46

118 27 2
                                    

"Bunda, maaf ya gara gara Winwin bunda jadi gak bisa Dateng ke acara bunda di kantor hari ini."

wanita paruh baya itu mengusap Surai hitam rambut anak lelakinya seraya senyuman kecil terbit dari bibir cantiknya.

"Gapapa sayang, harusnya tadi kamu gausah jemput bunda. Bunda jadi ga enak hati, gara gara bunda kamu jadi kecelakaan gini. Mana yang sakit sayang?" Lirihnya yang membuat Winwin tersenyum teduh.

"Udah ga terlalu sakit kok Bun, bunda pasti capek. Bunda istirahat aja ya?" Winwin mengusap pergelangan tangan wanita paruh baya di hadapannya tak lupa dengan tatapan teduhnya, siapapun yang ia tatap pasti akan merasa damai.

Wanita tersebut mengangguk samar,

"Iya, tapi bunda mau kedepan dulu ya, bunda mau ke apotek. Luka kamu kayaknya parah,"

Dengan cepat Winwin mencegatnya, "Gausah bunda, bunda istirahat aja." Lagi lagi hanya sebuah senyuman cantik yang winwin dapat.

"Bunda ga cape kok, sayang. Kamu mau disini atau mau pindah ke kamar?" Tanyanya sembari menatap wajah indah yang penuh dengan memar yang membiru itu.

Winwin sejenak berfikir,

"Winwin mau disini aja, nunggu bundanya sambil nonton film aja. Bunda hati hati ya,"

"Iya, nanti kalau Abang Ten pulang terus dia mau makan, ada di meja makan ya makanannya, tadi bunda sempet beli makanan kesukaan kalian."

"Iya, bunda."

Sehabis itu, Winwin merebahkan tubuhnya pada sofa. Rasanya tubuhnya benar benar sudah remuk, seakan akan tulang tulangnya patah begitu saja.

Jari jemarinya dengan santai mematikan televisi melalui remote. Perlahan ia mulai memejamkan kedua matanya, mencoba menikmati keheningan.

"Bullshit."

BUGHHH

Darah segar mulai mengalir dari hidung Winwin saat Ten tiba tiba menyerangnya tiba tiba. Winwin menatap Ten dengan terperangah, ia sedikit terkejut saat Ten tiba tiba menarik kerah bajunya kasar, lalu meninju pipinya dengan keras hingga dirinya terjatuh.

Bau alkohol mulai menyeruak di Indera penciuman Winwin, Tak hanya pakaian atau rambut Ten yang teracak, Winwin sedikit terkejut kala melihat bercak bercak merah pada leher Ten. Ia berpikir apakah Ten menyewa seorang jalang? Tapi untuk apa? Separah itu masalah Ten sampai sampai ia melakukan itu?

"Sakit?" Tanya Ten sembari menatap Winwin lekat lekat.

Winwin hanya diam, ia tak menjawab. Lalu beberapa detik kemudian Ten tertawa hambar.

"Sama gue juga sakit. Bahkan lebih sakit," Monolog Ten.

Winwin hanya diam, seraya menyeka sedikit darah yang keluar dari hidungnya.

"Lo kenapa sih?"

"GUE YANG HARUSNYA NANYA LO KENAPA ANJING"

Ten menghempaskan tubuh Winwin kasar.

"Ugh—"

Winwin meringis kala Ten menendang perutnya secara tiba tiba, rasanya tubuhnya benar benar remuk sekarang.

"Gausah sok bego Lo, bangsat."

Sarkas Ten sembari menatap Ten nyalang,

"Lo tau kan gue suka sama Yuju? Dan kenapa dengan tololnya Lo ngambil Yuju dari gue?"

Nadanya Datar namun ucapannya mampu menghujam hati Winwin hingga membiru.

"JAWAB! LO PUNYA MULUT KAN?"

Hello Puberty | Winwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang