"IHHH ANEU,"
Rere sedikit tersentak saat Winwin tiba tiba menarik pergelangan tangannya, membuat langkahnya berhenti begitu saja.
"Apa?" Tanya Rere sembari menatap Winwin bingung, Lelaki jangkung itu hanya menampakan lengkungan senyuman manis kearah Rere.
"Iwin maw batca butcu duwu,"
Winwin mau baca buku dulu.
Jawabannya dengan menggemaskan sembari menunjuk kearah perpustakaan dengan sumringah, kornea mata Rere hanya mengikuti arah yang ditunjuk oleh teman lelakinya itu.
"Mau ke Perpustakaan?" Tanya Rere memastikan yang membuat Winwin mengangguk dengan lucu. Rere hanya tersenyum sembari mengangguk kecil, mencoba menuruti semua kemauan Winwin. Ya, meskipun kini dirinya sedang tidak baik baik saja tapi ia mencoba menutupi semuanya, seakan akan tak ada masalah yang terjadi dalam hidupnya.
Winwin menarik pergelangan tangan gadis itu kearah perpustakaan, Rere hanya mengikuti langkah Winwin.
Rere berjalan lunglai ke arah kursi yang berada di pojok, Ia duduk dan menidurkan kepalanya di atas meja. Kornea matanya masih tetap memandangi Winwin yang sedang asik memilih buku dari kejauhan, namun tatapannya terlihat begitu kosong.
Ia masih ragu akan keputusaanya, tadinya jika Winwin tak mengajaknya untuk pergi ke perpustakaan ia akan pergi ke kampus Ten. Ia mau mencoba jujur dengan semuanya yang terjadi, jujur saja ia merasa terkekang, frustasi sendiri dengan apa yang terjadi.
"Aneu aneu, batca dweh telita ini nyih lame woh."
Tante Tante, baca deh cerita ini nih, rame loh.
Winwin berlari dengan antusias kearah Rere yang asik mengetuk ngetuk pelan meja dengan jari lentiknya seraya membaringkan kepalanya di meja.
"Tentang apaan?" Tanya Rere sembari menaikan sebelah alisnya, menyimpan dagunya di kedua telapak tangannya.
"Maw iwin batcain?"
Mau Winwin bacain?
Rere hanya mengangguk sebagai jawaban, dengan antusias winwin membuka buku cerita favoritnya itu. Baru saja akan bercerita ke antusiasan winwin terhenti saat keduanya menyadari ponsel Rere berdering. Winwin cemberut lucu karena ucapannya terpotong oleh dering telepon, sedangkan Rere hanya terkekeh pelan kearah lelaki itu.
"Bentar,"
Rere merogoh ponselnya dalam saku jaketnya, Winwin mendekatkan kepalanya kearah Rere mencoba mencari tahu siapa yang menelpon gadis itu.
Winwin tiba tiba menghentakkan kakinya kesal saat dirinya tahu Ten yang menelpon gadis itu. Rere yang sadar Winwin marah padanya pun menoleh.
"Angkat jangan?"
Tanya Rere dengan suara pelan, bukannya menjawab Winwin malah membuang muka sembari mengerucutkan bibirnya tak lupa mengembung kan pipinya.
"Ndak taw, Iwin nambek potonyah,"
Ngga tau, Winwin ngambek pokoknya.
Jawab winwin sembari mengerucutkan bibirnya lalu melipat kedua tangannya di dada.
"Yeu, malah ngambek. Gue angkat ya?" Tanya Rere sembari terkekeh kecil disaat melihat aksi manja lelaki itu.
Winwin tak menjawab ia malah semakin mengerucutkan bibirnya. Rere menampakan senyuman gemasnya, jauh dari lubuk hatinya kini perasaanya terus diselimuti oleh kekeliruan, kebimbangan seakan akan terus datang berangsur angsur menghujam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Puberty | Winwin
Fanfiction"Aneu aneu semayem Iwin mimpyi woh," "Mimpi apa?" "Tapi aneu Janan biyang biyang cama olang ya?" "Iya gabakal gue bocorin ke orang," "Iwin mimpyi kcetemu cama twuhan-"