Lembur

247 16 0
                                    

“Berpikir realistis mungkin jauh lebih baik dari pada berpikir yang tidak-tidak”

-Dika-

“Dik, aku balik deluan yah. Biasa istriku lagi nunggu nie” rendy yang masuk sambil berpamitan dan tak lupa mengusilinku “Pulang sana rend” usirku dengan muka datar

“Yaelah ngambek perjaka tua” tangan ku yang siap melempar pulpen padanya “Eh peace” rendy menaikan tangan kanannya sambi berpeace “Mau lembur?” tanyanya dan aku menganggukan kepalaku “Yah udah semangat yah dik, lumanyan pacaran dengan kertas kan dari pada sendiri muluh jadi bunjang lapuk deh hehehe”

“Rendy aku dengar yah” teriakku karena rendy sudah berjalan keluar.

Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku rendy yang selalu saja menganggap mainan tentang aku yang masih sendiri.

Kesibukan ku pada tumpukan kertas yang ada di depanku membuat tak sadar jika aku sudah menghabiskan waktu 5 jam bergeluk. Ternyata aku belum sempat makan malam maka dari itu menggunakan aplikasi delivery untuk memesan makanan dan kopi untuk mengisi perutku yang kosong. Tidak lama dari itu pintu diketuk “Masuk” ujarku pada orang yang bah ketuk pintu itu.

“Maaf pak, pesanan bapak” aku memang meminta driver yang mengantarkan pesanan ku untuk dititipkan kepada security yang menjaga didepan.

“Duduk dulu pak” sambil aku berjalan kesopa tempat bapak security itu duduk. Bungkusan yang ada di meja ku buka lalu ku berikan kepada pak security “Maaf pak, ngga usah repot-repot” pak security berbicara merasa tidak enak.

“Tidak apa pak, aku butuh teman makan pak” sambil tersenyum.

Kita memakan dengan hikmat di barengin obrolan ringan. Setelah itu bapak security diam “Pak ada yang salah dengan ucapanku” tanyaku karena melihatnya diam.

“Oh tidak pak, aku hanya mikir anak ku pasti belum pernah makan begini pak tapi, papanya sudah menikmatinya” dengan matanya sedikit berkaca-kaca.

“Tidak usah panggil bapak pak, panggil dika saja” terangku “Tapi pak” elaknya seakan tak setujuh dengan usulanku.

 “Aku masih muda pak”

“Baik pa--- nak dika” bapak sedikit gugup dengan panggilan baru yang ku sematkan buatku.

“Anak bapak berapa?” tanya ku membuka obrolan setelah selesai makan.

“5 nak dika, 3 nya ada dikampung dan 2 nya ikut bapak ibu disini” jelasnya sambil mengingat.

“Oh pasti sudah besar semua yah pak”

“Iya, tinggal 2 ini yang masih duduk dibangku sekolah pertama nak. Yang dikampung sudah berkeluarga semua dan sudah memiliki kehidupan masing-masing” dibarengin dengan senyuman yang begitu bahagia dan nampak begitu jelas kerutan yang ada diwajahnya.

Cerita pak armin muis mengalir begitu saja hingga tak terasa waktu sudah menunjukan jam 22:00 dan pak armin pamit untuk kembali ke pos tempatnya dia berjaga. Tentunya banyak pelajaran yang bisa di ambil dari cerita pak armin mulai dari sosok papa yang bertanggung jawab sampai sosok suami siaga dalam segala hal. Mengenai ke 3 anaknya yang menikah muda adalah suatu hal takjub bagi ku karena tidak semua oarang tua akan rela melepaskan begitu saja anaknya tanpa penghasilan menetap.

Ponsel ku berbunyi menandakan pesan masuk dan tentunya tidak usah di tebak ini siapa pasti ibu. Ku ambil ponsel ku dan ku buka pesan

Nyonya Besar

JANGAN LUPA HUBUNGI AMRETA KAK

Pesan dari ibu dengan huruf kapital semua dan belum sempat ku balas pesannya masuk lagi.

Nyonya Besar

Terserah milih dikeluarkan dari kartu keluarga atau hubungi amreta, SEKARANG

Read

 lagi-lagi pesan kedua adalah ancaman yang mutlak mau tak mau suka tak suka harus di ikuti jikalau masih mau di anggap anak oleh beliau. Tanpa harus mikir panjang aku membalas dengan 2 kata juga emond senyum dan tentunya berharap dia tak berkomentar kembali.

Andika Ranjaya

Iya bu

Setelah menjawab aku langsung mencari nomor kontak yang bernama amreta sebelum aku benar-benar di keluarkan dari kartu keluarga. Kulirik jam yang sudah tengah malam dan ku yakini bahwa amreta-amreta itu sudah tidur. Menibang cukup lama akhirnya ku putuskan untuk mengirimkan sebuah pesan di aplikasi yang lagi marak digunakan kalangan orang yaitu whatsApp. Kulihat foto profilnya pada WA yang tak nampak gambar apa-apa membuat ku sedikit kecewa tanpa ambil pusing ku ketik pesan yang akan aku kirimkan

Andika Ranjaya

Hy... aku Andika ranjaya

Centang dua tapi belum di baca. Karena tak ada balas ku putuskan untuk pulang mengistirahat diri di apartemen. Perjalan kantor menuju tempat tinggalku hanya memakan waktu 15 menit dikalah jalan sengang seperti saat ini. Membersihkan diri dan siap-siap untuk tidur ponsel yang berada di meja tak jauh dari tempat ku berada berbunyi menandakan ada pesan masuk kuambilnya dan ternyata pesan dari perempuan yang dijodohkan denganku membalas pesan ku.

Aku realistis ajah – Batinku

Amreta Uratmi

Hmm...
Aku Amreta uratmi

Andika Ranjaya

Kamu bisanya ketemua kapan?

Amreta udarmi

Weekend

Andika Ranjaya

Oke, sampai ketemu yah.

Setelah pesanku di baca tak ada lagi balasan dan ku matikan ponselku. Mungkin tidur adalah satu cara terbaik dari pada mikirin yang namanya menantu, pernikahan, lalu anak.

Sebuah Trauma (Terbit) Tidak LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang