epilog

339 42 36
                                    

Kini jam Sudah menunjukan pukul sebelas lebih dua puluh tiga menit namun Winwin belum tersadar dari pingsannya dari tiga jam yang lalu. Rere hanya bisa menangis disebelah bangsal lelaki itu.

"Win, bangun. Katanya mau tiup lilin."

Lirih Rere sembari menggenggam tangan yang terasa dingin itu sesekali mengecupnya disela sela isakannya.

Namun, tak ada sahutan dari Winwin. Winwin masih asik dengan dunianya sendiri, wajah winwin benar benar terlihat lebih pucat dari sebelumnya.

"Re?"

"Bang-" Rere langsung memeluk Taeyong dengan erat. Ia menangis, mengeluarkan segala sesak didadanya.

"Gue takut dia kenapa napa," Taeyong mengelus Surai hitam legam rambut gadis itu.

"Dia gabakal kenapa napa, Lo harus yakin sama itu."

"Tapi dia ngga bangun bangun bang, gue takut dia-"

"Sttrr, jangan ngomong yang aneh aneh. Omongan itu doa loh, Re." Taeyong melepaskan pelukannya, lalu meraih segelas air putih yang berada di atas nakas.

"Minum dulu," Dengan perlahan Taeyong memberi minum adiknya yang sesegukan itu.

"Lo tidur ya? Biar gue yang jagain dia." Taeyong menyandarkan kepala gadis itu di bahunya, ia usap rambut itu dengan lembut.

"Gue ga bisa tidur bang,"

"Yaudah, jangan nangis terus. Nanti Winwin sama Ten sedih liat Lo yang kayak gini,"

Lagi lagi ia teringat Ten. Ia bahkan hampir lupa dengan Ten.

"Keadaan dia gimana?"

"Ya masih sama, tapi ada peningkatan sedikit. Ga terlalu buruk kayak kemarin kemarin."

"Aneu-"

Taeyong dan Rere saling tatap, lalu Rere mengusap Pelan pergelangan tangan Winwin.

"Apa?" Panik gadis itu yang membuat Winwin tertawa kecil dengan suaranya yang serak.

"Aneu, nanis ya? Cengweng baneut aneu nih." Winwin masih berusaha tertawa kecil saat melihat mata sembab Rere, ia masih berusaha meyakinkan jika dirinya tidak apa apa.

Rere mengusap ubun ubun winwin dengan lembut, "Lo nya sih kayak gini terus, jadi gue nangis kan."

Perlahan tangan Winwin meraih tangan hangat gadis itu, ia usap dengan sangat lembut.

"Iya, Iwin Ndak bakwal bikwin aneu nanis lagwi. Ini hali telakhil Iwin bikwin aneu nanis. Iwin Ndak bakwal bikwin aneu nanis lagwi benelan." Winwin menjawab itu semua dengan suara seraknya.

"Janji ya gabakal sakit sakit lagi?"

Winwin mengangguk samar sebagai jawaban.

"Kuwe Iwin mana neu?" Tanyanya sembari menatap Rere bingung.

"Ini, nih kue Lo. Lo harus sembuh yu. Tuh sebentar lagi Lo tiup lilin loh," Antusias Rere sembari tak henti hentinya menangis.

"Buna mana neu?"

Rere diam sejenak, ia tak tahu harus berkata jujur atau bagaimana.

"Bunda Lo lagi dijalan, bentar lagi Dateng kok." Itu Taeyong yang menjawab, Winwin hanya tersenyum kecil sebagai balasan.

"Aneu, Iwin maw beyi esklim."

"Ngga ada, Lo lagi sakit. Jangan makan ice cream terus," omel gadis itu yang membuat Winwin cemberut.

"Ih aneu, cekali lagwi adja. Iwin Penen beyi esklim."

"Kata dokter gaboleh makan ice Cream banyak banyak, yang ada Lo harus banyak makan sama minum obat biar cepet sembuh."

Hello Puberty | Winwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang