”Berproses mungkin itu yang aku lakukan saat ini, walau akhirnya aku tak pernah mengingikan sebuah kesempurna itu”-Reta-
Rencana yang jadi wacana.
Mungkin itu tepat di katakan buat rencana kita berdua yang kandas. Tentunya bukan karena alasan klise namun, alasan yang sangat urgent. Walaupun dirinya ngotot untuk tetap menjadikan rencana itu kenyataan tentu saja diriku menolak. Mungkin saja rencana kita bisa dilaksanakan di lain waktu bukan?.
Bunyi pada ponselku membawahku dari pikiranku.
My future
Sudah makan sayang?Jangan berpikir tidak-tidak mengenai nama dia yang tertera pada ponselku. Tentu saja itu bukan aku yang mengubahnya dan aku ngga pernah tanya apalagi memusingkan perihal itu.
My wife
Belum
Kalo, belum kenapa?Ku balas pesan dengan sedikit kesal lalu setelah terkirim centang dua membiru yang bertanda telah dibaca terlihat. Namun, tak ada balasan membuat ku sedikit dongkol. Bukannya dibujuk malah di angurin.
Ku sandarkan kepalaku di meja, karena kemalasan ku untuk beranjak atau pergi mencari makan siang untuk mengisi perutku yang sudah minta diisi dengan berbagai bunyi yang sudah diluncurkan. Tak butuh waktu lama suara ketukan di pintu membuatku hanya berteriak memberitahunya masuk tanpa mengangkat kepala ku dari meja. Toh ini masih jam istirahat.
“Bu”
Suara itu tak jauh dari tempatku namun aku tetap berada di posisiku “Ibu, tidak kenapa-kenapa?” suara itu kembali mengeluarkan sebuah pertanyaan.
Dan ku angkat kepalaku menatap suara yang tak jauh dari tempatku berada. “Maaf bu, ini ada kiriman dari suami Ibu” muka yang tadinya datar kini berubah sumringa seakan semua pemikiranku yang tidak-tidak terhadap suami terbatangkan oleh apa yang dilakukan siang ini.
Setelah aku menerimannya, clean service yang ku ketahui bernama Ama berpamitan keluar sambil giling-giling kepala menertawakan tingkahku dan aku pun tak sedikit pun menanggapinya.
Rasa nikmat setelah aku menyuapi makanan masuk di mulutku dan tak lama ponselku yang berada di meja berbunyi tanpa membaca namanya aku pun tahu siapa orang yang menelponku. Aku pikir telpon biasa namun, yang ada tampilan mukanya berada di layar sebrang sana. Dia tersenyum dan aku hanya memakan tanpa mau menyapa nya.
“Enak ngga sayang?” aku menjawab dengan menganggukan kepala dengan mulut yang masih mengunyah “Sayang, besok lusa mungkin aku kembali tidak apa kan?” tanyanya dan aku hanya diam sambil terus menikmati makanan yang lagi kumakan.
“Yang kamu ko ngga jawab”
“Mas, kamu ngga liat aku lagi makan” ucapku dengan kesel tak lama dari aku berbicara tiba-tiba makanan yang berada di perutku seolah meminta untuk keluar lewat mulut dan aku menutup mulutku sambil meletakan ponsel yang tadi ku pegang ke meja begitu saja dan berlalu keluar dari ruangkanku menuju ketoilet. Sempat aku mendengar suara khawatir dari sebrang telpon tapi, aku tak menghiraukannya yang ada di benakku saat ini gimana aku bisa secepat mungkin berada di toilet dan mengeluarkan semua yang ada di perutku yang meminta keluar.Keadaan kantor saat jam istirahat membuatku lebih leluasa berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Trauma (Terbit) Tidak Lengkap
RomancePernikahan yang di impikan semua umat namun tak di impikan oleh dua orang asing itu yaitu Amerta Uratmi dan Andika Ranjaya. Memiliki trauma membuatnya tak ambil pusing dengan umur yang selalu bertambah. Namun lingkungan yang selalu punya keyakinan b...