28

156 36 3
                                    

"Mana Ten bang?" Rere berjalan cepat ke arah Dejun yang tengah duduk di kursi sembari menundukkan pandangannya.

Dejun menoleh kearah gadis di sebelahnya, yang masih menormalkan deru nafasnya.
Lalu ia menghembuskan nafasnya kasar, "Ten masih diperiksa di dalem, katanya kondisi Ten kritis." Jelas Dejun sembari mengusap wajahnya kasar, Rere sedikit terkejut akan pernyataan itu. Karena pada awalnya pagi tadi Ten baik baik saja.

"Kenapa Ten bisa kayak gini? Siapa yang lakuin ini ke Ten?"

"Winwin—" Dejun masih menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia menjawab tanpa sedikit pun menoleh ke arah lawan bicaranya.

"Winwin? Winwin hajar Ten maksudnya?" Tanya Rere masih bingung dengan alur kejadian ini, mendengar itu Dejun menoleh.

"Winwin tadi Tanding muaythai, harusnya dia Tanding dua hari yang lalu kan tapi karena winwin sempet berhari hari cedera jadi jadwal tandingnya hari ini, dan kebetulan Ten juga tanding ya otomatis mereka jadi lawan. Gue gatau jelasnya kenapa, tapi gue liat tadi winwin marah banget sama Ten sampe sampe dia gabisa berenti mukulin Ten." Jelas Dejun panjang lebar sedangkan Rere hanya mengangguk samar.

Apa winwin marah sama Ten gara gara gue?

Lamunan Rere buyar saat seorang dokter keluar dari ruangan, dengan cepat ia  beranjak dari duduknya dan menghampiri lelaki bernamtagkan Samuel itu.

"Keadaan Ten gimana dok? Dia baik baik aja kan?" Tanya Rere dengan wajah gelisah.

"Keadaan Ten masih belum bisa dikatakan baik, karena darah akibat benturan di kepalanya keluar terlalu banyak sehingga keadaanya kritis. Mungkin Ten harus dirawat sampai keadaanya benar benar membaik."

"Tapi saya bisa ketemu dia kan dok?" Tanya gadis itu sembari menatap Ten sekilas dari balik jendela.

"Boleh, tapi jangan sampai menganggu pasien ya." Jelasnya dengan ramah, Keduanya mengangguk lantas dokter itu pun pergi namun disaat Rere hendak masuk kedalam ruangan Ten tangannya ditarik kasar.

Bukan, bukan Dejun yang menariknya. Melainkan Sohye (?)

"Mau ngapain Lo disini?" Tanyanya dingin sembari mencengkram tangan itu dengan kuat.

"Lepasin ga, sakit." Protesnya sembari menghempaskan tangan Sohye kasar.

PLAKKK

Rere mengusap pipinya yang memerah, akibat tamparan tangan Sohye. Sohye mendorong bahu gadis dihadapannya hingga nyaris terjatuh.

"LO GATAU DIRI BANGET YA, ABANG GUE GINI GARA GARA LO." Pekiknya dengan mata yang mulai berkaca kaca.

"LO TAU GA, LO TUH GA PANTES BUAT ABANG GUE. LO TUH CEWE KOTOR YANG BISANYA CUMA SAKITIN ORANG ORANG YANG GUE SAYANG." Bentaknya sembari mengguncang bahu Rere kasar.

"LO SAKITIN ABANG GUE, LO SAKITIN WINWIN! HEH LO SADAR GASIH KALO LO ITU GA PANTES BUAT HIDUP. LO TUH CUMA SAMPAH LO TUH CEWE KOTOR, SEKARANG LO PERGI."

"Tapi gue mau jenguk Ten."

"Haha Lo bilang Lo mau jenguk? Yang ada Lo malah bikin dia tambah sakit. Dasar ga guna,"

"Jauhin Abang gue—"

"Jauhin winwin juga."

"Lo gada hak buat larang larang gue, Lo gada hak buat urusin hubungan gue sama winwin, karena Lo bukan siapa siapanya dia." Tukas Rere sembari melepaskan cengkraman Sohye dari bahunya.

Mendengar itu Sohye tertawa hambar.

"Haha, sebenernya disini siapa yang tolol? Yang tolol tuh gue apa Lo? Tolong sadar diri ya siapa disini yang berada di posisi orang lain." Sohye tertawa malas kearahnya.

"Maksud Lo?"

"Gue adeknya winwin, jadi gue ada hak buat larang winwin Deket Deket sama Lo."

Entahlah, kakinya melemas dalam sekerjap disaat beberapa detik itu terlontarkan dan menembus gendang telinganya.



















"Kenapa gue ngerasa paling bodoh disini?"














Hello Puberty | Winwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang