"Masa lalu bisa jadi pengalaman agar kita tidak salah melangkah, namun juga bisa jadi hantu yang terus menerus hadir dan buat kita tak percaya yang namanya masa depan"
-Reta-14 tahun lalu
Seorang gadis, yang ku yakini diriku berlari pulang membawah piala besar dan sebuah amplop dibelakang piala itu. Seragam putih yang berubah warna karena coretan kata lulus dan tanda tangan dari teman-teman ku... Aku berlari dengan girang sambil berteriak "Ma, Pa, adek pulang" tak ada suara dari dalam membuat ku berteriak kembali. Sebelum sampai diruang keluarga aku mendengar pecahan dari benda kaca jatuh dengan keras BRUKKK
Aku tak mikir panjang berjalan lebih cepat ke ruang keluarga. Melihat pertengkaran yang begitu hebat dengan suara sahut menyahut tanpa ada yang mau mengalah. Mereka belum menyadari keadaan ku. Hingga akhirnya mataku tertujuh pada wanita muda kira-kira seumuran dengan kakak pertama ku dan disampingnya ada anak kecil laki-laki berumur sekitar 2 atau 3 tahun tepat dipungung papa. Aku belum pernah melihat pertengkaran ini sebelumnya karena papa selalu menjadi suami yang wow di mata ku buat istrinya yaitu Mama. Maka dari itu aku selalu bilang akan menikah dengan sosok cinta pertama ku seperti papa "My hero"
"Apa yang kurang dari ku Pa?" mama bertanya ke Papa dengan suara keras campur nangis yang hebat.
"Maaf kan aku Ma" Papa berlutut dikakinya mama
Aku benar-benar sok ternyata apa yang ku pikirkan tadi tentang ini benar. Aku yang sudah lemas tak kuat memegang piala itu dan menjatuhkannya. PRAKKKKK
Semua orang yang ada disana melihat ku dengan wajah kaget."Dek" panggil nya Papa padaku. Aku hanya tersenyum berjalan kearah kamarku seolah aku tidak apa-apa.
Sesampainya di kamar aku mengunci kamar dan menangis dengan diam. Aku memukul diriku sendiri seolah-olah mereka berdua bertengkar karena aku "Bodoh kamu Ta, bodoh" hikss... tak lama pintu kamar diketuk oleh papa "Dek, Papa minta maaf" hingga akhirnya tak ada lagi suara.
Aku terbangu "Husshh ternyata mimpi" badanku penuh dengan keringat dingin dan ku langkahkan kaki menuju ke kulkas untuk mengambil air.
Jam masih menujukan 3 subuh karena tak bisa tidur aku membuka laptop dan menulis kisahku yang tertundah. Selain aku bekerja dikantor retail produk siap saji sebagai manajer, aku juga freelance sebagai penulis sebenarnya menulis kalo aku bilang bukan pekerjaan tapi hobi yang bisa dinikmati dan tentunya dibayar hehehe.
Satu persatu kalimat tersusun indah hingga akhirnya bab terakhir. Aku pun mengirim di penerbit untuk di terbitkan... dengan judul "Diary anak broken home" senyumku terus terukir karena dengan begini aku bisa menyuarakan apa yang di rasakan anak dari orang tua nya berpisah, mungkin tak semua anak terluka tapi kebanyakan anak trauma dengan berbagai hal misalnya aku, aku benci dengan orang yang berteriak marah entah itu bukan ke aku atau ke aku. Aku akan bisa nangis dan histeris cuman karena itu bukan kah itu menyedihkan? Yah sangat menyedikan sampai-sampai banyak yang beranggapan bahwa aku gila.
Tidak terasa waktu sudah menujukkan jam 6 pagi rutinitas dimulai dari memasak sampai dengan siap-siap untuk kekantor. Masakan yang ku buat adalah masakan simpel omlet dan minumannya susu untuk menambah stamina agar sampai sore.
Memakai kemeja bermarwa nude dengan tatanan ala kantoran setiap hari membuatku terbiasa untuk siap-siap. Kali ini aku tak memakai mobil kesayangan ku lantaran waktunya mepet, ku takut kan jalanan macet sehingga aku telat.
Ponsel ku berdering yang ku yakini bahwa mas gojek yang menelpon "Hallo pak sudah dimana? Aku sudah berada di depan sesuai titik yah pak"
"Maaf mbak Amreta ini aku Andika ranjaya ----" sebelum dia memperkenalkan lebih lanjut aku sudah memotongnya.
"Haa, maaf mas mungkin salah nomor" aku yang sedikit gusar karena panggilan lain masuk, sebelum andika-andika itu memperpanjang obrolannya aku matikan dan ku angkat telpon yang masuk kembali dengan nomor yang berbeda.
"Hallo mbak saya sudah di depan" runtuhnya pas sambungan telpon tersambung
"Iya pak, aku pakai baju warna nude" jawabku dengan menyebutkan warna baju yang aku pakai untuk lebih memudahka
"Oke mbak" putusnya "Dengan mbak amreta?" tanyanya setelah gojek singgah di depan ku"Iya pak, sesuai aplikasi yah pak" dengan mengendarai kendaraan roda dua ini sampai kantor lebih cepat terus kalo dipikir-pikir "Jangan bilang ini tuh yang akan di jodohkan denganku"
"Iya mbak kenapa?"tanyanya pak tukang ojek kepada ku karena mendengar suara ku.
"Tidak pak" masa iya aku curhat sama pak tukang ojek ini terus ku pukul jidat ku reta-reta harus fokus donk!!! Menyemangati diri
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Trauma (Terbit) Tidak Lengkap
RomancePernikahan yang di impikan semua umat namun tak di impikan oleh dua orang asing itu yaitu Amerta Uratmi dan Andika Ranjaya. Memiliki trauma membuatnya tak ambil pusing dengan umur yang selalu bertambah. Namun lingkungan yang selalu punya keyakinan b...