Soup

296 14 0
                                    


“Apa yang salah dari mu? bukan kah semua wanita mengingikan kesempurnaan itu. Kenapa kamu tidak?”
-Dika-

“Mas” panggilmu saat aku masih berkutat di depan kompor. Ku balikan diriku dan kulihat wajah sayup mu yang kamu tampilkan.

“Sudah bangun?” tanyaku lalu menyiapkan kursi untuk kamu duduki dan kamu menganggung setelah duduk, ku sapu lembut rambutmu, lalu mengecup kening mu lantas kamu melingkarkan tanganmu pada bagian perutku.

“Ta, kamu kenapa?” tanyaku dengan sedikit bingung dengan tingkahmu yang baru pertama kamu melakukan kepada ku bermanja ria dan kamu hanya mengeleng kan kepala mu “Tumben?” ucapku.

Dan kamu hanya nyegir tanpa menjawab.

“Lepas dulu donk sayang” setelah kamu melepas pelukanmu aku lantas berbalik ke kompor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Lepas dulu donk sayang” setelah kamu melepas pelukanmu aku lantas berbalik ke kompor. Menyiapkan kembali soup untuk ku hidangkan padamu.

“Ta” panggilku saat berada di sampingmu membawa semangkok soup yang baru ku buat dan kamu hanya diam entah apa yang sedang kamu pikirkan sehingga tak mengubris panggilanku.

Lantas ku cubit hidupmu “Mas” raju mu dan aku hanya tertawa melihat raut wajah kesalmu, ku sodorkan soup dihadapanmu.

“Suapin” ucapmu dengan manja.

Dan setelah mendengar permintaan mu, aku mengambil kursi yang berada di sampingmu lalu duduk dan mengaduk-aduk agar soup itu cepat dingin. Ku arahkan sendok yang terisi oleh soup lalu mentepatkan di depan mulutmu “Aaahhhh” dan kamu membuka mulutmu.

Kita berdua hanya diam dengan kamu yang makan juga aku yang hanya membantu menyuapimu. 

Tak berapa lama makanan itu tandas tanpa tersisa dan aku bersuara “Ke dokter yuk Ta” ajakku.

“Ngga usah mas, aku cuman perlu istrihat ko”

“Kamu itu seharian istirahat tapi, masih gini kan” sejak sambungan telpon tadi pagi membuatku jadi tidak tenang terhadap kondisinya apalagi pas terakhir aku di kabarkan keadaannya yang diijinkan untuk pulang dari kantor untuk beristirahat dirumah karena lagi-lagi dia menolak untuk di periksa ke dokter.

“Mas kekamar yuk” kamu mengajakku kekamar lantaran kamu ngga mau membahas topik ini dan lagi pulah aku lagi malas marah-marah sama orang sakit.

Dikamar kita berdua terdiam setelah aku memasangkan selimut kepadamu lalu aku memeluk mu dengan erat dan tak lama “Mas minta tolong ambilin minyak kayu putih dilaci itu” tunjuk mu pada laci dan aku turun dari kasur lalu membuka laci yang berada tak jauh dari ranjang.

Aku membuka laci pertama sesuai dengan yang kamu tunjuk “Disini kan Ta?”

“Iya Mas” jawabmu.

Kulihat deretan benda dilaci ini yang tersusun rapi dan ku temukan botol kecil yang ku yakini minyak kayu putih, karena deret huruf yang tersusun rapih KAYU PUTIH dan kuambil namun, di bawah minyak kayu putih itu ada benda kecil yang cukup menganggu penglihatanku.

“Kenapa Mas?” tanyamu karena aku masih berdiri terpaku melihat benda kecil itu.

Aku tak menjawab namun, mensusulmu naik ke atas ranjang lalu memberikan minyak kayu putih kepadamu. Kamu membuka minyak kayu putih itu dan menarohnya di telapak tangan mu lalu kamu usap lembut perutmu yang sudah tidak terhalang apapun.

Dan aku masih tetap diam mencoba mengolah apa yang terjadi.

“Mas” panggilmu dan aku tersadar

Aku menimbang-nimang untuk bertanya apa yang bisa ku tanya dari pikiranku ini “Ta” kamu lalu menatapku dan tersenyum lembut “Kamu tak, sembunyikan apa-apakan” ucapku dan kamu hanya mengeleng membuatku tak puas dengan jawaban mu.

“Lalu ini apa?” tanyaku menunjukan benda kecil yaitu test pack.

Ada rasa kaget yang kamu tampilkan dari raut wajah mu. “Kamu hamil Ta?” tanyaku lagi walau pada akhirnya tak ada jawaban untuk kedua kalinya membuatku sedikit frustasi lalu berdiri namun tanganku kamu tahan.

“Maaf Mas” jawabmu dengan suara bergetar dan aku kembali duduk menarikmu lebih dekat kepelukan ku.

“Maaf Mas” jawabmu dengan suara bergetar dan aku kembali duduk menarikmu lebih dekat kepelukan ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kenapa Ta?” tanyaku lagi dengan suara jauh pelan tepat di telinganmu.

“Aku takut” dan jawaban mu ini membuat diriku seakan jadi patung.

___________
Hmm.... Ternyata masih ada ketakutan dalam hidupnya Reta dan ternyata tak semudah itu yah. Menerima yang baru.

Apa kalian pernah begitu?
Bukan dalam tubuh kalian seperti di titipkan anak? Seperti kisah Reta.
Tapi, seorang yang baru hadir. Mungkin teman, pacar atau bahkan keluarga baru.
Gimana rasanya? Apa aneh, senang, kesal Dan membuat mu kecewa? Aku mau pengen dengar dari kalian.

Mungkin cerita kita berbeda dan bisa saling kuatkan...
Soalnya aku tak sedang baik-baik saja menerima yang baru🤔

Sebuah Trauma (Terbit) Tidak LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang