45 EPISODE YANG MELEGENDA. [NEW VERSI]
Selamat malam Bobowkers.
Jejaknya jangan lupa ya Bow.
"Episode ini akan terus berlanjut. Sampai abadi dan melegenda."
.
.
.Setelah menatap kepergian Alfero. Sekar menjatuhkan rasel hitam Alfero ke lantai yang terpijak sebelum menyeretnya tanpa mengacuhkan bantuan teman-teman cowok itu yang menatap pias kelakuan berani Sekar namun tidak juga berkomentar apapun. Mereka tahu, sedalam apa kalimat Alfero yang benar-benar melukai. Sepertinya, tiga tonjokan belum juga menyadarkan sikap berengseknya.
Gadis yang terkenal pincang dalam lingkup SMA Lentera tidak mengubris cemohan dari anak-anak Smantera karena tindakan yang beraninya menyeret dan mengotori tas ketua buruk rupa itu ke lantai. Dalam sikap acuh yang dimiliki, sang gadis berlalu pergi kedalam kelasnya. Mengikuti pelajaran seperti biasa tanpa hambatan.
Sampai pada jam istirahat ke satu. Sekar kembali menyeret tas Alfero setelah membaca note kecil pemberian Mahar yang bertuliskan. "Kantin pojok." tanpa berpamitan dengan Arulina yang sendari tadi mengajak bicara tapi berakhir diacuhkan. Sekar menyaut singkat.
"Kantin. Jangan ikut," tekannya lugas. Berlalu pergi membawa sifat baru untuk membekukan sebuah rasa yang baru tumbuh sebiji kacang. Sekar terus menatap kedepan hingga kepala yang biasanya menunduk kini terangkat dengan berani. Menulikan pendengaran dan membutakan penglihatan untuk sampai ketempat yang dituju dan segera pergi dari sana.
Sekar bukan orang rendah hati yang kapapun bisa meaafkan perbuatan seseorang. Nyatanya, permaafan yang diberikan selalu berakhir dengan pengulangan.
Seseorang dengan tubuh yang nyaris pegal sepenuhnya terlihat membuka kedua matanya. Sedikit menyipit saat sinar matahari tepat berada dikedua matanya. Menyorot langsung karena duduk orang itu kearah matahari.
Orang itu mengerakkan tubuhnya setelah berhasil menghalau rasa pening dan mengumpulkan nyawa. Ia sedikit meringis ngilu pada beberapa luka lembam yang didapatkan pagi tadi saat Langgeng memukulnya. "Sshh.." desis Alfero menekan sakitnya.
"Udah bangun Ay?" suara merdu yang terasa familiar didengar itu mengalihkan Alfero pada luka-lukanya. Ia menatap gadis cantik yang saat ini menyender pada bahu yang terasa kaku digerakan.
"Kenapa lo disini?" tanya Alfero langsung. Cowok itu tidak sedikitpun mengeser posisinya duduk dan semakin merendahkan tubuh agar kepala si gadis terasa nyaman dipundaknya.
Elusan lembut yang berada dipipi Alfero menjawab semua pertanyaan yang bersarang yanpa diucapkan. Gadis itu selalu tahu kemana Alfero menghilang ditengah jam pelajaran. Selalu tahu caranya memberikan kenyamanan yang cowok itu butuhkan.
"Gue selalu tahu tentang lo. Setelah perdebatan dilorong kelas sama gadis pincang nggak tahu diri itu. Gue langsung nyusul lo kesini. Atap sekolah selalu jadi tujuan pertama lo kalo lagi kesal, 'kan?" tungkas sang gadis panjang. Sedikit senyum terbit saat mengingat hal kecil seperti ini. Orang dimasa lalunya yang sampai kapanpun selalu menjadi titik tujuannya muncul kembali.
Alfero menatap Resyaa dalam. Menelusuri keindahan mata bulat yang menjadi candunya hingga saat ini. Masih sama seperti terakhir dilihat. Resyaa tidak berubah banyak selain tubuh yang sedikit cubbhy yang malah terlihat mengemaskan.
Detik berikutnya, Alfero menarik Resyaa kedalam pelukkannya. Menghirup dalam aroma vanila yang menjadi wangi favorit. Gadis ini, telah kembali dalam dekapannya. Meskipun Alfero harus menelan mentah-mentah pil pahit yang akan datang dikemudian hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALF ||FRCZ 201 [New Version]
Fiksi RemajaUsai& lg di publish bertahap. Baca dulu sampe bab 30. . . . Ketiga anak dengan luka cacat masing-masing saling menatap dalam kebisuan. Berdiri dari sisi ke sisi. Membuat sebuah bentuk pola segitiga dikegelapan. Cowok dengan separuh wajah buruk rupa...