57. GADIS MANIS

1.8K 204 141
                                    

57. GADIS MANIS

Happy Reading.

"Jangan percaya sama sesuatu yang belum tentu benar adanya. Karena itu bisa jadi hanya karangan."

Huruf ke 16.

.
.
.


Sesaat setelah meninggalkan taman tempat perudungan mereka. Sekar tidak kunjung pulang kerumah. Melainkan ketepi jalan sepi untuk menetralkan perasaan sesak yang kian menjadi-jadi. Meletupkan sakit hatinya saat mendengar bahwa kalimat anak haram sungguh menyakitkan hatinya.

Di pikir-pikir lagi, impian kecilnya kian jauh teraih. Saat suara-suara nakal terdengar ketelinganya. Membentangkan jarak benci agar menghapuskan segala pencariannya dalam menemukan orang tuanya.

Sekar menjatuhkan air matanya. Lagi-lagi dia ditampar kuat oleh keadaan yang tidak memihaknya. Menyudutkan kedalam ruang sesak. Mendera hebat dalam hati kecilnya.

Menyepit, pesimis, sesak. Berbagai perasaan kacau semakin luas dalam diri rapuh Sekar. Menangis darah pun tidak akan bisa mengulang waktu. Mengembalikannya dalam tubuh belum terbentuk sempurna. Agar ia bisa meminta kembali kepada Tuhan bahwa kelahirannya adalah bumerang dimasa mendatang dan ia tidak mau menjalani hari buruknya. Namun kini, dia terlanjur dilahirkan.

Menyebabkan euforia sakit mendarah-darah.

"Dek.." suara samar-samar terdengar mendayu-ndayu memanggil nama Sekar yang tengah menulikan pendengaran. Agar tidak terlalu mendengar kalimat menyakitkan lainnya. Sekar sedang berusaha kuat agar tidak kembali runtuh. Meskipun ia tahu, akan gagal saat semakin banyak angkaranya mendesak keluar.

"Dek.. Maaf soal tadi," sesalnya pilu. Ikut merasakan sakitnya mendengar sebutan anak haram dari mulut tidak bermoral Rival. Bagamanapun, mereka juga sama-sama seorang anak. Dan turut merasakan sakitnya dikatakan seperti itu.

Sekar mengangguk kaku. Mengusap air mata dengan punggung tangan. Belum ada suara balasan pasti dari Sekar membuat cowok itu menghela napas sesak.

"Kalo disakitin, bales aja. Jangan diam dan membuat orang itu merasa tinggi saat melihat lo terluka karena ulah mereka," katanya.

Sekar menatap jauh pada hamparan gelap bumi. Memberitahukan bahwa takdirnya akan semakin gelap dan suram. Sekar tidak akan mampu menahan kedutan dibibir yang bergetar. "K-kakek sama Nenek nggak pernah ngajarin aku jadi anak pendendam. Mereka selalu ngajarin aku jadi anak pemaaf. Entah itu memaafkan kesalahan fatal atau enggak," tutur Sekar pelan.

Sekar mengigit bibirnya menahan tangis yang akan kembali pecah. "D-dan Ayah sama Ibu nggak pernah didik aku. Bahkan diumurku yang enam belas tahun ini. A-aku belum pernah ketemu sama mereka sekalipun," ungkap Sekar pilu. Menahan getaran dihati yang mulai sesak. Saat satu persatu rahasia itu terbongkar. Akan ada hati yang ikut terluka bersamanya.

Dengan napas yang memburu menahan gejolak sesak yang kian merambat dan semakin sakit. Sekar terus bersuara dengan nada pilu yang bergetar hebat disetiap kalimat yang terucap. "M-mereka buang aku kak. Mereka nggak peduli sama aku."

Tangis Sekar kembali pecah. Terasa sangat memilukan bagi mereka yang mendengarnya. Sangat menyayati hati yang sudah rapuh itu kembali melebur berantakan.

"Bener kata Rival. Secara nggak langsung aku itu anak yang nggak diharapkan kehadirannya."

"Anak haram, emang nggak pantes bahagia," akhirnya parau.

Dada cowok itu menyesak mendengar penuturan Sekar. "Lo percaya?" tanyanya menatap Sekar yang menunduk dengan raut tidak terbaca. Sorot mata yang memerah itu ikut merasakan bagaimana diposisi Sekar.

ALF ||FRCZ 201 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang