23. PERKARA BOXER SI BUNGSU |PART 16. KEMAH
Sebagian yg berada dibab 16. kemah [sblm rvs]& Penambahan kalimat baru.
Mereka kembali, membawa luka pada hati seorang malaikat tak bersayap yang menyayangi setulus hati.
Hn, saya senang membaca komentar kalian meskipun hanya beberapa. Pertahankan sampai akhir ya, kawan.
Selamat membaca.
Jejak.
"Dia, seorang anak berdarah dingin yang berengseknya minta ampun. Setelah semuanya usai, baik bukanlah kabarnya. Hingga saat ini ataupun nanti." -201.
.
.
.Rembulan yang bersinar terang dipadukan dengan ribuan para bintang benderang. Menerangi bumi pada pusat langit yang memancarkan cahaya kilaunya.
Pada malam yang menjadi saksi bisu umat manusia untuk terus melanjutkan aktivitas seperti biasa. Melakukan segala hal yang menjadi tujuannya dalam merangkai setiap moment. Juga menjadikan yang telah lalu sebagai pembelajaran dimasa depan.
Masa yang periodenya harus terus berlanjut sampai batas waktunya habis. Harus tetap menikmati yang telah ditakdirkan dan tanpa menolak apapun itu. Yang tersayang, rindunya diperbanyak ya? Jangan lagi bersedih. Ayo berjuang bersama-sama.
Sekar menatap pantulan dirinya yang duduk ditepi danau. Dengan beberapa bahan dagangan yang berada disebelahnya. Uap mengempul tipis-tipis dari keranjang itu manandakan hangatnya akan habis. Disana, ubi masih tersisa beberapa potong. Sekitaran 10 sampai 15 ubi kecil yang dikisarkan seharga Rp. 2.000 per potong.
Ia menarik napas gusar dengan mengeluarkan gelang peraknya dari saku celana. Diamatinya dengan lamat-tamat saat gelang itu semakin bersinar dibawah cahaya bulan.
Inisial P dalam ukiran indah itu selalu menjadi titik fokus Sekar. Dengan cara apalagi ia harus mencari jati diri? Mencari cahayanya dan keindahannya untuk mengapai sang pemimpi.
"Tuhan, jika benar ini takdir yang engkau gariskan. Apa boleh saya membencinya?" gumam Sekar merendah. Ia lelah dengan semua hal yang bersangkutan dan menyudutkan.
Dan pada akhirnya, Sekar hanya bisa merenung. Pada waktu 15 tahun yang lalu. Saat ia masih dalam rengkuhan bumi, memeluk dengan luasnya lingkaran yang tiada ujungnya. Ia mau kembali kemasa itu. Menjawab ulang pertanyaan yang menjadi momok adanya kelahiran dirinya.
"Apa benar, jika membenci bisa mengubah semuanya?" sahut seseorang dari arah belakang. Orang yang memakai hoodie gelap dengan tudung yang tertutup. Menyandar pada pohon besar dibelakangnya.
"Manusia hanya punya dua pilihan. Berlanjut atau berhenti. Namun, kelahiran itu mengharuskan kita untuk tetap berlanjut tanpa berhenti sebelum waktunya, benar?" tutur suara bass itu. Sekar tafsir, ia sama sepertinya. Seorang remaja yang sedang berjalan-jalan dan tidak sengaja mendengar kalimat rendah Sekar sebelum menyaut tanpa pikir panjang.
Tanpa menoleh sedikit pun. Sekar bersuara. "Dan menikmati semuanya dengan kepiluan?" sahut Sekar.
Laki-laki itu tidak berkomentar apa-apa. Hanya memandang kosong air tenang itu dalam hening yang mencipta. Selagi mereka diam tak berkutik. Membisu dalam ketenangan yang ada. Abadi yang menjadi jawaban dari pertanyaan itu.
"Diingat-ingat lagi. Lo hidup untuk apa dan siapa," ucapnya mengakhiri pembahasan mereka. Laki-laki itu mulai beranjak pergi. Membawa kekosongan pada relung yang membutuhkan sosoknya.
"Sampai jumpa hari jum'at Kar," sampainya mengucapkan selamat berjumpa lagi. Dengan ketenangan yang ia punya. Beranjak meninggalkan gadis itu dalam kebisuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALF ||FRCZ 201 [New Version]
Teen FictionUsai& lg di publish bertahap. Baca dulu sampe bab 30. . . . Ketiga anak dengan luka cacat masing-masing saling menatap dalam kebisuan. Berdiri dari sisi ke sisi. Membuat sebuah bentuk pola segitiga dikegelapan. Cowok dengan separuh wajah buruk rupa...