25

175 40 8
                                    

Rere menghentikan langkahnya ketika ia benar benar melihat Ten di luar gerbang sekolahnya.

Apakah ia dan Ten akan selesai sampai disini? Lalu bayi ini? Mengapa Rere dulu lebih memilih menjaganya dibandingkan untuk menguburkannya jika pada akhirnya Ten tetap akan meninggalkannya.

Ten yang melihat itu membenarkan posisi duduknya, lalu membuka tasnya dan mencoba mengambil selembar kertas.

"Udah lama nunggunya?" Tanya Rere mencoba membuka pembicaraan antara keduanya.

"Ngga, baru sekitar lima menit yang lalu." Jawabnya masih fokus pada tasnya yang membuat Rere tersenyum samar.

"Ten,"

Ten mendongakan pandangannya kearah gadis disebelahnya, "Apa?" Tanyanya singkat lalu merogoh tasnya kembali.

"Gue gamau perjanjian ini selesai," Perkataan itu suskes membuat Ten berhenti melakukan aktifitasnya. Ia menatap Rere dengan tatapan yang sulit di definisikan.

Ten membuang pandangannya lalu mengusap wajahnya kasar, "Tapi gue dah cape Re—" Jawab Ten sembari menghembuskan nafasnya gusar.

"Tapi gue masih sayang sama Lo," Bohong jelas itu bohong. Rere ingin kembali pada Ten karena kandungannya bukan karena ia masih sayang pada laki laki di hadapannya.

"Tapi gue lebih sayang Lis—"

"Lo jahat Ten, kalo gue bilang gamau ya gamau Ten." Sergahnya sembari merebut paksa kertas perjanjian itu dari Ten.

"Tapi gue udah capek Re, Lo jangan egois ya." Jawab Ten sembari mencoba merebut kertas tersebut dari tangan Rere.

"Gue gamau kita Pisah, titik." Rere merobek kertas tersebut yang membuat Ten tersulut emosi.

"LO KENAPA EGOIS BANGET SIH? KALO GUE BILANG UDAHAN YA UDAHAN," Bentak Ten yang sembari mendorong bahu Rere hingga gadis itu nyaris terjatuh.

Rere membuang pandangannya, "LO PIKIR LO GA EGOIS APA? LO PIKIR NYELESEIN KONTRAK CUMA SEPIHAK ITU GA EGOIS?" Bentaknya dengan nafas yang menderu.

"TAPI LO LEBIH EGOIS, GUE UDAH CAPEK NGADEPIN LO." Ten mendorong Rere hingga terjatuh, winwin yang melihat itu dengan cepat berlari menghampiri keduanya.

"ANEUUUU," Pekiknya sembari berjongkok membantu Rere berdiri, Winwin memberikan tatapan nyalang pada Ten.

"APA? LO MAU HAJAR GUE? HAJAR AJA!" Bentak Ten sembari menunjuk kearah pipinya, mencoba menyuruh winwin untuk meninju pipinya.

Melihat itu winwin diam, dan Rere beranjak berdiri meninggalkan keduanya. Bahkan ia sempat pura pura tak mendengar saat winwin memanggilnya berulang ulang kali.

Winwin menatap Ten datar, "Iwin benti Tama olang blengsek," Ucapnya lalu pergi meninggalkan Ten sendirian.






"ANEUUUU," Pekik winwin sembari berlari mencoba mengejar gadis yang sudah jauh berada di depannya. Namun gadis itu masih belum menyahut bahkan menoleh pun tidak.

Winwin yang lelah karena terus berlari memutuskan untuk berhenti mengejarnya, lalu ia mencoba menormalkan nafasnya kembali.

"Aneu tenapa si?"


















*****






"Re, kata bunda makan Sono." Taeyong menyembulkan kepalanya ke dalam kamar Rere yang terlihat begitu gelap.

"Lo aja, gue gamau." Mendengar itu Taeyong menyalakan lampu kamar adiknya itu dan sedikit terkejut saat melihat wajah pucat Rere.

"Heh Lo kenapa?" Tanyanya sembari duduk di pinggiran ranjang adiknya itu.

"Gue gapapa, gue cuma kecapean aja." Jawabnnya lalu membaringkan tubuhnya membelakangi Taeyong.

"Tapi muka Lo pucet banget, gue anter dokter ya?" Tanya Taeyong yang membuat berbalik posisi Rere menghadap kearahnya.

"Gamau, nanti juga gue sembuh sendiri." Jawabnya malas lalu menyelimuti seluruh tubuhnya.

Melihat itu Taeyong beranjak dari duduknya, lalu ia pergi dari kamar Rere. Setelah beberapa menit kemudian ia datang dengan membawa nampan yang berisikan bubur dan teh hangat.

"Sini gue suapin," mendengar itu Rere hanya menggeleng kecil.

"Gue gamau makan bang," Jelasnya yang membuat Taeyong menyimpan semangkuk bubur itu diatas nakas.

"Lo kalo ga makan gimana mau sembuh hah?" Tanyanya yang membuat Rere terdiam.

"Tapi gue gamau makan bubur,"

"Yaudah, Lo mau gue beliin apa?" Tanyanya sembari membuang nafasnya gusar.

"Gue mau beli jajanan yang didepan komplek aja. Boleh ya?" Tanyanya dengan penuh harap.

"Yaudah tungguin, gue beli dulu."

""Ih bang gue mau ikut," Taeyong memutar bola matanya malas saat mendengar itu.



















******

"Bang, gue mau ke supermarket dulu ya?" Taeyong yang sedari tadi fokus pada ponselnya kini mengalihkan pandangannya kearah adiknya itu.

"Mau ngapain?" Tanya Taeyong sembari mematikan rokok yang dari tadi ia hisap.

"Mau beli susu pisang, Lo mau nitip apaan?" Tanya Rere yang membuat Taeyong menaikan sebelah alisnya.

"Tumben nawarin? Biasanya lu larang gu—" Ucapan Taeyong terpotong saat Rere tiba tiba menyambar ucapannya.

"Mau nitip kagak? Gue lagi baik nih." Jelasnya malas yang membuat Taeyong menyunggingkan senyumannya.

"Duit Lo kan?"

"Iya, buruan deh gosah banyak bacot." Jelasnya yang membuat Taeyong tersenyum lebar.

"Susu pisang lima," mendengar itu Rere langsung berjalan meninggalkan Taeyong sendirian.
























***

"Mending coklat atau strawberry?" Tanya Sohye dengan matanya yang berbinar ke arah winwin.

"Eum, Iwin tukanya tlobeli." Jawabnya sembari menunjuk selai strawberry yang berada ditangan Sohye.

"Gue pilih rasa apa ya?" Tanyanya yang membuat winwin menoleh kembali.

"Lasa cokelat adjah imana? Aneu tuka baneut tuh Tama lasa cokelat." Jelasnya yang membuat senyuman Sohye memudar dalam waktu beberapa detik.

"Tapikan gue bukan Rere, Win." Jelasnya dengan nada datar lalu meninggalkan winwin dan keluar dari supermarket. Melihat itu, winwin menepuk bibirnya gemas karena bisa bisanya ia menyakiti perasaan Sohye untuk kesekian kalinya.

"Lama lama Iwin poton bibil Iwin ihhh," kesalnya sembari mencubit bibirnya sendiri lalu berlari mengejar Sohye.

"Oyeeee," Panggilnya yang membuat Sohye menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah winwin.

Winwin yang melihat itu langsung memeluk Sohye, berharap agar Sohye tak meninggalkannya lagi.

"Oye, Janan mayah." Jelasnya yang membuat Sohye terdiam karena winwin yang tiba tiba memeluknya.

Rere yang melihat itu langsung terdiam, ia menghentikan langkahnya dan memperhatikan keduanya yang tak jauh dari keberadaannya.

"Gue ga marah," Jawab Sohye datar yang membuat winwin mengeratkan pelukannya, dan air mata Rere berhasil jatuh dari pelupuk matanya.

"Maapin Iwin, kalena bahas aneu teyus. Iwin ndak batcal bahas aneu ladi." Ucapnya sembari melepaskan pelukannya dan mendongakan pandangannya dan melihat Rere di belakang sana.

"Aneu?"

Rere yang mengetahui winwin menyadari keberadaannya pun lebih memilih untuk pergi sembari menyeka air matanya.



"Aneuuu Janan mayah!!!!" Pekiknya yang membuat hatinya semakin sakit.



Hello Puberty | Winwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang