Eh—kak Doy?" Sergah Rere sembari melepaskan pelukannya dengan tergesa.
"Loh Rere? Gue kira sapa." Ia mengusap rintikan air hujan yang terus membasahi wajahnya. Lalu membawa gadis itu untuk berteduh.
"Lu ngapain tadi berdiri di situ, kalo Lo kepeleset bahaya tau. Disini licin," Sergahnya yang membuat Rere terdiam membisu.
Sadar hanya mendapatkan keterbisuan, Doyoung menatap Rere dari atas hingga ujung kaki. Ia sedikit terkejut saat melihat perut Rere yang membuncit.
"Re?"
"Gue tadi mau bunuh diri bang, kenapa Abang malah tolongin sampah kayak gue?" Kini bergantian, kini Doyoung yang membisu dibuatnya.
"Lo kedinginan banget kayaknya, Kita turun kebawah ya?" Doyoung mencoba mengalihkan topik pembicaraan, mencoba menuntun gadis itu untuk berjalan kembali masuk kedalam rumah sakit namun Rere menolak itu.
Sadar jika gadis itu tak mengikuti langkahnya, Doyoung menoleh menatapnya. Keduanya sempat saling menatap seolah olah berbicara lewat telepati keduanya. Doyoung sangat tahu arti dari tatapan gadis di hadapannya itu, ada sebuah luka yang menganga disana yang dicoba untuk dikubur sedalam mungkin oleh sang pemilik luka. Mungkin tidak hanya dikubur lebih tepatnya sang pemilik luka ingin memusnahkan luka tersebut dengan langkah yang menuju kearah sebuah kematian?
Beberapa detik kemudian Doyoung membawanya jatuh kedalam pelukannya, berharap agar separuh luka yang dimiliki gadis dihadapannya sedikit mengalir dan berpindah pada dirinya.
"Gue gabakal biarin, adek gue terjerumus ke jalan yang salah." Bisiknya disela sela pelukannya. Rere hanya terdiam membisu mendengar itu, diam diam menangis disela sela pelukan keduanya merasakan kesakitan yang semakin menjalar dipelukan keduanya.
Doyoung adalah teman SMA Taeyong, ia sangat mengenal Rere. Bahkan dulu sebelum ia memutuskan untuk kuliah diluar kota ia sangat dekat dengan gadis ini bahkan sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri.
"Masih ada gue yang sayang sama Lo disini, Ayah lo pasti sedih Re kalau liat Lo kayak gitu." Doyoung melepaskan pelukan itu, lalu menyeka air mata gadis dihadapannya dengan lembut.
"Apa Lo ga pernah berfikir gimana jadinya mama Lo kalo tau kabar anak bungsunya yang tiba tiba pergi?" Pedih kembali menjalar di relung hatinya kala mendengar ucapan Doyoung.
"Disini anginnya kenceng. Gue takutnya Lo kebawa angin, kita kebawah yu?" Rere mengangguk samar sembari terkekeh kecil, Doyoung yang melihat itu tersenyum kecil. Merangkul dan menuntun gadis itu untuk berjalan masuk kedalam rumah sakit.
"Dari dulu Lo tetep pendek ya," ledek Doyoung sembari terbahak menatap Rere yang tengah berjalan kearahnya dari arah toilet dengan mengenakan baju miliknya yang sedikit kebesaran.
"Ih Abang mah—" Rere mengerucutkan bibirnya sembari mencubit lengan Doyoung pelan sedangkan Doyoung sedikit terkekeh kecil.
"Tapi tetep lucu kok suer," Doyoung masih mencoba meredakan tawanya, sedangkan Rere hanya menirukan lagak bibir Doyoung berbicara.
"Abang kenapa ada disini? Bukannya Abang kuliah ya?" Tanyanya yang membuat Doyoung menoleh.
"Kangen sama Lo makannya gue kesini," Jawab Doyoung dengan terbahak kecil.
"Ih serius—" Rere memelototi Doyoung dengan kesal karena tak henti hentinya menggodanya.
"Oh, gue kesini abis nebus obat ayahnya Sejeong."Jelasnya yang membuat Rere menaikan sebelah alisnya.
"Kenapa jauh jauh kesini?" Tanyanya yang membuat Doyoung tersenyum kecil sembari merapikan rambut Rere yang sedikit teracak.
"Kebetulan obatnya langka banget, gue udah cari dirumah sakit manapun katanya stoknya lagi kosong, terus ada temen gue yang kerja di apotek rumah sakit ini, dan dia bilang obatnya masih ada disini, yaudah gue kesini." Jelasnya yang membuat Rere mengangguk kecil menandakan mengerti.
"Lu ngapain kesini malem malem? Abis jengukin siapa?" Tanyanya yang membuat Rere kembali menoleh dengan tatapan sendunya.
"Rere habis jengukin bang Ten, dia koma." Jelasnya yang membuat Doyoung sedikit terkejut akan jawabannya.
"Ten koma? Kenapa bisa?" Tanyanya sedikit khawatir akan keadaan teman lamanya itu.
"Ten dihajar winwin sampe koma," jelasnya yang membuat Doyoung terkejut untuk keduakalinya.
"Winwin?" Rere mengangguk kecil sebagai jawaban.
Setelah bertahun tahun ia tak mendengar nama itu, kini di detik yang sama nama itu terlontar dan berjalan masuk menusuk kedalam pendengarannya. Ada sebuah luka dan rasa bersalah yang kembali bangkit disaat nama itu tersebut dan terdengar kembali di indera pendengarannya.
"Winwin marah sama Bang Ten, gara gara Ten hamilin Rere."
"Hah apa? Ten hamilin Lo? Kenapa bisa?" Entah sudah berapa kali ia dibuat terkejut oleh setiap kalimat yang terlontar dari mulut gadis di hadapannya.
"Waktu itu bang Taeyong, jadiin Rere taruhan gara gara kalah main judi sama bang Ten, awalnya Rere sempet nolak tapi Abang tetep maksa dan pas posisi itu juga Rere emang lagi naksir sama bang Ten. Yaudah Rere terima aja," Jelasnya yang membuat Doyoung mengangguk sembari menatapnya serius.
"Waktu itu, Ten sempet marah sama Rere karena Rere temenan sama winwin, dan Ten agak sedikit salah paham sama winwin sampe akhirnya Ten kelepasan lakuin itu waktu dia mabuk." Jelasnya yang membuat Doyoung lagi lagi mengangguk.
"Dan setelah berbulan bulan Rere sembunyiin ini semua, Hari ini semuanya kebongkar dan winwin tau tentang kehamilannya Rere. Dia murka sama Ten karena winwin ngerasa di khianati. Dia selalu bilang kalau dia cape banget kalau harus terus ngalah sama Ten makannya dia hajar Ten sampe koma. Tapi bang, yang Rere bingung sebenernya winwin sama Ten punya hubungan apa? Rere ngerasa ada yang janggal disini tapi setiap Rere mau cari tau, semuanya bungkam seolah olah Rere gaboleh tau masalah itu." Jelasnya yang membuat Doyoung merubah posisi duduknya menjad lebih tegap.
"Re, udah malem. Gue anter pulang ya? Kereta gue juga sebentar lagi mau berangkat." Jelasnya mencoba merubah topik dan meraih tangan Rere untuk ikut bersamanya.
Rere menggeleng kukuh, "Jangan bilang Abang juga ngehindar? Sebenernya ada apasih? Rere juga gamau pulang bang, dimana mana Rere udah dipandang jadi sampah. Bahkan bang Taeyong pun gamau Nerima Rere lagi." Jelasnya yang membuat Doyoung Kembali terduduk.
"Rere mau ikut Abang aja boleh kan? Rere gasiap liat reaksi mama kalau tau semuanya tentang kehamilan Rere." Jelasnya yang membuat hati Doyoung luluh dalam seperkian detik.
"Tapi abang telepon Abang lo dulu ya, takutnya Abang lo khawatir sama Lo." Jelasnya sembari mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.
Rere menahan itu, "Jangan bang, Rere mohon, jangan telepon bang Taeyong."
"Plis bang,"
Mau tak mau Doyoung mengangguk, dan mengizinkan gadis itu untuk ikut dengannya.
"Bang, plis jangan ngehindar. Kasih tau Rere semua tentang winwin sama Ten," Jelasnya sembari memohon kearah Doyoung.
"Gue bakal jelasin—"
"Abang juga kenal yuju? Sebenernya yuju punya hubungan apa sama mereka?" Sergahnya yang membuat Doyoung sedikit tersedak ludahnya sendiri.
"Sebenernya mereka itu—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Puberty | Winwin
Fanfiction"Aneu aneu semayem Iwin mimpyi woh," "Mimpi apa?" "Tapi aneu Janan biyang biyang cama olang ya?" "Iya gabakal gue bocorin ke orang," "Iwin mimpyi kcetemu cama twuhan-"