Suprise

310 17 0
                                    

“Hati ku bergetar entah itu karena mu atau karena ciuman mu”

-Reta-

Semenjak malam itu aku terus menghindar bukan tanpa alasan tapi, beribu-ribu alasan yang membuatku yakin untuk tetap menghindarinya. Aku tak sekuat itu untuk tetap stay berdiri bagaikan tidak terjadi apa-apa. Getaran itu sangat hebat hingga aku pun tak tahu apa yang membuat hatiku bergetar hebat!

Menghitung jam menginjak kepala 3 dan kemungkina tak ada yang spesial untuk kali ini selain ucapan selamat dari keluarga dan teman-teman dan aku pun tak akan berharap lebih.

Aku tak pernah seperti ini sebelumnya. Keluar dari track reckor ini adalah hal yang luar biasa bagiku. Berlari tanpa henti tak kunjung ku lakukan pula, entah kenapa? Aku hanya menghindar tapi tak lari. Apakah kamu sehebat itu bisa merobokan dinding yang ku bangun dalam hidupku?

Suara deringan dari telpon di mejaku terdengar begitu nyaring dan membuatku berhenti dari pikiran ku.

“Hallo”  jawabku

“Bu Amreta ada tamu yang mau ketemu”

“Siapa?” tanyaku mencoba mencari tahu

“Saya kurang tahu Bu, karena saya tak bertanya cuman katanya penting”

Setelah itu aku mengakhiri sambungan telpon dan berlalu meninggalkan ruangan ku dengan tumpukan kertas yang masih beta berada di meja kerja. Entah bagaimana malam itu membuatku benar-benar kacau, kacau yang luar biasa. Gimana tidak aku sedikit kesal dengan tingkahnya yang tak juga mencoba membujukku, apa membujuk? Dasar wanita yang seenak jidatnya, dia yang menghindar namun dia pula minta di bujuk.

Geleng-geleng kepalaku karena tingkah ku yang tak bisa aku tebak.

Dentingan pada kotak persegi ini yang membawaku untuk kelantai dasar berbunyi, membuat ku harus mewaraskan pikiran ku kembali. Bukan hanya itu letupan pada hatiku semakin tak karuang hanya karena memikirkan malam itu.

Reta, are you okay? Batin ku

Diruang tunggu ini. aku hanya melihat satu orang yang memposisikan dirinya menghadap keluar dan aku tak tahu apa kah orang yang mau bertemu ku dia atau yang lain. Aku berjalan ke resecption untuk mencari tahu mana orang yang mau bertemu dengan ku. “Ca” panggilku kepada reception yang bername tag caca.

“Ibu Amreta? Yang tunggu ibu ada di ruang tunggu” jelasnya “Yang mana?” tanyaku karena cuman melihat satu orang yang berada disana dari postur tubuhnya pun aku tak pernah tahu itu siapa.

“Perempuan yang berpakaian warna peace itu Bu” tunjuknya pakai dagu karena ruang tunggu yang tak jauh dari meja resecption.

Angguku dan aku berjalan ke arahnya

Siapa? – pikirku yang terus mencari tahu siapa yang pengen bertemu dengan ku.

“Hmm” dehemku dan dia berbalik.

“Maaf dengan Mbak Reta?” tanyanya dan aku hanya mengangguk. Dia berjalan duduk di sofa yang di sediakan oleh kantor

Dari penampilannya aku dapat simpulkan bahwa orang ini bukan orang biasa dimana mulai dari penampilan dari bahwa sampai atas mengkilat dan tentunya bermerk. “Sudah penilainya?” tanyanya kepadaku yang sibuk menilai penampilannya. Aku terdiam dan sedikit kaget dengan suara itu. Apa dia cenayang yang tahu kalo aku sedang menilai.

Pertemuan ini cuman berlangsung hanya sekitar 15 menit dimana kebanyakan dia yang mengambil alih pembicaraan. Kalo di bilang introgasi mungkin benar dan aku tak tahu apa inti yang mau di ambil dariku kecuali menanyakan “Apakah benar kamu istri pak dika?”

Sebuah Trauma (Terbit) Tidak LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang