70. SANG PANUTAN

1K 83 46
                                    

70. SANG PANUTAN

Siap main tebak-tebakkan lagi?

Gimana selama menunggu kisah ini? Lumutan? Maaf ya, lama update.

Vote dan komen dari kalian sangat membantu dalam menceritakan kisah mereka. Jadi, jangan lupa ya? ^^

Happy reading. Tandai kalo ada typo.

"We are Ferocioz gang. Membantai poin kedua. Membantu poin pertama. Yang paling utama!" Salam dari Ferocioz berlogo kepala singa.

.
.
.

Barang-barang yang mereka beli kemarin mereka bagikan dipanti asuhan bernama 'Mutiara Bunda' itu yang tertulis dipalang depan sebelum mereka masuk. Banyak anak-anak kecil yang terlihat antusias saat kedatangan Kakak-Kakak baik menurut mereka disetiap bulannya. Membawakan beberapa kotak kardus berisi makanan dan kebutuhan sekolah anak-anak panti.

Sederhananya pemberian mereka yang selalu dinanti bagi anak-anak yang tidak mempunyai keluarga utuh. Sejatinya rasa sedih itu kerap muncul pada mereka saat melihat anak-anak lain yang bahagia bersama keluarga lengkapnya. Dilain sisi, rasa syukurnya mereka yang tidak pernah berkurang saat mengenal kakak-kakak pahlawan seperti Ferocioz 201. Bagaimanapun, mereka adalah keluarga pelengkap bermain anak-anak panti.

"Belajar yang bener ya," pesan Sekar kepada anak laki-laki yang terlihat lebih pendiam dan berbeda dari yang lain. Umur dia bisa mereka kira-kira sekitar 15 tahun dan akan memasuki sekolah menengah Atas.

"Hm," respon anak itu singkat membuat Sekar tersenyum kecil. Gumaman itu, yang memgingatkan Sekar pada saat-saat sebuah rengkuhan nyaman melingkupi punggungnya. Sekar menghela napas, mencoba untuk mengacuhkan pikiran kacau itu.

"Jangan bandel. Nurut sama ibu panti," tambah Arulina memberikan beberapa bungkus mie kremes yang dia copet dari Mahar. "Ini hasil nyuri dari kakak yang pake slayer," jeda Arulina sembari memberitahu siapa dan dimana orang itu. Sejenak, anak itu termenung. Detik selanjutnya Arulina kembali bersuara, "tapi lo jangan bilang-bilang ya. Jangan juga nyuri kaya gue. Ini tuh terpaksa karena dia nyebelin, makanya gue iseng nyuri," jelasnya sambil tertawa.

"Buset lo Ar. Gak takut?" seru Rain dibalas bisikan dan delikan tutup mulut. "Iss, jangan kenceng-kenceng Rain, ngomongnya!"

"Sebegitunya iseng sampe nyuri makanan," kata remaja itu sebelum berlalu pergi dari sana tanpa mengacuhkan beberapa bungkus mie yang tergeletak dibangku, tidak lupa ia bergumam terima kasih dan dia akan mengingat pesan ketiga gadis itu.

"Ck, dingin beut dah, kulkas aja sampe kalah," gerutu Arulina saat mendengar balasan dari cowok yang belum mereka kenal akrab.

Disisi lain. Syila duduk dihalaman samping rumah dengan seorang anak kecil yang fokus dengan gambaran acaknya, "Mama sama Papa kamu mana?" tanya Syila kepada seorang anak yang berumur sekitar 5 tahunan yang saat ini tengah mengambar sebuah keluarga dikertas putihnya. Gambaran itu berisi dua orang dewasa yang tengah mengenggam tangan anak kecil ditengah-tengahnya.

Anak itu mengendikan bahu. Tanda tidak tahu dan kembali sibuk dengan pensil-pensil warnanya.

"Udah mati ya?" tanya Syila polos.

Mendengar pertanyaan Syila. Anak kecil itu berdesis. Menatap tidak suka kearah Syila yang berbicara tanpa berpikir. Tidak sopan menurutnya.

"Jangan ngomong gitu cil," sembur Bayu panik mendengar ucapan tadi. Bayu memang sedang mengawasi Syila dan beberapa anak panti belajar mengambar.

ALF ||FRCZ 201 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang