“Semua orang akan selalu menunggu akhir cerita. Apakah cerita itu happy ending atau sad ending”
-Reta-
Bermalam minggu dengan mu “Mau nonton apa?” tanya mu saat aku masih asik melihat poster penanyangan film yang akan di putar saat ini.
“Hmm, gimana kalo nanti kita cerita hari ini Mas” tunjukku sambil menyebutkan judul filmnya dan dia hanya mengangguk dan berjalan ke tempat pembelian karci dan aku hanya berdiri melihat punggung lebarnya berlalu di balik kerumunan yang sama-sama mengantri. Setelah beberapa menit seorang anak kecil berlari memeluk kakiku dan aku tunduk melepaskan pelukannya lantas menyapahnya “Hai”
Dan dia hanya nyegir ala anak kecil versinya “Nama kamu siapa?” tanyaku dan dia menjawab dengan centil “Cerry ante”.
Anak kecil berpipi gembul itu dengan lihaynya menarik tanganku duduk dan aku mengikutinya. “Ama ante siapa?” tanyanya saat kita berdua sedang duduk.
“Tante Reta” jawabku sambil mencubit pipi gembulnya “Cerry kesini sama siapa?”
“Sama unda”
“Terus bundanya mana?” tanyaku yang bingung tentang keberadaannya. Yang berada di kerumunan sendiri dan dia hanya mengedipkan bahunya seolah berkata “Engga tahu”
Rasa kasian menjalar di tubuhku bagaimana tidak anak sekecil ini berpisah dengan ibunya di tempat ramai. Dan tiba-tiba anak kecil itu berdiri lalu berteriak “Unda” aku pun mengikuti arah panggilannya dan terlihat seorang wanita dengan raut wajah khawatir yang terpancar.
“Kamu dari mana sih de” suara wanita itu sambil memeluk anaknya “Maaf yah mbak kalo Cerry merepotkan” ucap Mama Cerry Yang tidak enak.
“Ngga ko mbak, cerry anak baik” jawabku sambil duduk dan mempersilahkan mama Cerry untuk duduk juga bersama kami.
“Ade sudah tahu nama tantenya?” mama cerry bertanya kepada Cerry dan dengan lugunya Cerry menjawab “Tahu donk, ante reta unda”
Mama cerry tersenyum dengan jawaban yang di berikan oleh anaknya. Setelah perkenalan yang singkat itu dan ku ketahui nama mama Cerry itu Risky aku hanya tersenyum melihat obrolan mama dan anak yang super duper menghangatkan. Sekalih dua kali aku memberi jawaban atas pertanyaan mama Cerry yang di lontarkan untukku.
Mama Cerry ku perkirakan berumur dengan kakak pertama ku. Dilihat dari segi apapun wanita keibuan ini betul-betul hangat menjawab setiap ocehan anaknya.
Keluarga harmonis-pikirku
Dering ponsel berbunyi begitu nyaring mengantarku dari pikiranku tentang keluarga Mbak Risky. Mbak Risky mengangkat panggilan pada ponselnya. Suara samar-samarku dengar bahwa suaminya akan menyusul kesini.
“Kenapa Mbak?” tanyaku pada Mama Cerry pada saat sambungan telponnya berakhir dan dia tersenyum sambil menjawab “Ngga, Papanya Cerry mau kesini mbak”
Aku hanya mengangguk
“Ta” tepukan pada bahu ku dan suara itu membuat ku menengok. Disampingku sudah berdiri Mas Dika dengan kedua tangannya berisi popcorn dan juga minuman cup. “Sudah Mas?” tanyaku pada mas dika dan dia hanya mengangguk. Lalu seolah dari matanya bertanya “Mereka siapa?”
“Oh, iya Mbak ini Mas Dika” aku memperkenalkan mas Dika kepada Mama Cerry dan juga Cerry.
“Risky mamanya Cerry” Mama Cerry berdiri sambil mengulurkan tangan dan disambut oleh Mas Dika “Dika mbak, suaminya Reta”
Ada sensasi yang luar biasa saat Mas Dika memperkenalkan ku sebagai istrinya.
“Ade kenalan sama omnya dulu” Mama Cerry memerintahkan Cerry untuk memperkenalkan dirinya kepada Mas Dika. Cerry berdiri mengulurkan tangannya lalu mencium tangannya Mas Dika “Cerry om”
Dan dika mengembangkan senyumnya “Cerry mau ini?” Mas Dika bertanya pada Cerry sambil mengangkat makanan yang berada di kedua tangannya.
Lagi-lagi senyumku mengembang melihat sikap Mas Dika terhadap Cerry. Muka datar itu tak ada lagi selain senyum hangat yang menenagkan. Membuat anak-anak yang berada disekitarnya merasa tenang tanpa harus takut dengan orang baru.
“Mas” panggilku
“Kenapa?” tanyanya seolah bingung dengan tanganku yang berada di tangannya seolah melarangnya memberikan makanan itu kepada Cerry “Mbak risky, Cerry bisa minum begituan”
“Bisa ta, cerry tahun ini sudah menginjak 4 tahun” terangnya Mama Cerry saat aku bertanya. Juga Mama Cerry tak lagi memanggilku dengan sebutan mbak melainkan Reta atau Ta seperti Mas Dika kalo memanggil karena mengingat umurku dibawah darinya.
“Tuh kan boleh” Mas Dika bersuara sambil memberikan Cerry satu cup minuman dan juga pop corn, tak lupa juga Mas Dika memberikan minuman yang satunya kepada Mama Cerry tapi, sempat di tolak namun, kita berdua bersikuku untuk memberikannya dan bilang kalo kita berdua gampang perihal membeli minuman kembali.
“Kalian tinggal dimana?” Tanya Mama Cerry kepada kami berdua.
Sebelum aku atau Mas Dika menjawab pertanyaan Mama Cerry. Cerry berteriak dengan memanggil “Papa” sambil kembali berdiri di atas kursi dan kami semua menenggok melihat siapa yang cerry panggil.
Rasa sesak itu menjalar.
Ini hanya mimpi-gumaku yang tak jelas dan ku katakan pada diriku sendiri.
Tangan Mas Dika ku genggam dengan erat, papanya cerry maju lebih dekat dan lebih erat juga ku genggam tangan Mas Dika. Mas Dika mulai khawatir dengan genggaman dan juga raut wajah yang ku tampilkan.
“Ta, kamu kenapa?” tanya Mas Dika yang sedang duduk disampingku dan aku hanya diam tanpa mau menjawab.
“Pa, kenalin ini Reta dan Mas Dika yang tolong Cerry” suara Mama Cerry menjelaskan apa yang terjadi pada Papa Cerry yang baru sampai langsung mengedong cerry karena cerry merentangkan tangannya untuk minta digendong dan di sambut luar biasa oleh papanya.
Seperti slow emotion di film-film Papa Cerry melihat aku dan Mas Dika yang lagi duduk dan dia langsung terbelalak sambil memanggil ku “De”
“Papa” panggilku dengan suara bergetar dan tak lama semua terasa gelap begitu saja.
------
Tunggu nextnya yah...Cup-cup-cup
Mata Reta lagi bengkak tuh.
Kasian amat... Amat ajah ngga kasian😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Trauma (Terbit) Tidak Lengkap
RomancePernikahan yang di impikan semua umat namun tak di impikan oleh dua orang asing itu yaitu Amerta Uratmi dan Andika Ranjaya. Memiliki trauma membuatnya tak ambil pusing dengan umur yang selalu bertambah. Namun lingkungan yang selalu punya keyakinan b...