10. CITA-CITA YANG MULIA

5.5K 599 66
                                    

ALF Chaptr 10. Mereka yang bercita-cita besar.

Siap membaca?

Tinggalin jejak dulu ya. Kalo ada typo tandai ya? nanti di rvs ulang.

Selanjutnya. Happy Reading.

10. CITA-CITA YANG MULIA

"Tentang mimpi. Selalu menjadi bagian menarik dalam hidup. Hal menyenangkan dalam memikirkannya juga yang menyedihkan saat mengingatnya. Kata orang mimpi itu harus dikejar. Pertanyaanya; sanggup? Kalau ragu, balik lagi apa alasan kalian bermimpi."

.
.
.

Pelajaran terakhir. Pelajaran yang membuat bosan, laper, dan mengantuk secara bersamaan bagi semua siswa-siswi. Apalagi mendengarkan penjelasan dari Bapak atau Ibu guru yang panjang kali lebar kali tinggi membuat siswa pusing tujuh keliling saat mencernanya. Belum juga pekerjaan rumah yang setiap mapel selalu ada dengan deadline yang singkat semakin membuat mereka terlantarkan.

Kelas XI IPA 2. Kelas dimana para inti Ferocioz menimba ilmu. Disana sudah ada guru yang berpakaian rapi. Parasnya yang cantik dengan rambut yang tersanggul rapi. Tidak lupa, kacamata bulat yang bertengger manis dikedua mata.

"Berhubung Ibu tau kalo anak-anak pasti akan tidur di jam pelajaran saya, jadi hari ini Ibu tidak akan menjelaskan materi apapun dan tidak akan memberi tugas buat kalian," terang Bu Meta. Guru bahasa indonesia kelas 11 dan 12. Biasanya anak-anak memangil guru itu dengan sebutan Bu Met. Jangan tanya siapa yang manggil guru itu dengan sebutan seperti itu kalo bukan anak-anak geng Ferocioz.

Sorakan demi sorakan terdengar meriah. Bersama dengan seruan lantang yang menghebohkan seisi kelas. Karena jarang sekali Ibu Meta yang terkenal tegas itu sedang berbaik hati tidak memberikan materi dan tugas.

"Asik boskuuhh," suara Delvin ikut terdengar heboh. Wakil ketua itu sangat antusias saat jam terakhirnya tidak ada tugas.

"Bu Meta guru yang menyenangkan," ucap Kevin memberikan acungan jari jempolnya kepada guru itu yang tertawa kecil melihat kelakuan anak-anak dikelas XI IPA 1.

"Guru kesayangan," cetus Langgeng dengan cengiran lebarnya. Mendegarkan suara dari Langgeng guru itu tertawa.

"Guru ter the best. Tahu aja kalo kita bakal tidur," ceplos Bayu langsung digeplak oleh Langgeng yang menatapnya dengan mata melotot tajam. Seperti mengatakan; kenapa lo bongkar dongo!

Bu Meta yang mendengar cetusan Bayu langsung mengangguk sambil berkata. "ohh.. Jadi gini kelakuan anak-anak dijam pelajaran terakhir? Sibuk bermimpi dalam tidur tanpa mau mewujudkan mimpi itu jadi nyata?" ucap Bu Meta sekaligus bertanya.

Diam. Hening. Senyap. Anak-anak dikelas itu tidak bersuara. Hanya terdengar suara berisik dari luar yang kelasnya sedang jam kosong.

"Bukan gitu bu. Masalahnya jam pelajaran terakhir itu waktu yang pas buat tidur siang. Menyelam di alam mimpi dengan haluan indah yang suatu hari nanti bisa terwujud jadi nyata," tutur Delvin dengan puitis.

"Anjasss... Waketu nih bos!" seru Kevin tertawa mendengar penuturan Delvin yang aneh bin ajaib. Diikuti oleh anak-anak yang lain.

"Kalo cuma halu tanpa bergerak buat mewujudkannya ya percuma. Semua itu harus sama. Tentang mimpi dimasa depan dan cara kalian untuk mengapai mimpi itu harus seimbang," terang Bu Meta berdiri di tengah-tengah papan tulis yang kosong. Tidak ada satupun tulisan yang menghiasi papan itu.

Soal mimpi dan keinginan ada takarannya. Takaran antara gagal dan berhasil. Antara cara kalian bergerak mengapainya atau malah berimajinasi tentang mimpi itu sendiri. Berekspetasi indah sampai lupa kalau realitanya kalian tidak melakukan hal apapun untuk mendapatkannya.

ALF ||FRCZ 201 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang