48. DUA SIKAP YANG SULIT DIPAHAMI

2.1K 268 328
                                    

48. DUA SIKAP YANG SULIT DIPAHAMI

Siapin hati dulu Bow. Tarik napas, dan selamat membaca.

Ayo Bobowkers, kerja samanya dikuatin lg. Agak sedih liat komenny nurun, maaf klo bbrpa waktu lalu saya nuntut komentar banyak. Tp terlepas dr itu, makasih banyak untuk setianya membaca kisah ini.

"Singkatnya, selain bisa berubah jadi monster mengerikan tanpa perasaan. Dia juga bisa berubah jadi manis seperti bocah yang membutuhkan belaian sayang."

.
.
.

Kelas XI IPA 1 hari ini terasa sepi. Tidak ada batang hidungnya sang ketua, wakil ketua, dan pengatur strategi. Sebenarnya dimana mereka berada saat ini? Kenapa mereka seolah sangat kompak membolos sekolah dan tidak mengajak ketiga temannya yang lain.

Langgeng, Kevin, dan Bayu hanya menatap bosan kearah papan tulis yang berisi sederet tulisan tidak jelas atau tidak bisa dibaca oleh mereka yang tidak paham dengan tulisan latin tentang sejarah yang digurui pak Adi. Hanya XI IPA 1 yang mendapatkan mata pelajaran sejarah. Kelas lain mendapatkan mata pelajaran ekonomi.

Singkatnya Pak Adi itu guru sejarah yang disiplin dan tegas. Saat baru bel jam masuk pak Adi sudah menenteng tas selempang hitamnya dan berjalan sambil membawa sebatang rokok untuk memasuki kelas dan siap mengajar. Bahkan siswa-siswi yang belum datang tepat waktu akan tertinggal pelajarannya. Belum lagi kalo disuruh mengambil surat dispensasi atau surat izin masuk kelas di kantor guru. Itu juga kalo tidak mendapatkan hukuman dulu sebelum diberikannya surat izin. Tambah jauh 'kan ketinggalan pelajarannya.

"Jadi kerjakan buku paket halaman 192 sampai dengan halaman 200. Minggu depan dikumpulkan sebelum kita bahas," ucap pak Adi mulai membereskan buku-bukunya kedalam tas sebelum memberikan salam dan berlalu pergi meninggalkan kelas karena bel pergantian jam sudah berbunyi sejak beberapa menit lalu.

"Ck. Kemana sih, tiga bocah itu perginya? Kenapa nggak ngajak kita bolos bareng? Biasanya juga bolos bareng-bareng," dengus Bayu yang sedari tadi menelpon Alfero, Delvin, dan Mahar untuk menanyakan keberadaan mereka, namun tidak ada satupun dari mereka yang mengangkat telepon darinya.

"Tau tuh. Nggak setia kawan emang," sungut Kevin menahan geram. "Awas aja kalo udah ketemu gue tonjok satu-satu," lanjut Kevin sok berani.

"Kayak berani aja lo Pin. Siapin mental dulu baru lawan mereka," ejek Bayu tertawa.

"Bener juga lo yu," sahut Kevin ikut tertawa.

"Ck. Cabut yuk. Nggak betah gue disini lama-lama tanpa anggota lengkap," ajak Langgeng membolos sekolah dengan menenteng tas ranselnya. Diikuti oleh Kevin dan Bayu yang sigap berdiri menyusul Langgeng.

"Gas lah. Sepi nggak ada mereka kayak ada yang kurang gitu," balas Bayu.

Kevin menyela. "Kosong. Kayak hati lo."

"Hati lo juga dugong. Inget dapetin satu cewek aja lo nggak mampu. Tertolak ya? Kasian," tambah Bayu berlari menghindar dari amukan Kevin yang siap melemparkan tas ranselnya.

"Bayu si tukang gagal move on!" seru Kevin dihiasi tawa dari kelas XI IPA 1 yang melihat aksi kejar-kejaran dua sahabat itu mengelilingi bangku-bangku kelas.

Langgeng bersiul sambil mengedipkan sebelah mata kearah M. Rain. Wakil ketua kelas yang super cuek dan dingin jika bersama Langgeng dan segala gombalan recehnya. Decakan malas menjawab kedipan mata itu.

"Dari sekian banyak gadis cantik. Kenapa hanya lo yang bikin gue tertarik. Hm?" goda Langgeng saat wakil ketua kelasnya melintas dipintu kelas membawa beberapa buku tulis.

ALF ||FRCZ 201 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang