66. INISIAL P ITU..
Jejak, vote, komen untuk apresinya, kawan.
Happy reading. Ramein& tandai kalo ada typo.
"Jika sedang banyak masalah. Kita hanya perlu waktu untuk menangis sebentar guna menenangkan diri yang sakit."
.
.
.
"Aku mau pulang." Sekar berjalan cepat tanpa memperdulikan Alfero dan antek-anteknya yang menatap mereka berdua selepas kejadian menengangkan tadi."Artinya lo pilih mati penasaran dengan nama dibalik gelang berinisal P," putus Alfero sepihak, memberikan pilihan sulit bagi Sekar. Dia sedang tidak mau mendengar apapun. Ingin segera menjauh sejauh-jauhnya dari mereka yang melukai. Namun, rasa penasaran yang tinggi membuat Sekar mengurungkan niatnya untuk pergi.
Tubuh Sekar terasa kaku mendengar penuturan Alfero. Gelang itu mengingatkannya pada penjelasan ringkas Rival ditaman. Entah kenapa rasa sakit dan benci itu melebur menjadi satu. Lagi-lagi, hati kecilnya menolak kebencian samarnya.
Suara Sekar tercekat. "K-kamu udah tahu?"
Anggukan ragu yang tidak terlihat oleh Sekar yang tengah memunggunginya tidak melunturkan sikap keras kepala Alfero.
Sekar berbisik lirih. "Katanya a-aku anak yang nggak diharapkan ke-kehadirannya," tuturnya pelan. Menahan kepedihan dalam hatinya yang kian mebelenggu sakit disetiap desakan angkara.
"No only you," bisikan rendah yang tidak terdengar oleh mereka kecuali Sekar sendiri yang berjarak 3 langkah didepannya.
Mata Sekar memanas mendengarnya. Getaran pelan itu perlahan menghebat dengan isak tangis kecil yang mulai terdengar samar. Mengingat dari gelang inisial P itu membuat Sekar merutuki kebodohannya. Bodoh dalam hal berharap.
"Cukup lo tahu, bahwa kehadiran lo itu diharapakan," timpal Mahar memberikan dukungan dalam bentuk perkataan singkat.
Mata teduh berwarna hitam itu berkilat. Dia melangkahkan kaki kedepan sampai berdiri tepat ditubuh Sekar. Bahkan ujung sepatu mereka bertabrakan. Diraihnya dagu yang menunduk itu untuk menatap mata teduhnya.
"Lo emang wajib terluka. Tapi lo nggak boleh nangis saat menerima luka itu," ucapan bernada dingin kental itu menusuk relung hati Sekar yang belum pulih dikejutkan oleh fakta-fakta yang belum menemukan titik terangnya.
Sekar tertawa sumbang. Kalimat pedas Alfero selalu mengusik hati dan pikirannya. Mengusap kasar air mata yang jatuh. Sekar bersuara tegas, "M-minggir! Aku mau pulang!" tekan Sekar kedua kalinya tanpa memperdulikan tatapan tajam Alfero yang seolah membunuhnya.
Langgeng menatap Sekar gamang, tidak tega. "Gue anterin sampai rumah, ya?" Hanya gelengan dengan senyum yang tidak terbentuk sempurna yang menjadi tolakan halus pertanyaan itu.
"Kita kasian sama lo."
"Aku nggak butuh belas kasian dari kalian," kata Sekar cepat. Mengabaikan semua hal yang terasa pelik dilalui. Cukup dengan menghindari, rasanya tidaklah apa-apa.
"Gelang berinisial P itu. Yakin lo nggak mau tahu?" tanya Alfero lagi, mengacuhkan peringatan dari para teman-temannya.
"Jangan ngada-ngada!" tegur Bayu mendapatkan acungan kelima jari yang berarti menyuruhnya diam.
"P itu bisa jadi Pazrial, Pratama, Pradipta, atau bahkan Pandegra," sambung Alfero yang berdiri didepan Sekar yang mematung. Seluruh sendi cewek itu seakan mati rasa mendengar nama-nama yang tidak asing ditelinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALF ||FRCZ 201 [New Version]
Teen FictionUsai& lg di publish bertahap. Baca dulu sampe bab 30. . . . Ketiga anak dengan luka cacat masing-masing saling menatap dalam kebisuan. Berdiri dari sisi ke sisi. Membuat sebuah bentuk pola segitiga dikegelapan. Cowok dengan separuh wajah buruk rupa...