"Jika sakit ini tak mau hilang, harus kah aku bagaimana?"
-Dika-Selesai mengantar reta aku melajutkan mobilku kearah kantor. Alih-alih harus istirahat kini aku harus menghendel beberapa hal yang kursial jika di tumpuk kan. Aku mempunyai usaha dibidang pengiriman dan memiliki 5 cabang, usaha ini sudah berjalan semenjak aku masih kuliah, merintis dari nol membuatku tahu betul bahwa apa yang namannya jatuh bangun dalam bisnis ini tentunya.
2 jam lagi kantor akan berakhir dan aku masuk saja dengan sesuka hati. Maklum pemilik
Beberapa karyawan mengucapkan "Selamat sore pak" dan aku hanya mengangguk saja. Kebanyakan pasti sudah paham tentang trek rekorku menjadi pemimpin yang dingin dan tak suka basa basi.
Melihat tumpukan kertas yang ada di meja tak lantas membuatku berpikir kesitu melainkan pikiranku masih bertujuh kepada wanita yang tadi, yah dia reta janda beranak satu atau apalah, aku tak tahu tentang statusnya karena aku tak bertanya.
Entahlah aku tak pernah begini sebelumnya hanya ada mila di kepala ku tapi, kali ini berbeda.
"Eh gila bos sudah datang" ini suara rendy temanku sekalian tangan kanan ku untuk mengurus bisnis ku
"Hmm" jawabku
"Bos ole-oleh mana nie?" tanya dengan antusias
"Ada di bagasi, sana ambil sekalian bagi dengan yang lain ren" sambil menyerahkan kunci mobil "Oke bos makasih yah" setelah itu dia mehilang dibalik pintu dan aku tak tahu harus memulai dari mana lagi untuk bekerja pemikiran ku bertujuh masih pada wanita yang ku tunggu sampai 10 tahun lamanya ini.
Waktu itu pas aku mau wisuda yang harusnya dia hadir atau setidaknya memberikan selamat padaku namun tak kunjung datang. Aku menunggu mulai berhari-hari, berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tapi dia tak kunjung datang padahal hubungan kita sedang baik-baik saja. Semenjak itu semuanya seakan berubah... aku macam orang bodoh yang melampiaskan waktuku hanya bekerja tanpa kenal waktu. Cinta itu membuatku jadi orang bodoh
Sebelum dari itu tepatnya pas 5 tahun saat mencoba melupakannya, aku dapat kabar bahwa ternyata diwaktu wisudaku dia lagi mengadakan pertunangan dengan salah satu anak orang terkaya dikota metropolitan ini. Memang aku akui dia wanita yang cantik dan siapa pun bisa jatuh hati padanya dengan paras wajah yang mendukung. Aku yang terlalu sibuk menghabiskan waktu ku untuk mencoba bangkit ternyata harus jatuh lagi karena mengetahui info itu.
Hingga akhirnya di tahun ini tepat 10 tahun dimana aku masih menunggunya. Aku masih pengen mengetahui apa yang menyebabkan dia meninggalkan ku.
Rendy tiba-tiba masuk dan foto yang ku pegeng terjatuh "Cieeelah bos, masih ajah berharap"
Aku yang kesal dengan dia yang tiba-tiba masuk "Bisa tidak masuk ketuk pintu?" tanya ku dengan dongkol
"Yaelah biasa juga gini dik" panggilan bos sudah berubah jadi dik secepat itu tergantung dari mulutnya yang mau panggilannya apa dan aku tak mau ambil pusing
Dia yang sibuk membongkar oleh-oleh "Oh yah dik, tadi di mobil aku dapat bros cewe nie" memperlihatkan bros kupu-kupu yang dia bilang
"Punyanya siapa yah? Jangan bilang kamu abis antar cewe tak mungkin kan pak arif yang bawa cewe kemobil---"
Sebelum dia menghabiskan ocehannya aku mengambil bros yang di pegang dan duduk di depannya "Berisik lho ren"
"Tapi kalo kamu yang bahwa cewe, baguslah berarti ada perkembangan. Takutnya gosip yang kamu pencinta sesama jenis itu benar lagi hahaha" suara tawanya mengelegar diruangan ini
"Teman macam apa sih lho" bantal sopa yang ada di sampingku mendarat di mukannya dan tawanya berhenti sejenak
Dering ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk "Sorry dit, aku balik dulu yah"
"Ada masalah?" tanyaku sedikit khawatir
"Biasa istri aku kangen" ejeknya dan aku mengingatkan kalo ini m asih jam kantor "Ini masih jam kantor"
"Yaelah tinggal 20 menit lagi dit, turun kebahwa ajah sudah 20 menit" jelasnnya "Kamu mau gaji----" sebelum aku menyelesaikan kalimatku dia memotong "Dasar perjaka tua" runtuhnya mengomel di tempat dan aku mulai tersingung "Apa kamu bilang?"
"Dika cakep hehehe" dengan cengirannya "Besok dendri ulang tahun keempat kamu datang yah" ajaknya "Tapi, ada syaratnya" dengan menaikan alisnya
"Syarat?" aku bergeming mengulang kata syarat
"Harus bawa pasangan hahaha, kalo ngga yang ngga bisa masuk donk"
"Yah udah aku titip kado ren"
"Yah ngga boleh gitu donk rendri maunya kamu hadir" ini lah dia selalu bawa-bawa nama anaknya "Usaha ke" tantangnya "Bahwa dinda tu, klien kita yang suka banget sama kamu"
"Dinda?" tanyaku yang sedikit bingung nama yang di sebutkan
Terangnya menyebut dari perusahan apa bu dinda tersebut "Iya ibu dinda Pt. Sari laut itu"
"Oh" jawabku yang sudah tahu ibu centil yang beda 6 tahun dengan ku yang terang-terang bilang suka pada ku. "Dik aku pusing nie, kamu kurang apa sih" dia melihat dari kaki sampai wajahku lalu geleng-geleng yang aku tak tahu maksud nya itu
"Ganteng iya, kaya iya, sayang keluarga iya dan pastinnya setia iya, tapi ko belum ada gandengan yah hahaha" persis ketawanya yang pertama mengelegar. Sebelum bantal sofa kedua ini mendarat ke wajahnya kembali dia sudah berlari hingga di depan pintu "Kalah tuh sama aku yang undah punya rendri dan kalo pulang gini bisa bereksprimen sesuai tontonan hahaha"
"DASAR BOCAH KEMPLUNG" teriak ku
___Next part___
Boleh ngga sih, bayangin muka Dika gini?
Hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Trauma (Terbit) Tidak Lengkap
RomancePernikahan yang di impikan semua umat namun tak di impikan oleh dua orang asing itu yaitu Amerta Uratmi dan Andika Ranjaya. Memiliki trauma membuatnya tak ambil pusing dengan umur yang selalu bertambah. Namun lingkungan yang selalu punya keyakinan b...