Kekecewan mu

506 14 0
                                    


“Terbuai, dan benar aku terbuai bukan terhadap janji manis mu tapi, karena perlakuan mu yang manis kaya gula jawa”

-Reta-

Inside itu sangat menakutiku hingga akhirnya aku tak tahu harus ngapain. Selain minta maaf dan mengakui apa yang ku lakukan adalah kesalahan besar. Walaupun di satu sisi aku merasa lega dimana Rasyid sudah mengikhlaskan ku walau aku tahu ada luka besar dari pancaran matanya serta ciuman itu.

Benar saja aku terbuai

“Ta”

“Iya Mas” jawab ku dengan posisi yang masih sama. Melihat cahaya yang ada dibawah bukan bintang namun deretan kendaran baik mobil dan motor saling berlalu-lalang untuk sampai tujuan masing-masing. Berdiri diteras kamar hotel sambil melihat pemandangan adalah hal pertama aku lakukan saat masuk dikamar hotel ini. Benar-benar menakjutkan.

Pulang kantor Mas Dika menjemputku membawahku ke salah satu hotel yang ada dikota ini dengan dalih untuk mengunakan voucher yang di berikan Kak Linda kepada kami. Namun, aku tahu bahwa voucher itu sudah hangus dari 3 bulan lalu. Tapi, untuk menebus rasa bersalahku tentang kemarin maka aku mengikuti maunya tanpa bertanya dan membocorkan apa yang aku tahu tentang voucher tersebut.

Buyar cerita ku kini karena sebuah tangan kokoh melingkar sempurna dibagian perut ku dan kepalanya kini dia rebahakan dibahuku. Hembusan nafas pada leherku membuat ku deg-degan tak karuan dan aku tak bergerak sama sekalih dari tempatku.

“Ta, kamu mau coba kan?” tanyanya tampah mengubah posisinya dan aku hanya mengangguk menjawabnya sambil mengukir senyum pada wajahku yang aku rasa kemerahan entah lah ini malu atau apa yang jelas dia tak melihatnya.

Kini posisi ku dibalik olehnya. Tatapan itu muncul lagi tatapan yang selalu aku rindukan. Teduh dan menghangatkan mungkin itu gambaran yang cocok untuk tatapannya.

“Mas” panggilku dengan suara pelan karena masih tak tahu dengan tatapan yang diberikan kepada ku. Dia berguma dan aku berbicara lagi “Tidak apa-apa m—“

sebelum kalimatku terucap sempurna benda lembut menghentikan kalimatku dan mataku terbelalak melihat bahwa dia mendaratkan bibirnya tepat di bibirku tanpa aba-aba untuk kesekian kalinya. Sensasi ini muncul lagi perutku seakan dikelilingi oleh kupu-kupu yang  berterbangan menimbulkan kebahagian yang jelas-jelas membuatku ingin lagi karena sensasi yang luar biasa.

Respon tubuh yang seperti ini sedikit banyak aku hindari.

Beberapa detik bibir itu hanya menempel tak bergerak setelah mataku ku tutup dengan lihaynya dia mengerakan dan mengigit bibir bawah ku setelah peri yang ku rasa pada bibir bawahku aku membuka mulut ku. Dia mengabsen satu persatu deretan gigiku dan seakan belum puas lantas dia bermain dengan lidahku pula. Aku yang tak tahu hanya mengikuti permainnya yang mengerakan walaupun tak semahir dia.

Nafas yang sudah hampir habis membuat kita berdua melepaskan tautan itu.

Tatapan tendu dan menghangatkan kini berganti dengan tatapan gairah yang begitu terpanjar dari kedua matanya...

“Ta” panggilnya dengan suara paruh karena nafas yang sedikit dan aku hanya menatapnya “Kita akan mencobanya” ku anggukan kepalaku dan ku yakin kan diriku bawah apa yang kulakukan adalah sebuah kebenaran. Setelah 6 bulan hidup bersama aku tak menjalankan kewajibanku yang semestinya dan dia tak pernah marah dan memaksa ku untuk menjalankan nya.

Dia pantas – pikirku

Entah bagaimana ceritanya aku sudah berada dikasur king size dengan dia berada di atas ku.

Semua begitu indah saat dia menempelkan kembali bibirnya dibibirku. Dia berlalu dari bibir kini menjelajah ke bagian dada membuka baju kemeja berwarna putih yang ku pakai ke kantor pagi tadi dan belum sempat aku mengantinya. Tinggal sebuah penutup dada berwarna hitam yang kontraks dengan kulit putihku yang masih belum dibukanya. Dia kembali lagi bermain pada bibirku sambil satu tangan kanannya membuka pengait bra ku dan tangan kirinya mengusap dengan lembut pipiku.

Melayang kelangit ketujuh mungkin adalah suatu gambaran kecil dari aktivitas malam ini.

ketakutan yang tergambar dari gerak tanganku yang mencakar pungungnya membuat aktivitas nya berhenti perlahan dan mata kami bertemu kembali “Ta, kalo belum siap kita akhir saja” dengan suara serak dan dia beringsut dari atas badan ku.

Sebelum dia sempurna turun aku mengeratkan pelukan ku pada badannya sambil mengeleng.

“Mas”panggilku dengan suara jauh lebih serak dibandingkan dirinya “Kita boleh coba lagi ngga mas?”

Beberapa detik kerutan didahinya terpapang jelas karena jarak yang sangat dekat aku dapat menyaksikan kerutan itu. Tak ada jawaban namun bibirnya kembali tertempel dengan lembut dia membuat ku kembali terangsang dan mengikuti alur mainnya.

Sakit yang luar biasa pada titik pusat antar kedua pahaku membuat lagi-lagi tanganku mencakar tubuhnya dan dia kembali menatapku sambil menghentikan pergerakannya untuk menembus dingding pada bagian itu. “Sakit?” tanya nya dan aku hanya mengangguk sambil mengigit bibir bagian bawahku

“Ta, jangan di gigit nanti luka lho” ucapnya. Spontan aku tak mengigit lagi “Good girls” sambil mengusap bibir bawahku dan dia melakukan perlahan demi perlahan hingga akhirnya aku mengelurkan air mata.

“Tahan sedikit lagi yah Ta”

Aku hanya diam dan dia melakukannya dengan jauh pelan dari sebelumnya hingga akhirnya sakit itu kini berubah dengan kenikmatan juga desahan yang keluar dari mulutku.

Ada pancaran senyum yang terukir di wajahnya begitu pun dengan wajah ku karena tertular olehnya. Benar-benar kenikmatan itu membuat kita berdua lupa hingga akhirnya detik berubah secara cepat di barengi dengan suara desahan demi desahan yang keluar dari mulut kita masing-masing membuat kamar yang di tempati ini menjadi saksi bisu tentang permainan kita.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebuah Trauma (Terbit) Tidak LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang