4

539 95 19
                                    

Rere turun dari motor Ten, Ten membantu membuka helm yang masih terpasang dikepala gadis itu.

"Semalem gue telepon kenapa ga diangkat? Terus pas gue coba lagi kenapa tiba tiba ga aktif, lu semalem kenapa?" Cerocos Ten yang membuat Rere menatapnya sembari mengerucutkan bibirnya.

"Hp gue di di rusakin masa," Ucapnya sembari cemberut ke arah Ten.

"Sama Taeyong?" Tanyanya sembari menaikan sebelah alisnya.

"Bukan, hp gue dibanting sama Winwin." Jawabnya dengan kesal.

Entah Rere saja yang merasa, entah Ten  yang memang betul betul mengubah ekspresi wajahnya.

"Winwin?"

Rere mengangguk cepat, "Iya Winwin,"

Ten menampakan wajah datarnya, "Jauhin dia, gue ga suka Deket Deket sama dia." Ten berbicara seraya menggantungkan helm yang Rere pakai tadi di motornya.

"Loh kok gitu?" Gadis itu menatap Ten bingung.

Belum sempat Ten menjawab, pandangan Keduanya kini  beralih ke arah ponsel Ten yang tiba tiba berdering, dengan cepat Ten mengangkatnya.

"..."

"Iya, ini dibawa."

"...."

"Iya Dejun, ini masih dijalan astaga. Lu cerewet amat, lagian gue juga bakal ngampus lah orang barangnya juga di gue," Ten memutar bola matanya malas saat mendengar ceramah Xiajoun di sebrang sana.

"...."

"Iya iya, gue gabakal telat. Ini gue anterin pacar gue dulu nape sih," Rere melotot kaget saat Ten menganggap dirinya pacar?

Demi apa Weh? Hati gue nge fly ini,-Rere.

"IYA IYA BAWEL LU AH- tutttt." Ten mematikan sambungan teleponnya dengan sepihak membuat Xiaojun sumpah serapah disana.

"Bang Dejun kenapa?" Ten mendongakan pandangannya ke arah gadis dihadapannya.

"Katanya jangan telat sebentar lagi presentasi, dan bla bla bla lah. Setiap mau presentasi pasti berubah jadi cewek tu anak." Kesal Ten sembari menghembuskan nafasnya malas.

"Yaudah, gue berangkat ngampus dulu ya? Belajar yang bener biar anak kita ketularan pinter." Ten mengacak pelan rambut Rere yang terurai lalu selepas itu ia berbalik arah menuju kampusnya.

Heh bang gue meleyod malah ditinggal-Rere.

Namun Rere sadar jika Ten tersenyum hanya sebagai formalitas belaka, ada rasa kecewa yang samar samar ia lihat dibalik senyuman itu.




















Rere masuk kedalam kelas dan mendapatkan winwin yang sedang memakan roti yang berbalut selai strawberry kesukaannya.

Rere menyimpan tasnya dibangku, lalu Winwin menoleh ke arah Rere dan menampakkan tatapan sinisnya.

Rere menaikan alisnya saat winwin menatapnya dengan nyalang.

"Kenapa lu?" Winwin tak menjawab ia malah membuang pandangannya lalu melahap rotinya dengan wajah yang terlihat sedikit kesal.

"Yeu orang nanya malah ga dijawab, harusnya juga gue yang marah gara gara Lo banting hp gue kemaren." Cerocos Rere yang membuat winwin membuka hearing Aids nya secara sengaja.

Rere yang melihat itu mengerti apa maksud winwin, "Win lu sehat kan?" Winwin tak menjawab, bahkan mungkin Rere sadar jika winwin tak mendengar ucapannya.

Padahal harusnya gue yang marah astatang-Rere.



























































Hello Puberty | Winwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang