71. MELUKIS SENJA

970 88 34
                                    

71. MELUKIS SENJA

Siap menyelesaikan kisah mereka dan menjawab teka-teki??

Kisah dari sebagian nyatanya kehidupan yang membenci akhiran cerita.

Happy reading. Ramein dan tolong tandai kalo ada typo.

"Senja dengan kiasan nyata yang begitu indah namun sesaat. Kisah dengan kehidupan yang enggan berakhir." Kisahnya, Alfero ||Bahaya.

.
.
.


Langit sore dengan semilir angin dipesisir pantai membuat mereka bergerak leluasa bermain dan menikmati waktu dihari itu. Hari yang jarang mereka lakukan saat berkumpul bersama. Hari yang akan menjadi sejarah bagi Ferocioz. Sebuah nama besar yang terbentuk dengan perjuangan didalamnya. Nama yang memiliki arti hebat dibaliknya. Keras dan ganas. Slogan yang tidak asal-asalan disandangkan. Dan banyaknya memori-memori singkat yang mereka lukiskan akan menjadi sebuah kenangan yang harus mereka simpan rapat disebuah tempat yang abadi.

Seorang cowok terlihat fokus dengan kuas cat air dan kertas putih didepannya. Tidak terlalu memusingkan teman-temannya yang sedang bermain diseberang dengan bola yang melambung tinggi sebelum melesat dengan cepat menuju tempat si lawan. Mencetak angka demi angka untuk menuju kemenangan. Meraih kemenangan juga butuh perjuangan. Tidak ada yang instan didunia termasuk kehidupan yang cerah pasti ada perjalanan terjalnya.

Tangan kekarnya kembali membuat pola-pola abstrak yang bermakna dalam. Lukisan dengan tinta berwarna merah itu baru tergores kasar saat dia melirik gadisnya sedang mencoba menaiki tebing bersama Bang Kharez. Nama yang biasanya dikenal anak-anak. Ada segaris senyum saat melihat mereka menghabiskan waktu sebelum senyum itu pudar dan digantikan oleh raut datar tak terbaca. Secepat itu dia memainkan raut wajah.

Goresan-goresan kasar kembali dia bumbuhkan dengan pandangan datar. Memfokuskan diri untuk mendalami sebuah karya seni. Pahatan yang belum sempurna itu berisi dua anak remaja berbeda gender sedang tidur diaspal yang dingin. Saling berpegangan tangan dengan warna merah yang menghiasi. Disampingnya ada beberapa orang-orang yang berdiri menatap mereka dengan ngeri. Raut kesedihan, kehilangan, kekosongan dan kehampaan melebur menjadi satu dalam sebuah lukisan. Entah artinya apa itu, yang jelas gambaran itu tampak nyata terlukis. Coretan-coretan nakal dan aneh yang dia goreskan selalu memiliki arti.

Langgeng terlihat duduk diatas tebing dengan memakan es tung-tung yang dia beli sebelum memanjat keatas tebing yang tidak terlalu curam pun tinggi. Menyendiri dari teman-temannya yang asik dengan dunia mereka. Tanpa mengenal bahwa banyak yang terluka tanpa ditanya. Karena setiap pertanyaan akan selalu ada jawaban. Tapi, kenapa dipertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang jelas pastinya?

"Habis berapa cup?" tanya Kharez setelah sampai diatas dengan Sekar yang kepayahan mengatur napas. Sungguh dia akan menolak ajakan Kharez mentah-mentah kalau tahu seperti ini perjuangan orang menaiki tebing. Meskipun tebing ini tidak dikatakan terlalu curam. Tapi ini sangat amat melelahkan. Menguras tenaga dan energi. Namun, satu hal yanh tidak bisa Sekar jelaskan. Bahwa pemandangan air pantai jika dilihat dari atas sini sangat menarik. Ombakan air yang bergelompang hingga naik mencipratkan sungguh menajupkan dilihat lama-lama.

"Lima masuk ke enam?" tanya balik Langgeng acuh. Dia tidak menghitung berapa banyak cup es tung-tung yang dia beli tadi. Hanya dengan menyebutkan berapa ribu uang yang akan digantikan dengan bercup-cup es tung-tung. Itulah kebiasaan Langgeng dalam membeli sesuatu. Angka akan selalu memiliki nilai. Tergantung angka apa yang dikasihnya dan berapa angka barang yang didapatkan untuk membeli satu buah es tung-tung.

"Kebiasaan lo," cetus Khares mengelengkan kepala pelan. Sedangkan Langgeng mengendikan bahu acuh. Dia juga menawarkan Sekar es tung-tung miliknya kepada Sekar untuk melepaskan dahaga setelah menaiki tebing. Langgeng mengangguk pelan saat mendengar Sekar bergumam 'makasih.'

ALF ||FRCZ 201 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang