Selamat Membaca
***
The Secrets
Of
Prince***
Hari ini tanggal 8, bertepatan dengan hari Minggu. Waktunya Isla meliput siaran langsung itu. Isla hanya membawa kertas kecil, satu balpen dan ponselnya. Sepertinya mereka dengan ponsel saja cukup.
Isla yakin pada dirinya. Jika berita yang disampaikannya baik dan benar, maka kualitas kamera tidak akan jadi masalah untuk penilaian nanti.
Setelah memastikan pakaiannya rapi, Isla berangkat ke alamat yang sebelumnya dikirimkan oleh Aslan. Entah darimana laki-laki itu mendapatkan nomor ponselnya. Fokus Isla tertuju pada liputan dan siaran langsung, jadi ia tak memikirkannya lagi sampai akhirnya tiba di tempat tujuan.
Alamat yang dikirim Aslan ternyata merupakan alamat sebuah panti asuhan yang terletak agak jauh dari kota. Isla menghabiskan banyak uang untuk ongkos menuju ke sini.
Bahagia Tanpa Suara adalah nama dari panti asuhan itu. Isla melihat jam yang melingkar di tangannya. Baru pukul 2 siang, sementara Aslan bilang acara amalnya akan dimulai jam lima sore.
Isla jelas butuh waktu untuk survey. Ia akan melihat-lihat bangunannya, bertanya-tanya sedikit dan menyusun teks laporan untuk siaran langsungnya nanti.
Sebelum melangkah masuk, Isla berdoa lebih dulu agar acara amal The Art, siaran langsung dan liputannya berjalan lancar.
***
Kaisar sudah lebih dulu sampai di tempat amal sebelum Arkais dan Aslan. Ia yang memilih tempat untuk amal bukan ini, ia juga sudah survey tempat ini sehingga sudah hafal jalan pintasnya.
Waktu baru menunjukkan pukul empat sore saat Kaisar melihat ponselnya. Kaisar mengabarkan kedatangan pada Aslan dan Arkais sebelum akhirnya masuk ke dalam bangunan yang sudah agak tua itu.
Suara anak-anak yang ceria seketika membuat senyumnya berkembang.
Panti asuhan ini tidak seberapa luas. Hanya ada tiga puluh anak di dalamnya. Ada lima laki-laki dan dua perempuan seusianya, sisanya adalah anak SMP dan SD.
Ketika Kaisar hendak masuk, ia mengerutkan keningnya melihat sepangan sepatu kets yang sangat ia kenali. Kepalanya menggeleng cepat. Tak mungkin dia ada di sini.
Lagipula buat apa Isla ada di sini hari ini? Terlalu tidak masuk akal untuk dikatakan kebetulan. Letak panti asuhan ini aja sudah jauh dari kota, terlebih lagi bangunannya tersembunyi oleh pohon-pohon besar.
"Aku bakal kembali lagi—"
Namun, ternyata perkiraan Kaisar salah. Isla benar-benar ada di sini. Perempuan itu baru saja membuka pintu masuk panti asuhan. Sama dengan wajah terkejut Kaisar, Isla menatap Kaisar dengan mata membulat.
Mereka berhadapan seketika. Hanya tersisa satu langkah hingga ujung hidung Isla dapat mencium dada Kaisar.
"Ngapain di sini?" tanya Kaisar langsung. Sama tajamnya seperti malam di mana Isla tak sengaja bertemu Aslan.
"Aku mau liputan buat Harian Pelangi," jawab Isla takut-takut. Tangannya meremas uang tanpa sadar. Sebelumnya Isla diberi tugas untuk membeli beberapa snack oleh pengurus panti asuhan.
Kaisar membuang napas gusar. Ia menyisir rambutnya ke belakang. "Siapa yang izinin lo liput sesuatu di sini hari ini? Jangan bilang kalau lo mau tulis berita tentang acara amal klub The Art."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secrets of Prince
Teen Fiction⚠️bukan kisah semanis gulali, seindah pelangi, apalagi sebahagia drama di televisi ⚠️ini reality yang penuh duri, menyayat hati dan tak berhenti menyakiti satu kali -- "Apa mau lo?" "Harta, tahta, ... semua yang lo punya." --- Jangan biarkan seseora...