedikit ketus karena dari suara kakak keduaku yang dibuat-buat manis berarti ada maunya.

“Kamu tuh yah ngga ada sopan-sopannya sama kakak” omelnya

“Iya deh, kenapa kakak ku sayang” jawabku takalah manis untuk memberhentikan omelannya.

“Gitu donk kan enak didengar. Oh iya kamu sudah dihubungi Andika ranjaya tidak?” tanyanya

“Andika ranjaya siapa kak?” tanyaku balik.

“Itu lho, cowo yang jadi suami mu nanti” jawabnya dengan cengegesan.

“Ada sih kak yang nelpon dan memperkenalkan dengan nama itu tapi, aku matikan” jawabku sambil mengingat telpon yang masuk yang aku pikir pak gojek yang ku pesan.

“He kamu matikan anaknya orang, siap-siap kamu dipenjara” dengan suara kaget yang langsung nyerocos seolah-olah aku membunuh manusia.

“Bukan orangnya kak, tapi telponnya” jelasku yang tak terima dengan tuduhannya.

“Bilang donk dari tadi hehehe” jeda beberapa detik sebelum dia bersuara “Oh iya kamu harus ngedate yah denganya maklum dia cowo berpotensial yang bagus untuk kamu jadikan suami lho. Kakak sudah liat fotonya cakep ko” Terangnya dengan panjang lebar.

“Mana cakep dengan suami lho?” tanyaku mengalihkan percakapan.

“Yah cakepan suamiku lah, eh tunggu kenapa? Kita bahas suamiku yang mau dibahaskan calon suami kamu yang potensial itu hehehe”

“Terserah kakak de” jawabku acuh.

Suara disebrang mulai mengarah ke percakapan yang serius “Mama, kakak dan semuanya minta secepatnya de, 2 bulan lagi kamu kepala 3 masa iya kamu tidak mau menikah hanya karena papa sih. Move on donk liat nie kakak dapat suami alhamdulilah jauh tuh dari papa jadi kamu harus buka diri donk de. Tidak semua ko cowo begitu---“ aku meletakan ponselku di bahwa dan tak mendengar lagi apa yang kak linda ucapkan selain “Tua sendiri tuh tidak enak lho de, aku sering liat mama menangis di kamarnya sambil liat foto kamu de”

Segitu salahnya kah? Jika orang memilih untuk tetap stay sendiri gumaku

Sebuah Trauma (Terbit) Tidak LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang