“Dramatis, mungkin satu kata ini cocok mengambarkan proses akad nikah ku yang ditodong begitu saja”
-Dika-
“
Sah” semua orang yang berada disini mengucap tiga huruf itu dengan semangat membuatku sedikit berginding ngeri karena setelah pengucapan serempak itu status ku berubah yang tadinya single kini jadi suami.
Sekatan pada ruang itu menampilkan perempuan bergaun penganting putih yang sekarang statusnya sebagai istriku.
Satu kata yang muncul saat melihatnya yaitu “Alhamdulila” sangat tidak mengecewakan karena aku juga punya rasa pada perempuan yang beberapa minggu itu hadir dihidupku. Setelah dia berada didepanku mc meminta agar dia mencium tanganku. Dengan kaku dia mengambil tangan kanan ku dan dia menciumnya.
Senyuman dibibirku kini mengembang sempurna.
MC berbicara lagi meminta aku mencium kening Amreta dan aku melakukannya. Proses ini berjalan lancar tanpa hambatan apapun dan saat ini aku menikmati makan bersama istri ku.
Hmm iya, istriku
“Assamualaikum istriku” untuk yang pertama kalinya setelah kita sah menjadi suami istri. Baru aku berbicara dengan muka tanpa senyum dia cuman bergumang tapi, seakan suara gumananya semacam cicit yang tak terdengar jelas.
Aku pun mulai kasian pasti dirinya sama denganku. Dipaksa tanpa tahu kalo harus ganti status di hari ini juga. Dia memakan dengan lahap tanpa peduli bahwa lipstik yang dipakai akan hilang, sikap cuek saat aku mengenalnya tak ada berubah. Tapinya yang wow luar biasa cantik tentunya.
Mama dan yang lain menghampiri kita yang masih duduk diam menikmati hidangan yang ada. Mengucapkan kata selamat dan tentunya di barengin cie-cie yang begitu membosankan yang ku dengar. Stella, stevan dan april berlari kearah kami sambil berteriakin namanya kita masing-masing dan saat berada di depan kami dia langsung memeluk kita secara bersamaan.
“Om, om baik jadi suami mama reta yah” tanya april dengan lucunya memangilku dengan sebutan om baik.
“Iya april” ku jawab sambil mengusap kepala april. Stella dan stevan yang masih di pangkuan ku hanya bengong melihat april yang berbicara lancar seakan orang dewasa.
“Mama reta cantik” pujinya april pada amreta “Makasih april ku, april juga tak kalah cantik” jawabnya dengan memeluk April.
Kakaknya Amreta yang baru aku tahu tadi datang juga mengampiri kita “April, jangan ganggu mama reta dan om donk” ada jeda beberapa detik dan menarik April yang masih duduk dipangkuan Amreta “Sini, kamu panggil ade Stella dan Stevan pergi ketaman. Ajak main yah” April, Stella dan Stevan berteriak kegirang dengan perintah dari kakaknya Amreta.
Mereka bertiga sudah berlari keluar dan kakaknya Amreta bersuara lagi “Ciee congratulation yah. Ini hadiah dari aku dan Mas Ray” sambil memberikan amplop yang ngga aku tahu isinya apa.
“Apaan sih kak, besok kan aku mau balik “ Amreta bersuara dengan ketus dan tak bersahabat.
“Iya itu juga voucher hotel di tempat rantau mu ko, kalo gitu aku kesana dulu mau liat tamu yang lain” setelah menyelesaikan kalimatnya dia berlalu pergi dan aku tahu juga bahwa amplop yang aku pegang berisi sebuah voucher hotel untuk menginap.
“Kamu kapan balik?” tanyaku
“Hmm malam ini, kamu kapan?” tanyanya balik pula tampah embel-embel Mas lagi dengan muka asem.
“Sama ajah dengan kamu” jawabku dan mengusap kepalanya sambil berlalu meninggalkannya.
Aku ketempat ibu dan keluarga lain yang berkumpul. Aku membisik ibu “Bu, malam ini aku pulang yah”
“Apa?’ ibu kaget dengan memelototiku
“Amreta harus balik Bu, kan besok senin jadi dia harus masuk kerja” jawabku menceritakan tentang masalah Amreta.
Dan ibu tersenyum “Iya deh, yang penting bulan depan kalian ambil cuti buat refrensing sekalian bulan madu jangan kerja mulu yah supaya ibu cepat nimbang cucu dari kamu” ibu memberikan izin dan tak lupa dia mengingat untuk kembali lagi bulan depan sekedar refrensing dan juga bulan madu agar dia cepat nimbang cucu dariku.
“Oke bu” sambil membentuk jari-jariku berbentuk oke tanpa mempermasalahkan permintaannya untuk memberikannya cucu.
“Anak ibu dan ayah sudah jadi suami, tanggung jawabnya berat lho kak. Kamu harus bisa lewati yah kak. Jangan jadi suami yang nyebelin” ibu menasehatiku.
“Iya bu, makasih yah.. doain kakak yah buat jadi suami seperti ayah. Yang membahagiakan istrinya dan tentunya keluarganya”
Ibu meneteskan air matanya dan mengenai tanganku yang mengengam tangan ibu. Ku usap air mata yang ada di pipinya sambil bilang “Aku sayang ibu”.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Trauma (Terbit) Tidak Lengkap
RomancePernikahan yang di impikan semua umat namun tak di impikan oleh dua orang asing itu yaitu Amerta Uratmi dan Andika Ranjaya. Memiliki trauma membuatnya tak ambil pusing dengan umur yang selalu bertambah. Namun lingkungan yang selalu punya keyakinan b...