Epilog

119 6 2
                                    

Enam tahun kemudian ....

Isla berhasil menjadi seorang musisi dan penyiar yang kerap wara-wiri menghiasi televisi di channel nasional. Namanya semakin di kenal dan kehidupannya telah berubah jauh lebih baik sejak ia menemukan kelompok orang bernama Islands.

Dirinya dan Ibu telah pindah dari rumah Kaisar sejak tiga tahun yang lalu.

Kehidupannya tak lagi dipenuhi rasa malu, kesal, sedih atau marah. Isla bahagia setiap hari. Mungkin, ini balasan dari perjuangan-perjuangannya di masa lalu.

Awalnya Ibu tak percaya saat Isla mendapatkan panggilan dari MTC untuk magang, lalu diterima menjadi penyiar tetap pada tahun berikutnya. Isla bekerja di sana dan mendapatkan pendapatan yang tetap.

Dengan berat, ia berpisah dengan Kaisar. Mengucapkan terima kasih pada Bapak dan Ibu atas sepuluh tahun terakhir. Saat itu, ia tak pernah bertemu lagi dengan Kaisar. Terakhir kali mereka bertukar kata adalah pada malam di mana Kaisar luka-luka.

Meski begitu, hubungan keduanya terasa baik-baik saja saat Kaisar tersenyum ketika kepergian Isla. Seolah mengatakan selamat berjuang dan sukses.

Isla melangkah bersama Islands. Mereka membuat rumah kedua yang menjadi tempat keluh kesah tanpa menyebabkan masalah yang merugikan. Setiap bulan tak lupa untuk menyambangi panti asuhan, setiap hari tak absen untuk melakukan kreasi untuk mengumpulkan dana.

Lewat channel YouTube, perform di Jalan Romantis dan beberapa cafe milenial yang dikelola per kelompoknya, Islands berhasil menjadi sebuah bank bagi pada anggotanya.

Kemudian, seperti bintang jatuh, kemampuan Isla dilirik khalayak ramai hingga dikenal menjadi salah satu musisi muda berbakat.

Bertahun-tahun berlalu, Isla sudah punya tiga album yang sukses dipasaran. Di samping itu, ia tak absen untuk menyampaikan berita berkualitas juga di televisi.

Hari ini, kegiatan Isla berjalan seperti hari-hari biasanya.

"Isla, selanjutnya ada Meet & Greet di Bandung. Apa akan dilanjutkan?" tanya Tyan lewat telepon. Laki-laki itu bertingkah seperti sekretarisnya lagi. Isla geli mendengarnya, tapi ia senang.

"Tentu." Isla menjawab. "Setelah siaran langsung di MTC, kita berangkat sore ini."

"Siap laksanakan, Nona."

Setelah selesai siaran langsung, Isla berangkat ke Bandung untuk mengadakan acara meet & greet. Isla selalu menyukai acara itu. Ia dapat melihat orang-orang yang menyukainya, mengaguminya dan mendukungnya secara langsung.

Kata-kata mereka membuat Isla bahagia. Seperti energi yang membuat kehidupan Isla bisa terus berlanjut.

Islands adalah sumber bahagianya, sumber kehidupannya, juga yang harus Isla berikan yang terbaik.

Isla sudah beberapa kali melayani, menandatangani, berfoto dan mendapatkan beberapa hadiah, sampai seseorang datang dengan sebuah album milik Isla di tangannya.

Senyum Isla langsung tercipta saat melihatnya. Sudah enam tahun sejak Isla tak melihatnya karena laki-laki itu sibuk pada studinya di London.

"Hai," sapa Kaisar. Agak canggung dan berdebar karena laki-laki itu melihat Isla semakin berkilauan.

"Hai," balas Isla santai. Ia sudah bertemu banyak orang dan Kaisar sama sekali tak mengejutkannya. "Ada apa, nih?"

Kaisar mengulurkan albumnya dengan senyuman lebar. "Mau daftar jadi Islands boleh?"

***

"Tadi aku ketemu Kak Kai, lho," cerita Isla seraya menyenderkan kepalanya pada bahu Aslan. Laki-laki miliknya.

The Secrets of PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang