Malam pertama

1.3K 15 1
                                    

"Terlalu jauh kamu melangkah, sekeras apapun kamu mencoba hasilnya bakalan sia-sia. Lebih baik kamu menyerah dari sekarang."

-Reta-

Kebas begitu terasa pada bagian perut ku serta hembusan nafas yang hangat terkena di wajahku. Mataku perlahan demi perlahan ku buka dan menampilkan pemandangan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Seorang pria yang tertidur pulas sedang memeluk ku. Wajah tampan yang begitu mempesona membuat debaran jantungku mengila.

Jari telunjuk ku berkelana dari kening ke hidung sambil berucap "Aku takut kamu pada akhirnya akan menyerah" kini telunjuk berjalan kebibir nya yang tentunya seksi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jari telunjuk ku berkelana dari kening ke hidung sambil berucap "Aku takut kamu pada akhirnya akan menyerah" kini telunjuk berjalan kebibir nya yang tentunya seksi. Mata yang tertutup kini terbuka dan ku tarik tangan ku yang masih ada dibibirnya. Dia tersenyum begitu manis sambil bilang "Aku tak akan pernah nyerah"

Kesadaranku pun pulih membuat aku beringsur ingin melarikan diri namun ternyata sebelum aku bangun tangan ku sudah ditarik mengakibatkan aku kembali berbaring disampingnya. Aku yang mencoba kembali namun tetap juga gagal dan kini dia berada di atas badan ku. Badan ku seakan mati tak bisa digerakan. Juga bibirku yang mau mengomel-gomel sesuai pikiran tak bisa berbuat apa-apa selain diam.

Diam, itu yang kita lakukan sekarang dengan posisi yang ekstrim bagi ku

"Jangan bilang dia minta haknya, apalagi ini malam pertama. Tidak, tidak aku belum siap" pikirku sambil mengeleng-geleng kan kepala.

"Kamu berpikir kotor yah?" godanya.

"Berpikir kotor apa?" pura-pura ngga tahu apa yang dia maksudnya.

"Ini kan malam pertama kita tapi sudah pagi" jelasnya.

"Terus kenapa?" tanyaku yang masih tetap tak peduli.

"Aku mau minta hak ku, gimana?" tanyanya balik

Kedua tanganku yang berada di dadanya membuatku lebih muda mendorong badannya namun bukanya dia pindah tapi, malah terjatuh dan bibirnya tertempel di bibirku. Hingga kian beberapa detik bibir itu hanya menempel dan saling pandang memandang tanpa ada yang hendak menyelesaikannya.

Suara dering pada ponselku akhirnya menyesaikan tragedi ini. aku mendorongnya dan akhirnya dia pindah dari badanku. Aku lekas berdiri mengambil ponselku.

Tanpa melihat siapa yang memanggil ku arahkan jariku mengeser tombol icon hijau dan setelah itu tampilan pada ponselku menampilkan semua wajah keluargaku juga keluarga dika.

"Hallo Ta, gimana malam pertamanya?" tiba-tiba lutuk ku lemas dan aku duduk di tempat tidur. Dengan Dika yang langsung memeluk bahuku dan menjawab pertanyaan dari sebrang telpon "Yah sukses lah Kak" jawabnya di barengi dengan senyuman.

"Astaga keluarga itu kompak banget" batinku.

Semua orang disebrang sana cekikilan melihat kami berdua dan aku yang masih terpaku diam tak tahu mau jawab apa. Ayahnya Dika berbicara dan mengakhirnya seolah kasian pada ku yang wajahnya sudah seperti kepiting rebus menahan malu.

Setelah video call berakhir Dika langsung masuk kekamar mandi tak lupa mengusap kepalaku dengan lembut dan aku berdiri berjalan keluar seolah denting jam dinding yang hanya bersuara dan ku lihat ternyata sudah menunjukan pukul 07:00 pagi. Didepan pintu aku memegang bibirku dan takalah hebat dengan jantungku yang berlompat-lompat ria.

Sebuah Trauma (Terbit) Tidak LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang