02. KALA ITU

14.8K 1.3K 200
                                    

Siap dengan kisah baru ALF?

Ramein di setiap Part ya. Makasih.

02. KALA ITU

"Karena percuma punya ingatan untuk mengingat hal yang tidak ingin di ingat."
- Alfero Leo Fernando

.
.
.

Di balkon kamar, seorang pemuda duduk di kursi kayu dengan sebatang rokok di sela-sela jari telunjuk dan jari tengah. Jam menujukan pukul 02.00 dini hari, dengan ditemani dinginnya udara dan gelapnya malam, juga suara jangkrik yang menandakan waktu semakin larut. Bahkan bintang pun tertutup oleh awan hitam. Menandakan akan segera turun hujan.

Cowok itu menatap lurus kedepan. Kearah pepohonan yang menjulang tinggi disana. Ingatanya terlepas pada kejadian menyakitkan. Kejadian yang selama ini menghantui dirinya saat mengingat masa suram itu. Masa yang membuat dirinya terjebak dalam kenangan masa lalu.

Terlepas dari kejadian tujuh tahun lalu semenjak Sarah. Ibu kandung pemuda itu meninggalkan rumah dengan membawa luka terdalam. Membawa segala mimpi buruk yang menghantui selama ini, membawa kasih sayang yang tidak akan pernah di rasakan lagi juga membawa kenangan yang masih membekas di ingatan.

"Sayang, Mama bawain kamu susu hangat," ucap Sarah membuka pintu kamar dengan pelan. Menaruh susu buatannya ke atas meja di sebelah ranjang. Sebelum mendekati putranya.

Sarah menepuk bahu Alfero pelan. Menyuruh cowok itu untuk bangun dan minum susu hangat yang dia bawakan. "Mama tahu kamu belum tidur. Mama udah bawain kamu susu. Di minum dulu sebelum dingin." 

"Hn," gumam Alfero mengeliat pelan. Masih dengan selimut yang membungkus tubuh. Dia hanya pura-pura tidur. Merenungkan setiap kejadian yang dia alami selama ini.

Sarah tersenyum sendu mendegar jawaban dari mulut Alfero. Anak itu terlihat sangat kecewa. Dan Sarah menjadi merasa sangat amat bersalah karena itu. Dirinya seperti gagal menjadi ibu yang baik untuk putranya.

"Alfero tau nggak?"  tanya Sarah kala itu guna memecahkan keheningan di dalam kamar bernuasa abu-abu gelap.

Anak itu hanya diam setelah bergumam tadi. Tubuhnya menghadap berlawanan arah dengan lawan bicara tanpa mau merespon ucapannya. Tangannya terkepal erat di dalam selimut. Ada rasa aneh yang menjalar hebat ditubuhnya. Merengkuh dalam dekapan kesakitan yang nyata.

"Alfero itu ibarat bintang yang bersinar di langit pada malam hari. Alfero itu bintangnya Mama. Bintang yang paling terang. Seperti bintang Sirius. Bintang utama yang paling terang, terletak di konstelasi canis mayor," ungkap Sarah membicarakan tentang luar angkasa. Bagaimana keindahan dunia luar angkasa yang selalu menjadi topik sederhana sebelum Alfero tertidur lelap.

Sarah yang tidak mendapatkan jawaban dari Alfero menghela napas panjang. Dirinya bagaikan bicara kepada udara. Padahal jelas-jelas putra semata wayangnya diam mendengarkan.

Diam. Anak itu hanya diam mendengarkan tanpa mengeluarkan sepatah dua patah kata.

"Kamu adalah segala-galanya bagi Mama. Anak Mama yang terhebat. Dunia Mama. Semestanya Mama. Milik Mama," ungkap Sarah kembali berbicara. Dada Sarah berdenyut nyeri mengatakan hal itu dengan ingatan yang mengulas masa-masa lampau. Masa penuh kekelaman dan kesuraman.

Ada rasa nyaman yang menjalar di dada Alfero saat Sarah mengatakan hal itu. Rasa kasih sayang dengan sangat indah milik ibu terhadap anak. Tapi, rasa itu perlahan hilang tepat saat Sarah melanjutkan ucapannya.

"Mama mohon.. jangan benci Papa terlalu dalam ya," bisik Sarah menahan tangis. Dia ditekan kuat oleh keluarga yang membenci putranya. Dia bagaikan dihukum oleh takdir semesta sampai-sampai harus anaknya yang menjadi korban.

ALF ||FRCZ 201 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang