50. menuju epilog

250 31 8
                                    

Winwin membuka matanya, ia melihat sekeliling ruangan yang bernuansa putih, di iringi bau obat obatan yang menyeruak di Indera penciumannya.

Tatapannya berhenti saat melihat Rere yang menangis disebelah bangsalnya.

"Aneu," Winwin mencoba meraih tangan itu, namun tangan itu tak kunjung bisa ia genggam.

"Win, bangun." Rere genggam tangan Winwin yang dipenuhi selang infus dan terasa dingin itu, sesekali ia menciumnya.

"Aneu, Iwin udwah banun."

Namun nyatanya Rere tak kunjung menoleh ke arahnya, seolah olah Rere tak mendengar ucapannya. Winwin menoleh ke arah bangsal di sebelah kirinya. Ada raga Ten disana, tapi Winwin merasa sudah tak ada lagi kehidupan disana.

Winwin terbangun dari posisi tidurnya, ia tak perduli jika kini ruh dan raganya kini tak bersatu.

Ada seseorang yang harus ia temui sekarang juga.

Winwin berusaha membuka pintu, namun gagang pintu itu begitu sulit untuk ia sentuh.

Tak lama pintu terbuka dan menampakan Taeyong di balik pintu, dengan cepat Winwin mencoba keluar dari ruangan tersebut untuk mencari seseorang.

Winwin keluar dari ruangan, melihat lorong rumah sakit yang terlihat begitu ramai di pandangannya tapi tidak di pandangan orang orang.

Banyak ruh disini, entah itu ruh siapa. Tapi winwin menatap setiap ruh itu dengan iba.

Winwin tersenyum kaku saat ruh seorang wanita menoleh ke arahnya. Lalu dengan langkah cepat ia mencoba mencari seseorang yang benar benar ia cari.

Langkahnya terhenti saat seseorang yang ia cari kini ada di hadapannya.

Kamu tahu itu siapa?

Ten.

Ten tersenyum rapuh ke arahnya, perlahan winwin menghampiri Ten yang terlihat sedikit memudar.

Detik demi detik ia mencoba membawa Ten untuk hanyut dalam pelukannya.

Winwin merindukan ini semua, entah sudah berapa lama ia tak merasakan kedamaian seperti ini dengan Ten.

Ten pun tak menolak, justru Ten terbawa hanyut dalam pelukan Winwin dan terjebak dengan segala rasa sesak yang semakin menjalar di dadanya.

Rasa dendam Ten seolah olah sirna begitu saja, seakan akan ia terhipnotis oleh Winwin.  Jika Ten dulu melihat Winwin saja sudah terpancing emosi tapi sekarang Ten sungguh tak bisa menolak pelukan hangat yang sama sama dirindukan oleh keduanya, namun terlalu gengsi untuk mereka ungkapkan.

Ten merasakan sesuatu menjalar di tubuhnya, suatu aliran yang terasa aneh sekali sampai sampai ia melepaskan pelukannya.

Dengan mata yang terbelalak kecil ia menatap tubuhnya yang kembali terlihat utuh, dan menatap tubuh winwin yang kini malah semakin memudar.

Seakan akan mengerti apa arti dari tatapan Ten, winwin tersenyum kecil tak lupa tatapan teduhnya yang selalu mendamaikan hati siapapun yang menatapnya.

Jari jemari Winwin yang sudah memudar berusaha meraih pergelangan tangan Ten, mencoba menggenggamnya dengan erat walau hanya sebentar.

"Dia lebih butuh abang,"

Tebeceh

Hayu ih geura epilog

Besok aku up epilognya ya

Tunggu aja

Ini belom end ya

Akur yu akur bang😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akur yu akur bang😭

Hello Puberty | Winwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang