Selamat membaca
***
The
Secrets
Of
Prince***
Sebuah guncangan kecil di bahu Isla membuat kedua matanya perlahan terbuka. Setelah beberapa kali mengerjap, Isla sadar Ibunya tengah membangunkannya dan jam dinding sudah menunjukkan pukul lima pagi.
"Pagi, Bu," sapa Isla seraya bangkit dari tidurnya, meski ia tahu bahwa Ibu tidak akan bisa membalasnya.
Ibu tersenyum lembut, lalu menggerakkan kedua tangannya untuk menyampaikan sesuatu. "Kamu bereskan dulu tempat tidurnya, terus mandi. Abis itu turun, katanya mau belajar masak sama Ibu."
Sejak kecil, Isla tak pernah mendengar suaranya Ibunya.
Isla mengangguk, balas menggerakkan tangannya. "Iya, siap, Bu."
"Kalau begitu, Ibu turun duluan, ya."
"Iya, Bu."
Setelah Ibu pergi, Isla mengucek kedua tangannya. Ia menguap satu kali sebelum membereskan tempat tidurnya yang hanya terdiri atas satu lembar kasur lipat dan bantal kecil. Ia menaruh lipatan kasur itu dengan rapi di ujung kamar yang berukuran 4×4 meter itu, tepat di sebelah kasur lipat Ibunya.
Memang tak luas, tapi ruangan itu adalah rumah bagi Isla dan Ibunya. Majikan Ibu saat ini sangat baik hati karena mengizinkannya tinggal dengan gratis dan memakai fasilitas lainnya.
Dulu, Ibu dapat majikan yang menuduhnya mencuri sampai dipecat tanpa gaji terakhir.
Kali ini, Isla dan Ibu sangat beruntung karena sudah bertahan selama sepuluh tahun bersama keluarga yang dilayani.
Setelah lipatan kasurnya rapi, Isla beralih ke samping, memasukkan buku pelajaran hari ini dalam tasnya. Lalu, ia mengikat rambut panjangnya menjadi satu bundaran agar tidak terbasahi saat ia mandi.
Mengambil handuk yang digantung di belakang pintu, Isla berjalan ke arah kamar mandi. Menyegarkan diri.
Jujur, rumah ini sangat besar, seperti istana presiden. Ada tiga tingkat rumah. Dua tingkat teratas tidak boleh Isla datangi karena merupakan kawasan privat bagi majikan. Hanya Ibu yang boleh ke atas untuk melakukan tugasnya.
Di lantai bawah saja Isla sudah merasa sangat mewah, apalagi di atas.
Halamannya juga luas, ada dua anjing peliharaan di sana. Beberapa tanaman dan pot bunga juga ikut menghiasi dan menjadi tugas Isla untuk merawatnya setiap hari.
Mulai hari ini, Isla akan belajar memasak. Ia sudah berusia tujuh belas tahun dan akan memalukan jika membuat nasi goreng saja ia tak bisa.
Isla memeluk Ibu yang tengah memotong bawang merah dengan segera saat sampai di dapur yang tak kalah luas dengan tempat masak restoran besar. Peralatan di sana mengkilat dan mahal, jadi Isla tak punya keberanian untuk menyentuhnya dengan suka rela atau sendirian.
Ibunya adalah malaikat bagi Isla.
Ibu menyentuh tangan Isla dan melepaskan pelukan anak satu-satunya itu dengan lembut. Ibu berbalik dan melihat Isla yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
"Cantik sekali anak Ibu," puji Ibu dengan bahasa isyarat dan senyuman lembut. Tangan kanannya membenarkan rambut Isla yang sedikit acak-acakan. "Kalau mau masak, pake apron," katanya mengambil apron dari lemari di bawah kompor dan memakaikannya pada Isla.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secrets of Prince
Teen Fiction⚠️bukan kisah semanis gulali, seindah pelangi, apalagi sebahagia drama di televisi ⚠️ini reality yang penuh duri, menyayat hati dan tak berhenti menyakiti satu kali -- "Apa mau lo?" "Harta, tahta, ... semua yang lo punya." --- Jangan biarkan seseora...