21

195 39 11
                                    

"Bajingan,"

Ten yang tadinya tenang tenang saja, kini menoleh ke arah Rere setelah mendengar sebuah kata itu terlontar untuknya.
"Kamu pulang, kita besok lanjutin." Jelas Ten yang sembari mengusap pipi gadis dihadapannya. Gadis dihadapannya mengangguk kecil sembari tersenyum kecil.

Rere yang sudah tak mampu menahan amarahnya lagi, kini berjalan kearah keduanya dengan perasaan yang menggebu.

Ten menampakan ekspresi terkejutnya saat Rere tiba tiba menjambak gadis yang statusnya simpanan Ten itu.

"DI BAYAR BERAPA LO HAH?" Bentaknya sembari menjambak kuat rambut hitam legam itu, sang pemilik rambut itu hanya meringis ketika merasakan tarikan hebat tersebut.

"JAWAB JALANG," Bentak Rere sembari melepaskan jambakannya dengan kasar, sehingga gadis itu terpental ke sofa.

PLAKKK

"BERANI BANGET LO SAKITIN CEWE GUE? DISINI YANG JALANG ITU ELO BUKAN DIA." Ten membantu berdiri gadis yang masih sesegukan kecil.

Rere menoleh kearah Ten yang tiba tiba menamparnya, Rere mengusap setetes darah yang keluar dari sudut bibirnya.

"Tega Lo," Lirih Rere sembari menatap Ten dengan genangan air mata yang sedikit demi sedikit menetes.

"Gue ini-"

"Jalang gue." Tukas Ten yang membuat Rere mengepalkan tangannya kuat kuat, wajahnya memerah karena sebuah amarah yang terpendam kini membeludak secara bersamaan, lelaki itu suskes membuat Rere naik pitam.

"SELAMA INI GUE GAPERNAH KHIANATIN LO, GUE SELAMA INI SETIA SAMA LO, TAPI LO APA HAH?" Bentaknya sembari mendorong kuat dada Ten hingga tubuh Ten nyaris rubuh.

"LO JAHAT, LO GAPERNAH PIKIRIN PERASAAN GUE. LO BILANG LO CINTA SAMA GUE TAPI NYATANYA APA HAH? GUE UDAH TURUTIN SEMUA KEMAUAN LO DAN LO BALES APA HAH?" Hancurlah pertahanan gadis itu untuk menahan semua tangisnya, hatinya semakin membiru dibuatnya.

Ini semua begitu tidak adil.

Ten tersenyum kecut, "Apa? Lo bilang setia sama gue?" Tanya yang membuat Rere menatapnya dengan pandangannya yang sudah kabur.

"Terus ini apa hah?" Ten memperlihatkan sebuah foto di ponselnya, foto tersebut adalah foto Winwin yang tengah berpelukan dengan Rere.

Rere tidak salah melihat kah? Ten menangis?

"Buat apa gue selama ini sayang dan cinta sama Lo, kalo Lo nya aja sayang Sama orang lain. Dan lebih parahnya Lo sayang sama orang yang gue benci banget. Lo cuma mikir gue yang selama ini jadi tokoh antagonis disini, padahal Lo aja gapernah pikirin perasaan gue." Jelas Ten dengan sedikit isakan disetiap ucapannya.

"Gue cape, gue cape kalo harus ngalah terus. Semua yang gue pengen gapernah gue dapet. Setiap orang yang gue sayang pasti lebih sayang sama Winwin dibanding sama gue. Sebegitu sempurnanya Winwin di mata Lo? Kenapa orang orang selalu milih Winwin dari pada gue?" Ten mengusap air matanya kasar. Entah ia juga tak tahu apa penyebab dirinya bisa meneteskan air matanya. Dendam itu seakan akan bangkit menghancurkan hatinya yang begitu lemah dan rapuh. Pikiran Ten terus menelusuri pada masa lalu, dimana masih ada luka yang menganga disana.

"Apa gue harus bunuh Winwin biar kalian semua bisa sayang sama gue hah?" Tanya Ten sembari mendorong bahu Rere pelan.

"Tapi gue ga punya hubungan apapun sama winwin," Sergahnya yang membuat Ten membuang tatapannya malas.
"Kalo Lo ga punya hubungan Sama dia, Lo mungkin bakal selalu jadiin gue prioritas Lo, bukan dia yang Lo prioritasin." Tukas Ten tak terima.

"Gue selama ini sering prioritasin Lo dari pada Winwin, gue selalu pengen nanya Lo lagi ngapain Lo udah Makan apa belum, tapi kayaknya Lo gapunya waktu banget buat gue. Gue kira Lo beneran ngurusin perusahaan ayah Lo, tapi apa nyatanya berbulan bulan ini Lo pergi selingkuh, hati gue sakit Ten." Jelasnya dengan suara yang bergetar tak karuan.

"Gue sayang sama Lo, gue ga sayang sama Winwin. Gue selama ini sering nunggu kabar Lo, yang selama ini gue sayang itu elo bukan Winwin." Entahlah Rere merasa berdosa akan ucapannya, ucapannya tak benar. Mulutnya berbohong dengan hebatnya, membuat hati ini yang merasakan perasaan itu menangis dan ingin membunuh mulut yang dengan kejamnya memutar balikan fakta.

Ya, perasaan sayang Rere lebih besar pada Winwin dibanding pada Ten, dan ia tak pernah tahu apa alasan perasaan itu muncul.

"Lo gausah bohongin perasaan Lo sendiri cuma buat ngehibur gue. Hati gue udah terlalu sakit Pas liat Lo sama mama lebih milih Winwin dari pada gue." Lirih Ten yang membuat Rere sedikit mengerjapkan matanya.

"Mama?"

"Gue mau kita putus kontrak," Jelas Ten yang membuat hati Rere jatuh mencelos disaat mendengarnya.

Ten mencoba keluar dari ruangan namun dengan cepat Rere menahannya.

"Gue ga mau kalo kita putus kontrak." Sergahnya tak terima dengan suara yang bergetar. Kalian pikir saja, jika Ten dan Rere putus kontrak, terus nasib bayi tak berdosa ini bagaimana? Rere masih memiliki hati nurani untuk tidak membunuhnya.

"Kenapa? Harusnya Lo bahagia karena Lo udah ga berurusan sama gue lagi, dan Lo bisa lanjutin hubungan Lo Sama winwin. Dan gue udah terlalu cape kayak gini terus, mulai sekarang kita bukan siapa siapa lagi."

"TAPI GUE GAMAU TEN," Pekik Rere sembari menarik tangan Ten kasar.

"LO NGERTI GASIH GUE TUH UDAH CAPE, KALO LO EMANG BENERAN SAYANG SAMA GUE LO HARUSNYA JAUHIN WINWIN," Ten melepaskan genggaman tangan Rere dengan kasar hingga gadis itu terjatuh.

"HEH, JANGAN KASAR YA SAMA CEWEK. BANCI LO BERANINYA SAMA CEWEK." Pekik Hyunjin sembari mendorong tubuh Ten kuat, dan membantu gadis itu berdiri.

"Gue gada urusan sama lo. Siapa Lo? Dia jalang Lo juga hah?" Rere melotot hebat ke arah Ten, begitu juga Hyunjin.



























































Rere terbangun saat ponsel yang berada disebelahnya bergetar dengan tiba tiba. Saat ia hendak mengangkat telepon tersebut, sambungan telepon tiba tiba diputuskan secara sepihak. Ternyata mama winwin yang sedari tadi menelponnya. Saat hendak menelponnya kembali, tiba tiba ada satu pesan dari bundanya Winwin.

Bunda
Winwin mau bunuh diri
Kamu bisa tolongin bunda kan?

Hello Puberty | Winwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang