Nge mall

547 25 3
                                    

“Aku paham dengan ke khawatiran mama dan kakak namun, trauma ini bukan butuh bujukan tapi, butuh keyakinan dan aku belum menemukan itu”

-Reta-

 
Suasana rumah yang ramai begini membuat ku lupa kalo cuti liburanku akan berakhir hari ini. aku memang bisa ajah libur sesuai dengan permintaan ku, karena selama ini aku tidak pernah mengambil cuti ku. Namun, lagi-lagi aku tak mau karena dengan mengambil cuti yang banyak berarti harus rela dengar ocehan atau omelan mengenai aku yang masih memilih untuk tetap sendiri.

“Mama, mama” lamunaan ku buyar saat april berlari kearahku dan langsung memintah di pangku olehku yang sedang asik diruang keluarga menonton.

“Kenapa sayang?” tanyaku sambil mencubit pipinya

“Mama, moll” jawabnya. Aku yang bingung dengan jawabnya berpikir keras hingga akhirnya kak linda datang dan bilang “April bilang mau pergi mall tuh”

“Oh, mall yah” april menganggukan kepalanya sampai beberapa kali dengan semangat “Kakak mana?” tanyaku pada april karena kak linda sudah pergi kedalam. “Kakak cama ayah” april yang langsung meminta film karton andalannya untuk di putar.

Kak linda yang datang dari dalam langsung bertanya tentang kepulangkan ku besok “Besok, jadi pulang dek?” tanyanya “Iya kak, cutinya sudah habis”

“Ke mall yuk, sore ini” kak linda meminum jus yang di ambil dari dapur

“Ide yang bagus, kalo gitu aku siap-siap dulu sekalian panggil mama” aku memindahkan april dari pangkuanku ke mamanya dan masuk kedalam untuk siap-siap sambil mencari mama

Aku langsung menuju kedapur tempat mama dan bibi inam berada “Mama” panggilku saat ada di depannya “Kenapa, dek?” jawabnya sambil menghentikan tanganya yang memotong wortel. “Besok kan adek balik, april dan kak linda ajak ke mall tuh ma”

“Mama sih ada pesanan catering de, ngga bisa ditinggal” wortelnya yang sudah mama potong dikumpilin jadi satu terus mama simpan di loyang kecil. “Mama cuman bentar ko” gombalku kepada mama sambil memeluk lengan sebelahnya “Yah, yah ma” puppy eyes yang aku buat-buat. Hingga akhirnya bi inem bicara “Pergi ajah bu, nanti aku yang hendel semua bu. Kasian reta nya kan besok balik ke jakarta” terangnya bi inem ke mama sambil mengubah panggilan mama menjadi ibu

“Bi inem ajah. Setujuh ma” keluh ku

“Iya de” jedanya sambil menyimpan loyang berisi wortel ke tempat bi inem “Kalo gitu sana siap-siap” mama mendorong ku untuk menjauh dari dapur “Iya mama ku sayang”.

Tak butuh lama aku dan mama sudah siap. Di depan ternyata keluarga cemara itu sudah menunggu kami, tak usah heran dengan julukan ku karena keluarga cemara itu keluarganya kak linda dia berbeda dengan keluarga mama lebih tepatnya dia menemukan laki-laki yang sepadan dengan nya dan mencintainya apa adanya. Aku sangat berharap mereka hanya akan dipisahkan oleh maut.

Perjalanan itu tak memakan waktu yang lama karena jarak rumah mama dengan pusat perbelanjaan tidak jauh sehingga kami sudah berada di tempat itu.

April dan baskoro yang sangat antusias saat menginjak kaki disini langsung menarik ku serta menyebut terus tempat permainan sehingga mau tak mau kami mengikutinya. Aku yang menjaga bocah berdua itu sedangkan mama, kak linda dan suami nya sedang dikursi pijat. Aku senang bisa berkumpul melihat canda tawanya membuat ku beta untuk lama tetap berada disini.

Setelah bermain kedua bocah itu kelaparan, sehingga kita ke salah satu restaurant yang terkenal dengan menu siap saji yang berlogokan seorang kakek yang memakai dasi dan bertuliskan KFC. Mereka berdua bercolet tentang permainan yang dinikmatinya membuat kita asik mendengar tanpa sadar mama mengukit lagi hal-hal yang aku hindari.

“Dek, mama tadi ketemu nak reza” mama yang selesai makan langsung berbicara mengenai pertemuannya dengan temanku. Teman yang sempat digadang-gadang akan jadi pacarku sekalian jadi suamiku namun tuhan punya takdir yang lain.

“Oh” jawabku singkat sambil menyuapi april

“Ko jawabnya cuman oh sih de” ini bukan suara mama, ini suara kak linda yang merasa keberatan dengan jawaban ku.

“Terus mau jawab apa sih kak?” tanyaku dengan mendonga kedepan melihat 2 perempuan yang hebat dalam hidupku. Mereka selalu mau yang terbaik untuk ku tapi, belum tentu apa yang menurut mereka baik. Baik pula bagiku.

“Reza tanya keadaan ku tidak ma atau tidak dia sudah cerai ma” cercosnya sambil menirukan gaya bicaraku yang ala versi alay. Kenapa juga harus bertanya kita kan sudah punya kehidupan yang berbeda-beda

mama yang mulai mengerti dengan keadaan kami berdua langsung melerai “Reza sudah cerai dengan istrinya 4 tahun lalu dan dia memiliki anak dari hasil pernikahannya. Mama ketemu kemarin karena dia yang memesan catering mama” informasi reza yang tidak pernah ku ketahui sejak aku memutuskan merantau. Sejak merantau semuanya kuputuskan begitu saja

“Terus ma, reza tanya ade tidak?” itu bukan aku tapi kak linda yang bertanya.

“Sudah lah kak, ma ko bahas reza” nyahut ku secepat kilat lantaran tidak suka terhadap pembahasan yang begitu sensitif bagiku. Apalagi perihal reza yang pernah gagal berumah tangga takutnya ceritanya melenceng kemana-mana sehingga jadinya ghibah lagi.

“Isst, malahan dia minta izin sama mama buat dekatin ade lagi” jawabnya mama dengan girang tak lupa dia memberikan kedipan mata padaku. Sungguh luar biasa totalitas mereka mencarikan ku pasangan

Aku geleng-geleng liat reaksi mama dan kak linda yang antusias mengenai jodoh menjodohkan ku. ”Terus mama izinkan?” tanyanya kak linda

Suami kak linda yang diam ajah langsung masuk di obrolan “Kenapa reza-reza itu bercerai dengan istrinya?” dengan model kaya bapak-bapak mengintrogasi pasangan yang dekat dengan anaknya.

Aku diam ajah melihat percakapan mereka bertiga yang seakan mereka mau jodohkan orang yang tak ada didepannya. “Entah lah mas katanya sih istrinya selingkuh gitu itu pun aku dengar dengan salah satu temannya reta”  mulai ghiba bukan?

“Reza juga baik ko nak, insya bisa menjaga ade” mama yang tak mempermasalahkan tentang reza yang berstatus duda dan mempunyai buntut satu, baginya tak apa yang penting reza baik. Hello ma, semua juga orang tuh gitu kalo ada maunya ajah pasti baiknya minta ampun.

Makan malam yang nikmat berubah menakutkan karena mereka mencoba terus menerus mengungkit tentang keputusan ku yang tetap sendiri. Apa salahnya sih?

“Atau gimana ma, kalo aku kenalkan sama ade ipar temanku” suami kak linda yang tadinya jadi bapak-bapak yang menakutkan karena mengintrogasi pasangan anaknya kini berubah jadi mak comblang.

Kak linda yang sangat senang dengan saran dari suaminya langsung menyetujuinya begitu pun dengan mama. 3 suara lawan 1 sama saja bunuh diri jadi mau tak mau aku cuman ngangguk bertandakan bahwa setujuh tapi, dalam hati ogah. Masa iya, aku dijodohkan mereka pikir ini jaman siti nurbaya kali hehehe

Setelah makan, nonton dan keliling membeli pakaian buat mama dan yang lain kita memutuskan untuk pulang karena jam sudah menunjukan 9 malam april sudah tertidur di pahaku.

“Reta” panggil iparku pada ku

“Hmm” sambil membenarkan posisi april yang ada dipangkuang ku

“Aku sudah kirim nomor hp kamu ke dika” sambil tetap fokus menyetir

Jawab ku dengan ketus “Besok aku sudah pulang lho kak”

“Tenang ajah dia satu kota perantau dengan mu” dengan dibarengin senyuman jahil kaya bapak-bapak yang sukses menjodohkan anaknya

Tak jauh beda dengan iparku, kak linda dan mama bersorak kegirangan.

Sungguh malang, nasibku

Sebuah Trauma (Terbit) Tidak LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang