03. Bucinnya Aslan

144 11 1
                                    

Selamat membaca

***
The
Secrets
of
Prince

***

"Aslan!"

Aslan yang sedang mengurus kertas-kertas berisi data anak-anak yang telah diperiksa itu mengalihkan pandangannya saat sebuah suara lembut terdengar. Seorang perempuan dengan rambut hitam panjang sepunggung yang dikepang menjadi satu terlihat di ambang pintu ruangan OSIS. Lalu, ia melangkah dan duduk di depan Aslan dengan senyuman lebar.

"Hai," sapa Aslan senang, merasa energinya terisi begitu saja saat melihat Jasmine, kekasihnya.

Jasmine menepuk lengan Aslan satu kali, menguatkannya, lalu membuka tempat makan yang dibawakannya khusus untuk Aslan karena ia yakin Aslan belum makan apa-apa. Istirahat sudah berbunyi duapuluh menit yang lalu, ruangan OSIS juga kosong, jelas-jelas Aslan bekerja keras sendirian.

Kadang, Jasmine ingin Aslan bukan seseorang di sekolah ini. Bukan Ketua OSIS yang punya banyak tanggungjawab, bukan laki-laki tampan yang menyita perhatian banyak perempuan, bukan juga ketua klub terbaik sekolah, The Art.

The Art adalah sebuah klub melukis yang hanya terdiri dari tiga anggota. Aslan, Kaisar dan Arkais. Mereka bertiga adalah perangkat inti OSIS dan terkenal di mana-mana. Hasil lukisan mereka selalu menarik perhatian dan bernilai tinggi.

Banyak yang ingin masuk ke dalam lingkungan The Art, tapi klub elit yang satu itu tidak pernah open member. Para peminat kemudian sadar diri bahwa skill Aslan, Kaisar dan Arkais memang tidak sebanding dengannya.

Jasmine ingin Aslan hanya seseorang yang berhasil menjadi alasannya untuk tersenyum lebih lebar dan lebih banyak.

Namun, takdir berkata tidak. Aslan nyatanya selalu sibuk dengan OSIS, dengan The Art, hampir tak bisa mengurus dirinya sendiri, juga memerhatikan Jasmine yang jelas-jelas adalah kekasihnya sejak satu tahun yang lalu.

Hampir setiap hari, Jasmine menyambangi tempat keberadaan Aslan setiap istirahat untuk memberinya makanan, junga mengobrol dengan penuh rasa. Mereka jarang berkencan karena selain Aslan yang punya banyak kesibukan organisasi, Jasmine juga sibuk dengan persiapan untuk melanjutkan sekolah seni di luar negeri. Jasmine sangat tertarik dengan fashion. Meski begitu, begini saja sudah cukup bagi Jasmine.

"Capek, ya?" tanya Jasmine dengan tatapan lembut.

Aslan mengangkat kedua bahunya. "Nggak terlalu. Ini cuma urusan biasa aja, kok. Sebentar lagi juga selesai."

Jasmine mengangguk, lalu menusukkan garfu pada telur gulung untuk diberikan pada Aslan. "Buka mulutnya lebar-lebar. Aaaaa."

Aslan menurut, lalu mengunyah telur gulung lembut itu. Matanya membulat dengan semangat. "Wah! Enak banget!"

"Serius?"

"Iya," balas Aslan. "Kamu cobain sendiri, deh."

"Wah, iya enak. Aku kira bakal keasinan karena tadi garamnya aku kasih terlalu banyak dari biasanya," balas Jasmine lega setelah mengunyah satu buah telur gulung.

"Kamu jago banget deh masaknya," puji Aslan.

"Makasih. Buka mulutnya lagi, aaaaa," kata Jasmine, kali ini menyuapi sosis goreng pada Aslan. Bagaimana Aslan makan dengan lahap, membuat Jasmani yakin laki-laki itu kelaparan. Jasmine terus menyuapi Aslan seperti balita.

Aslan mengunyah sambil menatap Jasmine dengan lekat. Mata jernih perempuan itu selalu membuatnya sejuk. Untuk Aslan, Jasmine seperti bidadari yang turun untuk membahagiakannya.

The Secrets of PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang