“Meyakinkan mu tak semudah kubayangkan. Namun, dengan berjalannya waktu kamu akhirnya yakin juga kepada ku”-Dika-
Gerakan kecil itu membuat ku terbangun “Ta” panggilku saat menetralkan padangan ku kamu yang masih sibuk memindahkan tangan ku yang ada di perutmu.
“Mas tangannya donk” ucapnya dengan pelan sambil memegang dengan erat bagian selimut yang menutupi badannya. Aku yang melihat tingkahnya berniat untuk menjailinnya dengan tambah mengeratkan pelukan ku padanya.
“Mas” rajunya dengan manja dan aku hanya menutup mataku.
“Aku mau pipis Mas” ucapnya lagi dan aku merengakan pelukan ku “Balik dulu” perintahnya.
“Untuk?” tanyaku soh tak tahu apa yang diperintahkan dan tak lupa mengangkat alis ku.”Ish Mas, malu” aku terbahak-bahak mendengar dia memberi jawaban sambil menutup mukanya dengan kedua tangannya.
“Ngapain malu, aku sudah lihat semua. Apalagi tai lalat yang---“ kalimat ku yang belum sempurna terputus karena kini bantal guling yang berada di sampingnya berpindah menutup muka ku dan aku sempat memindahkannya namun di tahan olehnya “Sebentar Mas” aku hanya berdiam beberapa menit hingga akhirnya “AKHHHH” suara kesakitan terdengar.
“Sakit?” tanyaku saat berada di depannya dan dihanya memakai kemeja putihku yang menutupi paha putihnya sedangkan aku hanya menggunakan boxer. Anggukan kecil nya membuat ku merasa bersalah.
“Mas turun nih” saat dia aku gedong dia bersuara dan menegang secara bersamaan. Ketakutan begitu terlihat jelas pada wajahnya dan aku hanya diam membawahnya ke bathup.
Ku letakan dia di bathup lalu tanganku dengan lihay membuka kancing kemeja yang melekat di badannya. Pada kanci ketiga tangan ku di hentikan olehnya entah dia baru sadar atau apa yang jelas mukanya terlihat merah. “Kenapa?” tanyaku karena dia tak bicara.
“Malu” jawabnya dengan suara yang lebih rendah semacam tikus kecepit.
Lucu dan mengemaskan.
Tangan ku kembali membuka dengan perlahan dan dia yang tadinya menunduk kini mendongang dan tatapan kita bertemu hingga akhirnya bibir kami bertemu kembali entah siapa yang memulainya.
Kalo biasanya aku mandi hanya beberapa menit kini berbeda. Penyatuhan lagi-lagi kita lakukan hingga akhirnya kita berada pada puncaknya.
Setelah aktivitas itu kita putuskan untuk tetap berada di tempat tidur.tanpa niat untuk beranjak kemana pun kecuali meminta untuk pihak hotel mengantarkan sarapan ke kamar. Posisi yang saling menempel membuat aku tak bisa bergerak kemana-mana. Wajah yang pulas begitu indah terpapang jelas tak jauh dari pandanganku.
Cacing yang berada di perutku sudah memberontak minta diisi namun tak kunjung ku lakukan. Karena, ada rasa tak tega untuk mengusik tidurnya yang begitu tenang dan damai.
Tak ada pergerakan yang begitu hebat saat kamu tidur melainkan hanya bergumah tak jelas dan meraba bagian dadaku. Ada getaran yang sulit ku jelaskan hingga akhirnya aku harus menahan rasa pengeng menerkammu kembali. Gerakan mu sungguh membuatku harus menahan semuanya dan aku memilih memandang wajah mu cukup lama hingga akhirnya membuatku kelelahan dan akhirnya aku juga ikut memejamkan mataku.
Entah ini sudah jam berapa. Gorden masih tertutup rapih dan kegelapan benar-benar mengisih ruangan ini. tak ada cahaya dari mana pun yang muncul membuatku terkagum-kagum dengan tidurku yang pulas dan tentunya lama. Tangan yang berada di perutku membuat senyum ku mengembang sempurna.
Mengapa tidak? Sebuah kelelahan membuat kita lupa untuk beranjak dari posisi nyaman ini.
“Ta” panggilku membangunkannya dan ku cium semua wajah mu dari segalah sisi namun kamu hanya bergeming tampak enggan membuka mata mu.
Hingga akhirnya ku arahkan bibirku untuk melumat bibir mu dan tak lama tatapan kita bertemu walau dalam kegelapan.
Ku lepaskan tautan bibirku dari bibirmu dan tersenyum sambil mengusap pipimu dengan lembut.
“Bangun yuk, aku lapar” ucapku sambil duduk menyalahkan senter pada ponselku. Bergerak mencari sakral lampu dan berlalu ke kamar mandi. Keluar dari kamar mandi aku melihat mu duduk di pinggir ranjang dan hendak masuk ke kamar mandi lantas aku memegang tangan mu hendak membantu namun “Ngga apa-apa Mas aku bisa”
Dan aku melihat kamu berjalan tertatih-tatih masuk ke kamar mandi dan aku memutuskan untuk keluar setelah melihat mu hilang dari balik pintu kamar mandi. Memesan makanan dan menyiapkan lalu duduk di depan meja makanan menunggunya.
“Mas” panggilnya saat berada di depan ku.
“Sudah selesai?” tanyaku dan dia menganggukan kepalanya. Makanan yang sudah tersedia membuat kita berdua melahap dengan keterdiaman dan tentunya nikmat.
“Mas pulang yuk” ajaknya saat makanan yang ada di piringnya sudah kandas tak tersisa. Aku hanya menatapnya lantas menganggukan kepala.
Perjalanan yang di tempuh untuk kembali kerumah tidak membutuhkan waktu lama namun, aku memutuskn untuk mengajaknya bermalam mingguan sebelum akhirnya kembali kerumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Trauma (Terbit) Tidak Lengkap
RomancePernikahan yang di impikan semua umat namun tak di impikan oleh dua orang asing itu yaitu Amerta Uratmi dan Andika Ranjaya. Memiliki trauma membuatnya tak ambil pusing dengan umur yang selalu bertambah. Namun lingkungan yang selalu punya keyakinan b...