Perlahan jari jemari tangan Rere membuka pintu apartemen Ten secara perlahan, tak ada sesiapa disini, hanya ada barang yang berserakan disini.
"Bang—" Rere berjalan masuk kedalam apartement Ten yang berantakan, banyak pecahan kaca disini, dengan langkah pelan ia memasuki kamar bernuansa putih itu.
"TEN—" Teriak Rere sembari berlari cepat kearah lelaki di ujung ruangan sana, ia benar benar terkejut saat melihat Ten yang mabuk dan hendak menggoreskan pisau ke tangan mulusnya. Rere menjauhkan pisau tersebut dari Ten, Ia menggenggam pergelangan Ten erat erat.
Ten menghempaskan tangan gadis itu dengan kasar, "Kenapa kesini hah? Urusin aja tu anak autis." Datar Ten dengan mulut yang berbau alkohol.
"Harusnya gue yang nanya, tadi Abang mau ngapain hah? Mau bunuh diri? Biar apa sih bunuh diri hah?" Tanya Rere sembari menatap mata sayu Ten yang kini sudah larut dalam alkohol.
"Kenapa Lo harus peduli? Yang mati gue bukan Lo. Kalo gue mati Lo bisa bebas main sama anak autis itu." Jelas Ten yang membuat Ten membuang nafasnya kasar.
"Dengerin gue, yang lakuin itu ke gue itu bukan Winwin tapi Hyunjin, Winwin selamatin gue dari gengnya Hyunjin. Tadinya Winwin di culik sama gengnya Hyunjin, terus gue disuruh kesana dan gue gatau kalo gue bakal digituin sama mereka." Jelas Rere sembari menatap mata sayu Ten.
"Lo pikir gue percaya? Gue tau siapa Winwin. Winwin itu bejad gue tau itu," Jelas Ten yang membuat Rere menggeleng kukuh tak terima.
"Berhenti salahin winwin, Ten. Dia itu gasalah, Lo berhenti berpikiran buruk tentang dia." Jelas Rere sembari menatap penampilan Ten dari rambut hingga ujung kaki yang benar benar tak terurus.
Namun sebentar, apa itu?
Bercak merah di leher Ten mengalihkan pandangannya sekarang, "Ten? Lo ga mungkin kan—" Ten tersenyum pahit saat mengerti apa yang dimaksud Rere.
"Iya, gue sewa jalang." Jelasnya sembari tersenyum tak merasa bersalah.
"Lo keterlaluan banget tau ga, bisa bisanya Lo sewa jalang. Gue pacar Lo heh, lu gamikirin perasaan gue apa? kenapa Lo jadi egois gini hah?" Mendengar jawaban Ten, gadis itu sukses naik pitam dibuatnya.
"Hah? Lo bilang gue egois? Lo sadar diri. Lo ngaca dulu, lu emangnya ga egois hah?" Tanya Ten sembari menampakan senyuman smirknya.
"Gue gapernah ya khianatin Lo," tukasnya yang membuat Ten tertawa hambar.
"Lo gapernah khianatin gue? Sok suci banget lu jadi orang. Lo itu ya lebih mentingin winwin dari pada gue, apa apa winwin apa apa winwin, selama ini yang selalu ada buat Lo itu gue bukan dia, dan lu bilang gue yang egois? Gue gabakal sewa jalang kalo Lo gaselingkuh sama winwin." Jelasnya yang membuat Rere membuang pandangannya.
"Perlu berapa kali gue jelasin? Gue ga selingkuh sama winwin, ini tuh cuma pikiran Lo doang yang mikir gue selingkuh dibelakang Lo, gue sama winwin gapunya hubungan apa apa." Tukasnya dengan suara yang naik satu oktaf.
"Tapi lu tetep aja Prioritasin winwin, lu ga ngertiin perasaan gue, Lo tetep aja egois." Kesal Ten sembari mendorong bahu Rere hingga gadis itu jatuh ke sofa.
"Jadi Lo maunya apa hah? Bilang sama gue biar gue lakuin apa yang Lo mau," jelasnya sembari menatap Ten dengan kesal.
"Gue, mau milikin Lo sepenuhnya. Gaboleh ada yang nyentuh Lo, selain gue." bisik Ten sembari menarik dagu Rere untuk mendekat dengan wajahnya.
****
Rere diam termangu hanyut dalam lamunannya, wanita paruh baya yang sedari tadi sedang mengajarkan sejarah pun ia abaikan. Matanya menatap papan tulis namun pikirannya kosong, tak ada satu pun materi yang dapat dicerna dalam otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Puberty | Winwin
Fanfiction"Aneu aneu semayem Iwin mimpyi woh," "Mimpi apa?" "Tapi aneu Janan biyang biyang cama olang ya?" "Iya gabakal gue bocorin ke orang," "Iwin mimpyi kcetemu cama twuhan-"