17

227 42 11
                                    

Drt...

Taeyong menoleh ke arah ponselnya yang bergetar dan terpampang nama Yuta disana.

Yuta
Lo ditanyain sama dosen
Sekarang ada quiz tolol

"Re," Merasa terpanggil gadis itu menghentikan langkahnya.

"Gue gabisa ikut jenguk Haechan, gue hari ini ada kuis di kampus." Jelasnya yang membuat Rere mengangguk.

"Yaudah gue berangkat sendiri aja,"













"Yang sabar Chan," Jeno merangkul Haechan sembari mengusap punggungnya lembut.

"Jen—ini mimpi kan Jen? Ibu gue ga mungkin meninggal. Ibu gue masih hidup Jen." Ucap Haechan sembari menatap makam bundanya yang penuh dengan taburan bunga.

Rere menghampiri Minju yang berdiri tepat di sebelah Jaemin, Rere sempat bingung dengan keadaanya. Kata Somi Haechan meninggal tapi kalo Haechan meninggal yang di rangkul Jeno itu siapa?

"Ju, Itu yang dirangkul Jeno siapa?" Tanya Rere pelan yang membuat Minju menoleh kearahnya.

"Haechan,"

"Bukanya Haechan udah meninggal?" Tanya Rere yang sukses membuat Jaemin ikut menoleh dengan wajah terkejutnya.

"Sembarangan Lo, yang meninggal ibunya bukan Haechannya." Bisik Jaemin sembari mendekatkan mulutnya kearah telinga gadis itu.

"Tapi kata Somi tadi?" Tanya Rere dengan raut wajah bingungnya.

"Dia mah ya, tololnya teh dari zigot. Penyebar hoax dia mah." Jaemin menoyor kepala Somi, Somi yang sedang menangis kini menatap tajam Jaemin.

"Sakit ihh, gue lagi ga minat bercanda. Ibu mertua gue—hiksrot." Somi mengelapkan ingusnya pada seragam Jaemin.

"Tolol," Hujat Jaemin yang tak di gubris oleh gadis itu.

"Yang sabar Lo Chan, Lo jangan sedih terus ya kasian ibu Lo pasti sedih kalo Lo disini nangis terus." Renjun ikut merangkul Haechan yang tak henti hentinya menangis.

"Gue izin pulang duluan ya Chan, gue sama yang lain ada turnamen basket." Jeno beranjak berdiri diikuti oleh Haechan dan Renjun.

"Yaudah kalian pulang aja, gue masih mau disini." Jelas Haechan sembari menyeka air matanya.

"Lo jangan sedih sedih ya, yang sabar Chan." Mark memeluk Haechan sekilas menepuk punggung Haechan untuk memberikan sebuah semangat.

"Yaudah, gue doain semoga turnamennya menang." Renjun tersenyum kearah Haechan lalu memeluknya sekilas.

"Kita juga balik kesekolah dulu ya Chan. Bu Wendah udah telepon, nanti pulang sekolah kita kerumah lu dah." Haechan hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban...

"Hati hati," hanya kata tersebut yang mampu Haechan ucapkan, jujur saja hatinya masih belum bisa menerima ini semua.

Ketika tempat pemakaman ibu Haechan sudah sepi, dan kini hanya menyisakan Haechan, dan Rere.

"Chan,"

Haechan menoleh saat mendengar sebias suara muncul dari arah belakang dan mendapatkan Rere yang tengah berjalan ke arahnya. Rere ikut berjongkok di sebelah Haechan, Haechan masih saja menangis sembari sesekali mengusap tanah basah yang banyak ditaburi bunga.

"Lo ga sekolah?" Tanya Haechan tanpa mengalihkan pandangannya.

"Gue di skors seminggu sama Bu Wendah." Jelasnya yang membuat Haechan sedikit terkejut.

"Kenapa?" Tanya Haechan yang membuat Rere diam memaku.

Rere memeluk sahabatnya itu, "Turut berduka ya Chan. Yang sabar ya," Ucapnya lembut mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Hello Puberty | Winwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang