25. KEMAH PAGE 2

3.6K 340 62
                                    

25. KEMAH PAGE 2

Hari ini sudah bersyukur? Kurangin ngeluhnya yukk, istirahat bentar lalu bangkit lagi ya? Semangat!

Kawasan Typo.

Jejak sebelum baca. Okey?

"Jangan mikir yang aneh-aneh. Waktu kita masih panjang. Masih sangat jauh untuk memikirkan masa depan yang jangkanya tidak bisa kita ukur."
-Mahardika Arion Pratama

.
.
.

Acara kemah kali ini berjalan lancar. Dengan api unggun ditengah-tengah tenda mereka yang menghangatkan tubuh dari dinginnya angin malam. Semua siswa-siswi tampak asik bercanda dan tertawa melihat kelakuan geng Ferocioz yang absur.

"WOI GAESS!" teriak Langgeng keras, kedua tangannya ada di depan mulut membentuk lingkaran yang langsung membuat suaranya menggema.

"Gaesss, gaesss, eh, gaess, gaess," latah Kevin mengangkat tangan menepuk bahu Bayu yang ada disebelahnya dengan pelan. Bayu yang merasa terpukul balas balik menggeplak tangan Kevin. Dan berbicara dengan logat jawanya. "Loro anjir!"

"Loro njir, eh loro njir!'

"Nggak sengaja Yu," sanggah Kevin. "Gara-gara Kandas tuh," tunjuknya memberitahu bahwa kelatahannya mulai kambuh karena ulah Langgeng. Yang ditunjuk hanya membalas cengiran. Kadang ia suka lupa kalo Kevin itu laki-laki latah.

Delvin menatap Langgeng tajam. "Udah di bilang jangan teriak-teriak masih aja ngeyel!"

Langgeng tertawa pelan, kemudian duduk disamping Mahar yang sibuk dengan alat tempur bakar-membakar dan daging ayam yang mereka bawa secara instan, tidak lengkap rasanya kemah tanpa makanan banyak. "Ngeyel adalah jalan ninjaku."

Bayu berdecak. "Bego. Tapi, lanjutkan."

"Lo emang musuh abadinya gue Yu," adu Langgeng memberikan high five. Dan mengambil gitar dari tangan Bayu sebelum memetik senar gitar untuk mencari nada. "Ngampil," katanya.

Bayu memberikannya tanpa berkata apapun. Ia sibuk dengan makanan kremes yang dicuri dari tas Mahar. Cowok pecinta mie yang selalu membawa makanan ringan itu setiap kali keluar. Seperti sekarang ini. Mie kremes yang dibawa Mahar hampir memenuhi isi tas. Belum lagi mie instan berbagai rasa yang nantinya akan mereka santap bersama. Itupun kalo mereka tidak malas memasak.

"Tapi gue binggung mau nyanyi lagu apa," tambah Langgeng dengan cengiran khasnya. Cowok itu mengedipkan mata 2 kali sebelum mengucek matanya yang terasa gatal.

"Tumben banget mau nyanyi pake acara bingung.  Biasanya otak lo encer kalo ngarang lagu," cibir Kevin memajukan bibir, "nyenyenyenyenye," ejeknya membuat Langgeng mengerlingkan mata.

Mahar terlihat fokus membakar daging ayam itu diatas gantungan baju yang entah didapat dari mana. Mahar yang otaknya selalu encer dalam berbagai hal itu memang unik. 

"Dapet gantungan baju dari mana?" tanya Delvin melihat gantungan baju dibuat untuk membakar sate. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran Mahar yang super duper aneh bin ajaib.

"Dari cewek-cewek," jawab Mahar membolak balik sate. Mengipasinya dengan buku yang dia ambil dari tas Kevin. Buku yang begitu banyak coretan acak dari tangan-tangan mereka. Salah satunya; jangan pernah membenci takdir. Takdir ada dan memberikanmu banyak rintangan karena ia yakin, kamu akan sekuat karang untuk menghadapinya.

"Bakar sate pake gril emanglah bagus, tapi pernah nggak sih lo mbakar sate pake gantungan baju sama wajan?" ujar Bayu tepat seperti yang sedang dilakukan Mahar.

ALF ||FRCZ 201 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang