Selamat Membaca
***
The Secrets
Of
Prince***
Isla baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya. Sebelumnya, ia mendapatkan tugas dari Ibu untuk membeli in healer dan hot cream ke minimarket terdekat. Isla akan melakukannya sekarang.
Setelah memakai jaket karena udara malam akan menusuk kulitnya, Isla keluar kamar saat Ibu telah tertidur pulas. Pelan-pelan, Isla kembali menutup pintu kamar tersebut.
Lantai satu rumah majikannya sudah gelap, hanya lampu dapur yang menyala. Itu sudah jadi kebiasaan karena beberapa kali keluarga majikan merasa lapar saat tidur dan terbangun karenanya.
Isla keluar dari rumah dan mengeratkan jaketnya saat angin malam menyerbu kakinya yang mulai melangkah. Isla merapatkan giginya dan segera berlari.
Jarak minimarket itu hanya lima puluh meter. Tak butuh waktu lama untuk Isla sampai di tempat itu dan membeli apa yang ia butuhkan. Namun, saat melihat deretan mie instan cup, lidahnya membuat dirinya terpaksa.
Lidahnya ingin merasakan hangatnya mie instan saat malam dingin ini. Tanpa berpikir panjang lagi, Isla mengambilnya, lalu menyeduhnya dan memakannya di tempat yang disediakan.
Di malam yang dingin ini, sungguh nikmat sekali mie instan panas dalam cup. Apalagi ada minuman manis yang melengkapi.
Lengkap sudah bahagia Isla.
***
Aslan berdecak kecil, lalu menelpon seseorang. Jam tangan pemberian Jasmine tak ada di mana-mana. Aslan sudah mencarinya di ruang OSIS, kantin, rooftop dan tempat lain yang pernah ia singgahi hari ini.
Lalu, Aslan ingat ia juga pergi ke rumah Kaisar hari ini.
"Kai, jam gue ketinggalan di rumah lo kayaknya," kata Aslan langsung, begitu sambungan teleponnya tersambung.
Kaisar berdecak kesal. "Ceroboh banget lo."
"Ada di rumah lo?" tanya Aslan lega.
"Ada ini. Di atas sofa." Kaisar menukas agak kesal, lalu berdecak lagi. Aslan heran kenapa laki-laki itu mudah emosi hari ini. "Pengaitnya udah retak, Lan. Orang kaya kok pake jam tangan jelek, sih?"
"Itu bukan sekedar jam tangan, ya," tegas Aslan. "Gue ke rumah lo sekarang."
"Y."
Aslan menahan umpatannya di tenggorokan, lalu memutus sambungan telepon. Ia mengambil jaket kulit hitamnya dan keluar dari apartemen pribadinya.
Arkan menerima satu unit apartemen untuk Aslan sebagai hadiah menjadi Ketua OSIS. Aslan bebas mau pulang ke rumah atau ke apartemennya. Karena di rumah selalu sepi, Aslan kerap kali memilih menghabiskan malam-malam di apartemennya.
Yang meski sepi, ia merasa tak terkurung.
Aslan bebas berkeliaran malam-malam, melakukan sesuatu tanpa harus mendapatkan izin dari Arkan atau Lana dan pulang pagi tanpa harus menjawab sebelumnya ia pergi ke mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secrets of Prince
Genç Kurgu⚠️bukan kisah semanis gulali, seindah pelangi, apalagi sebahagia drama di televisi ⚠️ini reality yang penuh duri, menyayat hati dan tak berhenti menyakiti satu kali -- "Apa mau lo?" "Harta, tahta, ... semua yang lo punya." --- Jangan biarkan seseora...