31. KEJADIAN DI RUANG PUTIH

5K 438 134
                                    

31. KEJADIAN DI RUANG PUTIH.

Heyyow.

Ini yg klean tunggu²? Istighfar bow. Bg yg islam.

Yg bca smpe 1k++ tp yg ngevote cma 100k yg komen jg dikit. Yg lain dmna bow?

300 vote& 350 komen. Untuk bab ini.

Bisa kerja sama untuk kisah ini? Saya menuliskan kisah yang kalian nikmati dengan baik& kalian cukup memberi dukungan di pojok kiri bawah& komentar baik. Saya tunggu kebaikan kalian bow 🖤

Happy Reading.

"Dan ia, manusia penolong yang suka menabur luka. Sekaligus memberikan obat, namun meminta bayaran lebih."

.
.
.

Sekar menatap datar pada tembok ruang putih. Tempat dimana Alfero tidak main-main dalam ucapannya. Cowok itu benar-benar menyekap dirinya pada ranjang markas. Kamar tidur yang bernuansa putih bersih.

Di dalamnya hanya terisi satu buah ranjang ukuran sedang, nakas kecil dan lampu tidurnya, lemari cokelat dua pintu, juga cermin yang menggantung disisi dekat lemari. Tidak banyak isinya. Sederhana seperti kalimatnya yang singkat. Tapi dia melupakan dua hal. Pendingin ruangan yang suhunya rendah sampai menusuk kulit dan hewan kesayangan ketua geng itu.

Sudah beberapa kali Sekar menarik napas lelah. Dua puluh menit ia didalam tanpa melakukan apapun. Mau keluar pun percuma. Alfero titisan cowok berengsek menyekap dirinya disana. Tidak peduli bahwa Sekar akan pulang telat dan membuat khawatir Kakek Nenek.

"Kaaakkk... bukaaa!" serunya lagi lebih keras. Suaranya terdengar parau karena lelah berteriak tanpa dipedulikan. Malah terkesan diacuhkan. Sekar memukulkan tongkat bambu pada daun pintu beberapa kali untuk memberitahu kepada Alfero bahwa dia bosan diruang itu sendiri.

Dilantai bawah. Tempatnya anak-anak berkumpul malah asik memakan camilan. Mengacuhkan suara lengkingan Sekar yang terdengar samar-samar.

"Delvin bener-bener nggak ikut kesini?" tanya Langgeng yang tidak melihat rupa Delvin sejak meninggalkan area sekolah. Entah dimana cowok itu berada. Tidak biasanya Delvin absen kumpul tanpa memberitahu dimana dan kenapa.

"Nggak. Dia lagi pergi sama ceweknya," sahut Mahar dengan ponsel ditangan. Membaca beberapa pesan yang diabaikan karena dianggap tidak penting. Salah satu pesan itu mengalihkan fokus Mahar.

Pesan singkat berisi; bahkan teman bisa menjadi lawan terberat. Hati-hati dan jangan mudah percaya. Musuh ada dimana-mana.

Bayu melirik Kevin yang terlihat masa bodo. Ia yakin, pasti Kevin sedang mengumpati Delvin karena lagi-lagi Kevin kalah saing sama ketua pramuka itu. Jelas Delvin lebih unggul dari seorang Kevin si anak Bunda yang berandalan mengikuti jejak Ferocioz. "Ternyata berlagak baik-baik aja itu nggak gampang. Butuh tenaga buat bersaing dapetinnya," tutur Bayu melempar dua bungkus camilan kepada Kevin yang tengah bermain sosmed.

"Jangan sok tahu," cibir Kevin tanpa peduli lemparan camilan yang jatuh ke bawah kaki.

"Udah ketebak sama tampang lo. Kalah saing ya saingi balik lah, nggak kok update status merasa tersakiti," pungkas Langgeng saat melihat status Instragram Kevin yang bertuliskan; kalah sebelum bertempur.

"Ck. Diem deh Lang. Gue lagi nggak ada mood ladenin bacotan lo," ketus Kevin.

"Buset, si bungsu udah mulai bicara kasar ya. Siapa yang ngajari?" sela Bayu mengecengin Kevin agar tidak menekuk wajah lama-lama.

ALF ||FRCZ 201 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang