Lobi

262 14 1
                                    


“Aku dan dia hanya sahabat. Tak lebih!”

-Reta-


Tak heran saat ini aku merasa benar-benar menjadi wanita. Dimana semua jauh lebih indah dari sebelumnya. Dimana aku bisa bersandar dan menceritakan apa yang kurasa tanpa harus khawatir lagi karena ada kamu yaitu suami ku.

Rutinitas yang sama dengan tawa dan tak lupa kebahagian namun, di satu sisi aku benar-benar kehilangan sosok sahabat yang bisa saja menjelma jadi teman, saudara bahkan sebagai ayah yang menghilang begitu saja.

Tak ada lagi canda tawa yang biasa dia lakukan kepadaku. Tak ada lagi orang yang tiba-tiba ke apartement membawa makanan tengah malam dan tak ada lagi orang menunggu ku saat lembur. Entah tuhan berencana apa mempertemukan kita pada akhirnya. 

“Syid” panggilku saat melihat Rasyid berjalan tak jauh dari ku menuju keparkiran tempat mobilnya berada, entahlah Rasyid tak mendengarku atau pura-pura tak mendengar. Aku berlari mengejarnya dan setelah berada di belakangnnya aku memegang bahunya.

“Syid” dan kamu seolah mengangkat alis mu sebelah tanpa berkata namun seakan bilang “Jangan begini Ta?”

Tanpa menunggu lama aku mendaratkan pelukan ku dan dirimu hanya diam tanpa bergerak sama sekali. “Aku kangen kamu” setelah mendengar omonganku kamu memeluk ku jauh lebih erat seakan kamu tak mau melepasan ku.

Kita berdua diam tanpa kata
Ft
Beberapa detik akhirnya pelukan mu merengang “Kamu kemana saja? aku mencari mu” tanyaku karena kamu tak kunjung bicara melainkan tersenyum dan mengusap lembut rambutku.
 
Aku menangis tersedu-sedu karena lagi-lagi kamu hanya diam.

“Syid jangan diam ajah donk” rajuku.

“Ta” panggilmu dengan lembut dan perlahan melepas tanganku yang ada di badanmu. Aku hanya mengangguk karena masih tersendak-sendak oleh tangisan ku sendiri “Jangan nangis” ucapmu sambil menghampus air mata ku yang ada di pipi.
 
Kamu menarik tanganku mengarah kemobilmu.

Di dalam mobil kita hanya diam kembali tanpa ada suara sama sekali. Kamu menjalankan mobilmu entah tujuannya kemana dan aku tak bertanya.

Segukan masih ada Namun, tak sehebat tadi.

Setelah sampai yang aku yakinin ini adalah tempat parkiran apartement mu. Kamu membuka seatbelt mu dan menghadap kepada ku begitu pun diriku. Muka tegang mu kini berubah dengan senyum yang terukir. Senyum yang selalu ku rindukan.

“Ta” panggilmu setelah berdiam lama dan aku hanya melihat mu tanpa tahu harus jawab apa.

“Kamu bahagia?” tanyamu dan ku anggukan kepala ku lantas senyummu berubah jadi mendung. Dengan muka tak suka kamu berbicara “Syukurlah” ada jeda yang cukup lama dan kita masih tetap saling pandang. “Boleh aku meminta sesuatu untuk terakhir kalinya Ta?”

Aku hanya menganggu dan kamu menarikku hingga mukamu serta mukaku tak berjarak. Entah apa yang ada dipikiranku aku menutup mataku namun, tak ada yang terjadi hingga beberapa detik berlalu dan kamu bersuara “Ta, rasanya ada yang beda dan aku tak tahu mulai dari kapan ini rasa muncul” kelopak mataku kini terbuka mendengar apa yang kamu ucapkan “Jangan buat ku menyesal Ta, karena jika kamu bahagia aku pun akan bahagia. Cukup yah Ta” kini tangan mu mengusap lembut tanganku yang bertengker di pahaku.

tangan mu yang semula mengusap tanganku kini mengusap wajah ku yang di penuhi dengan air mata “Aku egois yaah Ta?” tanyamu padaku namun belum aku jawab kamu menjawabnya sendiri “Egois ku hadir Ta, entah sejak kapan? Aku ingin memiliki diri mu seutuhnya namun aku belum bisa mengobati ketakutan mu Ta. Hingga akhirnya aku mendengar perjodohan mu Ta di satu sisi aku bersyukur dan satunya lagi ada kesakitan yang tak kasat mata pada diriku Ta” akumu “Aku melihat mu bukan sebagai sahabat Ta tapi, seorang yang bisa bersanding dengan ku”

“Maaf” jawabku singkat karena tak tahu ucapan apa yang pantas buat menjawab kalimat panjang yang dilontarkannya.

“Bukan salah mu Ta, ini semua salahku” dan aku hanya diam karena posisi yang masih ektrim menurutku “Makasih Ta”

Dan tatapan ini terkunci tanpa aba-aba kamu menempelkan bibirmu di bibirku dan jantung ku berdebar tak karuang dan setelah beberapa detik kamu mengakhirnya. “Maaf yah Ta” ucapmu.

Tanpa sadar ada sosok yang melihat semua kejadian ini yang sudah pasti bereksepetasi yang tidak-tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa sadar ada sosok yang melihat semua kejadian ini yang sudah pasti bereksepetasi yang tidak-tidak.
 

“Ta” cukup lama terdiam dan kamu bersuara lagi “Kamu ngga nelpon suami mu? Untuk jemput” kata suami sedikit lebih kamu tekan entah itu cemburu atau apalah yang jelas tak enak didengar oleh kupingku dan aku coba biasa ajah lalu tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ta” cukup lama terdiam dan kamu bersuara lagi “Kamu ngga nelpon suami mu? Untuk jemput” kata suami sedikit lebih kamu tekan entah itu cemburu atau apalah yang jelas tak enak didengar oleh kupingku dan aku coba biasa ajah lalu tersenyum

Ponsel yang berada di tas ku buka dan aku mengirim pesan bahwa aku minta di jemput di apartement yang tak jauh dari apartement ku dulu.

Andika Ranjaya
Lihat kebelakang!!!

Dengan muka kaget aku membaca pesan dari mu dan benar saja mobil yang aku sudah hapal diluar kepala berada tepat dibelakang mobil rasyid. Ada kekhawatiran yang begitu besar ku rasakan. Melihat kepanikan ku rasyid berbicara “Kenapa?” tanyanya

“Ngga kenapa-kenapa” jawabku yang ku yakini rasyid tak sepenuhnya percaya dengan jawabanku “Aku sudah dijemput” tanganku sudah membuka pintu mobil dan kamu menariknya sambil bertanya kembali  “Dimana?”
Aku hanya menoleh kebelakang dan ku rasa kamu mengerti.

Aku yang keluar dan rasyid mengikuti ku “Aku bantu jelasin yah ta” namun aku mengeleng sebelum membuka pintu mobilnya Dika.

“Makasih Syid” aku masuk kemobil dan meninggalkan rasyid yang masih berdiri terpaku menatapku

“Mas?” panggilku kepada Dika yang sudah menjalankan mobil ini namun, tak ada sautan apalagi gumaan dan kamu hanya diam.

“Mas liat?” tanyaku dengan sedikit kekhawatir dia kan maraht

“Iya aku liat semuanya. Adegan live juga”

Skat mat begitu mendengar jawabanmu.

Dan aku tak bersuara lagi karena bingung mau menanggapi apa... ada sebuah tangan yang tiba-tiba mencubit uluh hatiku secara tidak langsung dan rasanya benar-benar sakit dan membuat ku meringis lalu diam begitu saja.

Sebuah Trauma (Terbit) Tidak LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang