28. Negoisasi
Isla membuka ponselnya. Dengan semangat, ia membuka laman channel YouTube-nya. Entah kenapa, ia ingin mengecek apakah ada komentar baru atau tidak dari akun yang bernama Lovely Art itu.
Meski Isla tidak mengenalnya, tapi dia terasa dekat. Seolah seseorang dalam lingkungannya yang mengirim itu.
Namun, ternyata tidak ada komentar baru darinya. Bahkan setelah Isla meng-upload video baru di mana ia mengcover sebuah lagu yang berjudul Terindah Di Hidupku.
Isla membuang napas panjang, kecewa. Lalu, ia teringat sesuatu dan segera membuka aplikasi pesan. Isla mencari nama sebuah kontak dan mengirim sebuah pesan padanya.
Isla: Malam, Kak. Maaf mengganggu waktunya. Sekarang gue mau nego. Kalau nomer atau diblock atau lo nggak mau nego, terpaksa gue sebarin berita itu, Kak. Terimakasih
Isla menunggu balasan dengan gugup. Ia menggigit kuku-kuku jarinya tanpa melepaskan tatapan pada layar ponselnya. Tak lama kemudian, pesannya dibalas.
Aslan: lo ganggu dan gue nggak suka diganggu
Isla tersenyum sabar seraya mengetik balasan.
Isla: oke, gue bakal terbitan berita panas itu di majalah Harian Pelangi Minggu depan
Aslan: lo nggak ngerti sama apa yang gue omongin tadi?
Isla: tadi lo ngomong apa, Kak?
Aslan: jangan main-main sama gue
Isla: gue bukan mau main-main, Kak. Gue mau nego, tadi udah dibilangin
Di seberang sana, Aslan tidak bisa santai saja menanggapi balasan Isla yang berani itu. Ia mengubah posisinya yang awalnya berbaring menjadi terduduk dengan mata menatap tajam layar ponsel.
Seketika, Aslan lupa pada bagaimana kata-kata pujian dalam majalah Harian Pelangi tentangnya membuat perasaannya membaik. Sekarang, yang ada hanya kekesalan untuk Isla.
Aslan: nego tuh di pasar, bukan ke gue
Isla: idih
Aslan: apa lo. berani bener ke kakak kelas yang ketua OSIS lagi, heran gue
Isla: berani karena benar, takut karena salah
Aslan berdecak tak percaya. Ia mengetik balasan dengan emosi.
Aslan: lo ngajarin gue?
Di sisi lain, Isla tertawa karena balasan itu. Ketua OSIS itu tak lain adalah seseorang yang mudah terbawa emosi dan punya ego selangit. Isla heran mengapa dulu Aslan terlihat sangat agung di matanya. Sekarang, Aslan hanya sosok yang menyebalkan untuknya.
Namun, masih tersimpan di hatinya. Mungkin, kini hanya tersisa sedikit.
Sebab Isla merasa kehilangan rasa sejak Aslan ternyata bukan hanya anggota Askaar, tapi dia ketuanya. Sebisa mungkin, Isla ingin menghindari masalah dengan geng motor, tapi berita panas ini terlalu istimewa untuk dilewatkan.
Isla: cuma ngingetin, kali aja lupa
Aslan: gue nggak punya waktu buat main-main sama lo, ya
Isla: sama gue juga. Karena itu, gimana kalau kita nego sekarang?
Aslan: sopan santun lo sebenernya di mana, sih?
Membaca pertanyaan yang agak mencubit hatinya, Isla membulatkan matanya.
Isla: maksudnya?
Aslan: udah nggak tau sopan santun, bego lagi. Rugi orang tua lo bayarin sekolah lo. Ngajak nego sama kakak kelas apalagi malem-malem gini lewat chat tuh nggak sopan banget, kalau harus banget gue kasih tau
Isla: ngerasa nggak sih kata-kata lo itu keterlaluan, Kak? Gue nggak perlu komentar lo buat hidup gue. Dan gue tau nego begini nggak sopan, tapi jelas-jelas gue udah bilang MAAF MENGGANGGU WAKTUNYA di chat paling atas, kalau harus banget gue kasih tau
Aslan: nah ini nih. Ini nih yang bikin nama sekolah bisa tercoreng. Udah salah, nyolot lagi
Isla tertawa hambar saat membaca balasan Aslan yang sangat menyebalkan itu.
Isla: kayak yang bener aja!
Aslan: orang terburuk adalah orang yang nggak mau menerima masukan orang lain
Isla: sekolah pasti tercoreng banget kalau tau ketua OSIS-nya ternyata ketua geng motor yang suka bikin onar itu!
Aslan: jaga omongan lo, ya
Isla: sorry, gue bukan ngomong
Aslan: jangan bikin kesabaran gue habis, ya
Isla: ketua OSIS kok kesabarannya tipis banget? Cuma tahan sepuluh menit doang. Ah, cemen
Di seberang sana, Alsan memejamkan matanya dengan frustasi. Ia membuang napasnya panjang, lalu mengambil minum dalam kulkas dan meneguknya satu kali sebelum akhirnya mengetik balasan untuk Isla.
Aslan: kita udah sepakat buat nggak bersinggungan lagi. Gue jaga rahasia lo, begitupula sebaliknya. Sebenernya mau lo apa, hah?
Isla: kasih gue berita tentang The Art lagi, setidaknya buat dua Minggu ke depan sebelum klub gue bubar. Setelah ini, gue berjanji buat ngulang dari kehidupan lo. Serius.
Aslan: berita tentang apa lagi yang lo mau?
Isla: jadi, mau, nih?
Aslan: cuma dua berita, kan?
Isla: wow, ternyata mudah juga nego sama lo, Kak. Unbelievable
Aslan: 🙃otak lo kayaknya geser. Gue sabar salah, gue emosi juga salah
Isla: santai dong, Kak. Gue kan bercanda ehehe
Aslan: udah salah, ketawa lagi lo. Berani bener
Isla: berani karena benar, takut karena salah. Itu motto hidup gue, Kak
Aslan: lucu
Isla: kenapa lucu, Kak?
Aslan: lo naif banget. harusnya lo inget, sesuatu yang bener nggak selamanya bikin lo bahagia
Isla: wah, qoutes yang bagus, tuh. Gue izin simpen, ya. Nanti kalau gue post di majalah, gue kasih kredit, deh
Aslan: itu bukan sekedar quotes
Isla: iya, iya, siap, Komandan. Jadi, besok kita wawancara di mana?
Aslan: harus besok banget?
Isla: lebih cepat lebih baik
Aslan: besok gue nggak bisa. Ada urusan waktu pulang sekolah
Isla: waktu istirahat nggak bisa emangnya?
Aslan: nggak bisa
Isla: yah, ada rapat OSIS, ya?
Aslan: kepo banget lo. Udah. Nego malem ini selesai. Tentang wawancara atau pengambilan beritanya biar gue yang tentuin, gimana dan di mana kita ketemunya.
Isla: oke!!!
***
Terima kasih telah membaca
31122020
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secrets of Prince
Teen Fiction⚠️bukan kisah semanis gulali, seindah pelangi, apalagi sebahagia drama di televisi ⚠️ini reality yang penuh duri, menyayat hati dan tak berhenti menyakiti satu kali -- "Apa mau lo?" "Harta, tahta, ... semua yang lo punya." --- Jangan biarkan seseora...