Sih pengoda

498 18 1
                                    

"Stop mengoda, karena aku tak akan tergoda hanya dengan bujuk rayu wanita seperti kebanyakan"

-Dika-

Rendy mengikutiku keruangan. Pertemuan dengan klien di hari ini padat sekalih karena aku yang kemarin mengambil cuti, rendy memang tangan kanan ku tapi dia juga tak bisa apa-apa jika klien mau ketemu dengan ku. Banyak hal yang aku juga bingungkan karena rendy harusnya bisa mengambil dan mengajak klien ini untuk rapat dengannya namun kali ini ada beberapa yang meminta bertemu salah satunya yah itu ibu dinda.

"Emang kamu tak bisa urus ya rend" Aku sambil memperlihatkan kontrak kerja

"Bisa sih dik, kalo orangnya tidak ngebet sama kamu" ujarnya sambil membolak balik kertas yang di balur map biru

"Gimana caranya ke, supaya sama kamu meetingnya" perintahku

"Yah udahlah kan kamu sudah ada disini, sono ketemu denganya" ejeknya dibarengi dengan pukulan dibahuku dengan kertas yang ada di tangannya.

"Ayo" ajakku dengan dia karena rapat kali ini. klien kita pengen bertemu pada saat makan siang tepatnya di rumah makan soto lamongan cak har di jalan Ir. Soekarno yang tak terbilang cukup jauh dari kantor.

"Maaf nie yah, aku mau makan siang dirumah" jelasnya sambil menaikan turunkan alisnya seolah mengodaku "Biasa istri masak, sayang juga kalo ngga pulang"

"Kalo kamu tidak ikut, besok siapa-siapa kamu kebagian keuangan" aku yang duduk di sofa langsung berdiri meninggalkan rendy.

Rendy yang sudah tahu maksud ku langsung mengikuti langkah ku "Gila lho yah, korban nie aku terus. Memang benar kalo berteman dengan perjaka tua yah gini harus siap jadi korban--" ocehan panjang lebar dari rendy seakan jadi soundtrak perjalanan ku sebelum keluar kantor.

Menempuh 15 menit untuk bisa sampai di rumah makan tepat janjian kita bersama kline. Rendy yang tidak ngambek lagi semakin mengoceh tak karuan dan aku yang keseringan curhat dengannya tanpa sandar bilang bahwa aku akan dijodohkan hingga akhirnya rendy memiliki bahan buat membully aku kembali.

"Terima lah dik, mungkin itu benar-benar jodoh mu. Toh kamu sudah menunggu sampai sejauh ini tapi sih mila-mila itu tak datang juga mungkin kamu disuruh jaga calon istrinya orang saja. Yah kalo dipikir-pikir tua sendiri itu tidak enak dik" dari banyak ocehan rendy ada satu yang terus terniang di kepalaku dan membenarkan apa yang dia bilang

Tua sendiri

Sepengal kata yang tak pernah ku pikirkan tapi, tunggu aku masih 32 bukan kah? Itu masih muda kenapa harus takut toh banyak ko pria yang belum menikah diusia itu. Semua pria itu baik-baik ajah tapi, entahlah dia baik-baik atau memang menyembunyikannya. Hidup itu sekalih gimana lho mau nikmati hidup kalo menikah dengan bukan pilihan lho. Terus setiap pagi kamu akan bangun dan melihat wajah yang kamu tak cinta membuat kamu bosan dan pengen mengakhiri hidup, kan ngga lucu hehehe

Setelah ocehan yang panjang itu ternyata klien kami yang bernama ibu dinda baru saja tiba "Maaf yah pak telat biasa lah macet" terangnya sambil menarik kursi yang ada didepan ku. "Ko pak rendy ada juga sih" tunjuknya ke rendy.

"Iya bu, sekalian kita tadi habis meeting tak jauh dari sini" sebelum rendy berperang sebagai mak comblang asal-asalan mending aku menjawabnya dengan jawaban yang tentunya bumbu bohong terlihat jelas "Mau pesan apa bu?" tanya ku sambil menyodorkan buku menu.

"Kasih sama dengan bapak ajah" jawabnya dengan genit.

Setelah pelayan mencatat pesanan kita aku meminta rendy untuk memulai meetingnya "Jadi begini bu, masalah pengiriman---" rendy menjelaskan langsung di potong dengannya "Pak rendy boleh tidak selesai makan meetingnya di mulai, aku lapar banget nie"

Sebuah Trauma (Terbit) Tidak LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang