ALFERO

41.7K 2.3K 178
                                    

ALF New Version.


"Definisi terluka menurut gue itu, saat lo dibenci ayah kandung lo. Tidak diakui. Tidak dianggap. Sakit. Tapi tak berdarah." -Alfero Leo Fernando.

.
.
.


Alfero Leo Fernando namanya, cowok bermata teduh memikat. Dia adalah seorang ketua geng Motor Ferocioz yang dia dirikan bersama teman-temannya 3 tahun lalu. Geng Motor Ferocioz makin terkenal dan ditakuti oleh kalangan remaja muda, dengan anggota yang semakin bertambah. Sekalinya ada yang mengusik geng Ferocioz maka akan langsung di bantai sampai akar akarnya.

Dari semua itu Alfero juga menyimpan duka di masa lalunya yang kelam, mempunyai wajah yang buruk rupa, mata yang tidak berfungsi baik dengan kata lain buta, diasingkan, tidak mempunyai teman satu pun, tidak di anggap, dan tidak diakui keluarga. Khususnya pada Papa yang enggan mengakui keberadaanya.

"Pa, Fero mau ikut Papa sama Mama," bisik Alfero kecil pelan nyaris seperti bisikan. Matanya tertutup rapat. Gelap. Itu yang dirasakan Alfero kecil.

"Nanti, kalo kamu udah enggak buta dan buruk rupa," jawab Andri yang membelakangi Alfero. Kedua tangan Andri bersidekap di depan dada. Dengan mata yang menatap lurus kedepan.

"Ta-tapi disini Fero nggak punya te-teman. Fero ke-kesepian. Fero mau i-ikut Papa sama Mama. Fero mo-mohon ajak Fero pergi dari sini Pa." Anak itu mengigit bibir pucatnya untuk menahan tangis. Tapi gagal saat liquid bening itu jatuh membasahi pipi Alfero. Tangan Alfero meraba pipinya. Perih. Pipi Alfero perih saat liquid itu mengenai luka bakar di wajahnya. Rasanya sungguh sakit.

Andri membalikan badan. Menatap wajah Alfero yang berderai air mata. "Kamu tuli?! Saya bilang nanti, kalo kamu udah nggak buta dan buruk rupa!" ucap Andri dingin. Hembusan napas panjang keluar dari bibir Andri dengan kasar. Dia menatap anak itu nyalang.

"Sshh.." desis Alfero lirih. Menahan nyeri dan perih yang dia rasakan.

"Hapus air mata kamu yang nggak berguna itu. Jangan cengeng, saya benci liat orang nangis seperti kamu, apalagi liat wajah kamu," lanjut Andri tajam sebelum berlalu pergi meninggalkan Alfero di dalam kamar dengan sejuta luka yang di pendam.

Isakan kecil berhasil keluar dari bibir Alfero. Tubuhnya bergetar hebat mendengar Andri yang tidak pernah menganggapnya ada. Jadi seperti ini rasanya tidak dianggap sama orang tua? Kalaupun Alfero boleh memilih mati akan menjadi hal terindah bagi hidupnya.

Luka itu masih sama. Sakit itu terus bertambah. Dada itu semakin sesak. Sampai tangan Tuhan mengambil nyawanya. Mengambil lukanya. Mengambil miliknya. Mungkin ini akan menjadi hal terbaik juga terindah disepanjang Alfero hidup.

Terlepas dari semua rasa sakit itu Alfero kini bisa melihat kejamnya dunia, dunia yang dari kecil selalu ia impikan, tapi semua mimpi itu telah berubah sejak tujuh tahun lalu.

Dunia dan semesta miliknya menghilang. Bintang terang itu juga sama. Yang tertinggal hanyalah mimpi buruk.

-Ferocioz-

PLAK

Suara tamparan dan ucapan itu bagaikan melodi kematian ditelinga Alfero. Tangan cowok itu merambat. Menyentuh pipinya yang memerah bekas tamparan yang dilayangkan Andri tanpa ampun. Sakit? Pasti. Tapi Alfero tidak akan menunjukkan sakitnya di depan Andri. Untuk saat ini, tidak.

Alfero tersenyum miris. Rahangnya mengeras dengan mata yang terus menatap tembok di belakang Andri. Dia melangkah tanpa ragu menuju pintu dengan tergesa-gesa. Tangannya mengapai kunci motor di meja ruang tamu dengan cepat.

"Mau kemana? Papa belum selesai ngomong sama kamu!" tanya Andri mengejar Alfero yang telah menaiki motor modifikasinya. Tangan Andri mencengkram pundak Alfero dengan keras dan kuat menyebabkan nyeri disana.

"Lepas Pa. Fero mau balapan kalo Papa ingin tahu," tekan Alfero mengepalkan tangan di gas motor. Rautnya menampilkan kesakitan saat cengkraman Andri semakin kuat.

"Ngapain balapan? Mau mati di jalan raya saat rem kamu blong atau saat belokan tikungan kamu nggak bisa ngontrol motor kamu dan berakhir masuk jurang, koma, terus mati. Bisa juga kamu mati saat ada sesuatu yang mengusik pikiran kamu yang membuat kamu tabrakan sama truk besar. Oh, mungkin ini yang paling bagus buat kamu mati. Motor kamu di sabotase sama musuh kamu sendiri," cerocos Andri tanpa henti. Matanya menatap punggung tegap Alfero tajam. Ada kilatan kemarahan dimata Andri.

Alfero menarik napas sesak saat Andri dengan gamblang membicarakan kematiannya. "Ya, Fero mau mati di arena balap seperti yang Papa omongin tadi," balas Alfero dengan sesak. Dia menahan napas saat dadanya mulai berdenyut nyeri. "Ssshh."

"Bagus. Kamu pikir nyawa bisa di beli dengan uang?!" Sentak Andri.

"Terus. Kalo dianggap Papa bisa dibulatkan dengan harga. Harus berapa uang yang Fero keluarkan untuk membayar itu?" tanya Alfero balik. Cowok itu menunduk. Harusnya malam ini akan menjadi malam bahagia Alfero tapi kebahagiaan itu pupus karena ucapan Andri yang mengatakan kalau Alfero adalah seorang pembunuh.

"Seorang pembunuh nggak akan pernah dianggap menjadi anak!" sarkas Andri melepaskan tangan di pundak Alfero. Andri mengeser tubuhnya agar bisa menatap mata teduh Alfero. Mata yang sama dengan Mata milik mediang istrinya. "Pembunuh akan tetap menjadi pembunuh."

Cowok itu terkekeh miris. Meruntuki kebodohan yang mengharapkan pengakuan dari Andri adalah kebodohan. "Makasih ya Pa."

"Berkat Papa. Fero sadar, Fero nggak akan pernah dianggap sama Papa. Meskipun Fero udah bisa ngeliat dan punya wajah yang nggak buruk rupa," lanjut Alfero membuang muka. Menghadap kearah lain asalkan tidak ke wajah Andri.

"Papa nyesel punya anak seperti kamu," lanjut Andri yang semakin membuat dada Alfero sesak seperti di tikam ribuan belati.

"Sakit banget Tuhan.." batin Alfero menyentuh dadanya yang berdenyut kencang. Membuat dia semakin merasakan sesak tak tertahan.

"Mau ikut Mama boleh?" tanya Alfero parau. Mengabaikan ucapan Andri yang menyakitkan. Sakit itu nyata. Terus menetap di hati terdalam Alfero. Tanpa mau pergi. Meninggalkan jejak luka yang tak kunjung sembuh.

Sampai bertemu di dunia dan semesta milik Mama. Di keabadian yang jelas lebih indah dari mimpi buruk ini. Dunia miliknya sangat kejam. Alfero mau ikut Mama.

.
.
.
Tbc.

21/11/2020 - 11 juni 22

Fyi: ALF itu cerita berat, penuh teka-teki disetiap Chaptr. Kalian bakal diajak mikir dg ketidakjelasan tokoh yang buta (ALF) tp bisa naik motor/balapan.

Sebelum lanjut. Tolong jaga ketikannya agar tidak melukai.


Secuil jejak kalian adalah semangatnya kami.

-Ruang bagian pojok. Di pagi hari.

ALF ||FRCZ 201 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang