Luka itu

296 14 0
                                    

"Berdamai dengan masalah lalu adalah cara yang mujarab, untuk menyembuhkan luka. Kalo tidak percaya coba saja"
-Dika-

Sepercik rasa yang tak biasa. Melihat mu begini. Seakan ada palu yang menghantam keras hatiku. Rasa nya sungguh sakit... kamu terlalu hebat untuk menutup semua dengan rapat walau sudah berlalu cukup lama.

Dan berkata kamu baik-baik saja

Aku sudah tahu semuanya, yah semuanya berat apalagi pada saat kamu mencerikannya walau tak sempurna aku sungguh memaklumin itu dan hari ini aku menyaksikannya.

Mungkin jikalah aku yang berada di posisi mu. pasti aku tak kuat dan menyerah begitu saja. Tapi, kamu tidak.
Kamu mencoba bangkit dan terus bangkit walau pada akhirnya kamu belum bisa menerimanya.

“Mas” kamu memanggilku mengantarku dari pikiran kacau tentang keadaanmu “Aku di mana Mas?” tanyamu setelah mata kita saling menatap.

“Kamu ada dirumah Ta” jawabku dan raut wajahmu yang tadi khawatir kini berubah menjadi kelegaan “Kamu mau minum Ta?” sambil menyodorkan air putih yang ku simpan tak jauh dari tempatnya  tidur. Tangan ku masih mengenggam, berharap dengan genggaman ini kamu kuat menghadapi semuanya.

“Sudah enakan?” tanyaku saat kamu selesai minum, kamu mengangguk.

Ku baringkan diriku disamping mu. saling berhadapan dan lagi-lagi suara tangisan mu yang menyapahku hingga akhirnya aku menarik mu kepelukanku dan ku biarkan kamu menangis sambil tanganku yang satu mengelus rambut mu dengan lembut.

Sebelum aku membawah mu pulang. Aku sempat bertukar nomor dengan orang yang kamu panggil Papa dan dia meminta ku untuk mengatur pertemuan kamu dan dia. Namun, melihat mu begini rasanya tak tega.

“Menangis lah Ta, aku akan tetap disini” ucapku terhentih “Bersama mu dan mengenggam tangan mu”

Bukannya diam, Reta malah menangis tersedu-sedu membuat ku sedikit kelipungan. Mencoba memutar otak bagaimana agar dia berhenti setidaknya jikalau anak kecil di belikan permen atau mainan pasti diam. Nah ini bukan anak kecil lagi tapi, anak besar hahaha.

Kuputuskan untuk menciumnya mulai dari keningnya, kedua matanya, hidungnya terus turun ke bibirnya. Tangisnya reda membuat ku sedikit bernafas lega.
Ada rasa asin pada ciuman kita berdua. bukan karena kita makan makanan asin melainkan karena air mata mu. Sungguh lucu, bukan?

Ku akhiri ciuman ini dan memeluknya kembali serta mengusap lembut kembali rambutnya. Nafas teratut menghembus menerpa bagian dadaku yang tertutup dengan kaos. Aku melihatnya dan ternyata dia sudah terlelap

Dering ponsel di atas bantal membuat ku meraba mencarinnya hingga akhirnya ku temukan benda pipi berwarna hitam itu. Sebuah pesan chat dari kak linda

Kak linda
Reta kenapa? Kenapa kamu bertanya tentang itu.
Reta belum cerita?
Apa dia ketemu Papa?
Dia pingsan.
Atau hanya memandang kosong saja?
Bagaimana keadaannya?

Rentetan pertanyaan yang dikirim dari Kak Linda membuatku berspekuasi tinggi tentang hubungan keluarga istriku. Memang Reta pernah cerita bahwa keluarganya. Keluarga broken home, keluarga broken home tapi aku tak tahu sejauh ini luka yang di torekan dari keluarga yang tak utuh itu.

Ku putuskan untuk mengirim balasan meminta waktu Kak Linda buat menjelaskan semuanya lebih terperinci lagi dan tentunya mendalam. Tak lama dering ponselku berbunyi kembali bukan karena pesan yang masuk namun, sebuah panggilan dari orang yang ku minta penjelasan.

Ku pindahkan secara perlahan kepala Reta dari tangan ku yang dia jadikan bantal. Namun, sempat dia terusik hingga akhirnya aku memukul-mukul pantatnya seperti seorang bayi. Tak lama dia sudah bisa menyesuaikan tidurnya memeluk guling dan sebenarnya aku tak rela guling mengantikan ku. Karena seharunya masih aku yang dipeluk dengan berat hati aku mengikhlaskannya dan berjalan ke arah ruang kerjaku.

Ponsel yang ku pegang memperlihatkan sudah tiga kali panggilan itu tak ku angkat. Membuatku sedikit meringis takut lantaran aku yang meminta untuk berbicara namun, aku pula yang tak mengangkatnya. Akibat Reta dan ketidak ikhlasku meninggalkannya.

Tut tut tut
Langsung tersambung “Hallo, assalamualaikum Dika, Reta kenapa?”

“Walaikumsalam Mbak, maaf baru telpon balik. Alhamdulilah Reta baik dan sekarang dia tidur”

“Reta ketemu papa?” tanyanya dengan suara yang sedikit gelisah.

“Iya Mbak” setelah jawabanku ada keheningan di antara kita berdua.

“Mbak?” panggil ku yang ketiga kali baru dia bersuara “Iya Dika”

“Jadi kenapa Papa dan Reta, sebenarnya mbak. Reta pernah cerita namun, sampai titik keluarga broken home saja?” tanyaku yang sudah penasaran.

Ada hembusan nafas sedikit gusar sebelum akhirnya dia berbicara “Papa selingkuh dan itu sudah berlangsung lama tanpa kami ketahui” lagi-lagi ada jeda dengan menarik nafas untuk melanjutkan kalimatnya “Diantara kami bertiga Reta lah yang paling dekat dengan Papa. Reta selalu mengidolahkan dan menjadikan Papa sebagai cinta pertamanya”

Ku sandarkan pungung ku pada kursi kerja ku “Hingga akhirnya tepat pada saat pengumuman pelulusan menegah pertama Reta, Reta pulang membawah piala dan dia persembangkan untuk cinta pertamanya namun, bukannnya dia memberi kejutan tapi malah dia yang di berikan kejutan. Papa membawah selingkuhannya dan juga anaknya kerumah. Dan sungguh dewi fortuna tak berpihak kepada Reta. Reta menyaksikan semua pertengkaran itu. Pertengkaran Papa dan Mama”

Aku masih diam mendengarnya tak tahu harus berkomentar apa.

“Sejak itu hidup Reta tak sama lagi, Reta yang dulu anak ceria berubah jadi pendiam dan acuh kepada siapapun termasuk dirinya. Kami sempat mau membawahnya ke psikiater melihat dia yang begitu namun, dia selalu bilang di baik-baik saja”

Jujur ada rasa sesak, saat semua ku ketahui dan aku memberitahu Kak Linda tentang Papanya yang minta ketemu Reta dan dia juga sangat mendukung untuk penyembuhan Reta.

Pantas saja Reta tak mau terikat dan tak mau percaya kepada siapa pun lantaran cinta pertamanya yang hancur dan tentunya menganggap semua laki-laki sama.

Ku kirimkan pesan buat mertua ku untuk bertemu dengan Reta.

Semua akan baik-baik ajah, ada aku reta-gumaku terhadap diriku sendiri.

------ Yah, ternyata sesakit itu yah. Cinta pertama memberi luka ------
Dan naasnya waktu lama tak menjamin buat sembuh🤔

Sebuah Trauma (Terbit) Tidak LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang