Selamat membaca
***
The
Secrets
of
Prince***
Salah satu yang menjadi daya tarik SMA Erlangga adalah keberadaan tiga mutiara yang menyilaukan.
Siapa lagi kalau bukan Aslan, Kaisar dan Arkais.
Mereka bertiga punya ketampanan wajah di atas rata-rata, proporsi badan seperti model majalah dan keterampilan yang mengharumkan nama sekolah. Bukan hanya itu, ketiganya merupakan perangkat inti OSIS yang berkontribusi langsung atas kesuksesan acara-acara yang diselenggarakan, juga koordinasi dan mobilitas dalam sekolah.
Kekayaan serta kedudukan sosial ketiganya tidak perlu ditanya lagi. Mereka bertiga lahir dengan sendok emas yang bahkan tidak perlu memikirkan cara untuk bertahan hidup untuk tiga generasi.
Tak hanya itu, ketiganya juga aktif dalam bidang akademik dan terbilang lebih unggul dari yang lainnya. Meski begitu, bukan berarti mereka tidak pandai dalam bidang non-akademik. Hanya terlihat kurang berminat.
Mereka nyaris sempurna. Punya harta, tahta dan ... hanya Aslan yang punya wanita. Kaisar tak terlihat tertarik dengan itu dan Arkais hanya bermain-main tanpa memilih dia yang akan singgah secara permanen di hatinya.
Setiap hari, tak ada absennya loker ketiga orang itu penuh dengan bunga, cokelat, kotak makan, minuman, serta surat-surat yang isinya pernyataan cinta, kagum atau penyemangat. Hampir tak ada yang tak menyukai Aslan, Kaisar dan Arkais, khususnya para kaum hawa.
Terbukti hari ini, saat tanpa sengaja, Aslan, Kaisar dan Arkais datang dan berjalan bersamaan di koridor. Seketika, koridor itu penuh bunga merah muda dan para perempuan keluar dari kelasnya untuk menatap tiga rupawan itu dengan mata berbinar-binar, tak lupa suara-suara kagum, gemas dan bahagia.
"Selamat pagi, Aslan!"
"Sayangku Kaisar makin kinclong aja!"
"Udah pas deh jadi iklan Pomade tuh si Arkais."
"Gila sih, bikin gue mimisan aja itu titisan malaikat."
"Tolong balas cintaku, Kakak!"
"I love you, Trias Handsome!"
"Hai, hai," sapa Arkais dengan senyuman narsis. "Pagi, semuanya."
"AAAA! Hamil gue disapa Arkais!"
"Demi apa si ganteng lambai-lambai tangan ke gue?!"
"Dia tadi liat mata gue masa! Aaaaa!"
"Ih, nggak, tadi Arkais liat gue!"
Arkais tertawa mendengar itu. Sementara Aslan dan Kaisar hanya memandang lurus ke depan, tak begitu tertarik dengan perhatian-perhatian berlebihan yang diberikan pada gadis.
Dari ketiganya, Arkais memang lebih ramah dan murah senyum. Meski begitu, laki-laki tampan satu itu selalu mempermainkan perasaan wanita.
Mereka bertiga beda kelas, tapi melangkah ke tempat yang sama lebih dulu, loker. Loker mereka berderetan secara kebetulan. Aslan hendak mengambil baju olahraganya, Kaisar hendak mengambil sepatunya dan Arkais hanya ingin mengecek pemberian-pemberian para pengagumnya.
Surat-surat langsung berhamburan keluar begitu Aslan membuka lokernya. Beberapa cokelat dan bunga juga menggelinding dan terantuk ujung sepatu Converse yang dikenakannya.
"Heran gue, mereka nggak ada bosan-bosannya kirim sesuatu yang ujungnya nggak gue terima," keluh Aslan seraya memunguti apa-apa yang jatuh untuk dimasukkan dalam kantong plastik yang Arkais bawa dengan sengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secrets of Prince
Novela Juvenil⚠️bukan kisah semanis gulali, seindah pelangi, apalagi sebahagia drama di televisi ⚠️ini reality yang penuh duri, menyayat hati dan tak berhenti menyakiti satu kali -- "Apa mau lo?" "Harta, tahta, ... semua yang lo punya." --- Jangan biarkan seseora...