Suasana menjadi begitu mencekik saat Winwin belum sadarkan diri dari setengah jam yang lalu. Mereka kini membawa Winwin ke UKS, karena jam pelajaran biologi sudah habis dan dilanjut dengan pelajaran matematika jadi yang menemani Winwin hanya, Chaeunwoo, Rere, Yuju dan Shutaro. Mahasiswa yang lain sedang membereskan alat alat ke dalam mobil.
"Ini Kakak udah coba harumin hidung dia pake balsem tapi ga bangun bangun." Jelas Chaeunwoo sembari menatap panik ke arah mereka bertiga.
"Kenapa Kak Winwin bisa kayak gini?" Tanya Shutaro, kebetulan ia sedang berjaga di UKS untuk seharian ini.
"Gatau, tadi juga dia kayak tiba tiba kaget gitu." Panik Rere dengan air mata yang terus menetes membasahi kedua pipinya.
"Ju, ini gimana?" Tanya Chaeunwoo pada Yuju yang terus menangisi Winwin sembari menggenggam dan mengusap tangan Winwin lembut, namun nihil gadis itu tak merespon pertanyaan Chaeunwoo, ia masih sibuk menangisi Winwin.
"Coba kamu telepon mamanya Winwin," Jelas Chaeunwoo yang kini bergantian menatap Rere.
"Rere gabawa hp kak, hp Rere dikelas. Kaki Rere juga masih sakit gara gara tadi jatoh." Jelas Rere sembari menatap Eunwoo dengan mata sembabnya.
"Oh yaudah, Kaka coba yang ambil gapapa kan?" Tanya Eunwoo sembari berdiri.
"Iya kak, gapapa. Maaf ya kak ngerepotin." Jelas Rere yang dibalas senyuan tipis oleh lelaki jangkung itu.
BRUGHHH BRUGHHH BGRUGHHH
Shutaro dan Rere kembali dikejutkan oleh seseorang yang tiba tiba menggedor pintu UKS lalu dengan wajah shocknya ia masuk. Shutaro yang melihat itu berlari kecil, kearahnya.
"Kenapa?" Tanya Shutaro pada Jisung yang terlihat lemas dengan wajah pucatnya.
"Chenle, tolongin lele. Lele digebukin kak Minho sama kak bangchan." Pekik Ji-Sung yang membuat Shutaro melotot hebat. Tanpa ba-bi-bu, Shutaro dan Ji-Sung pergi ke kantin, menghampiri Chenle yang sudah babak belur.
Dan, kembali pada keheningan. Hanya isakan Yuju yang terdengar di seisi ruangan. Winwin masih belum sadarkan diri. Rere menatap Winwin dengan tatapan sendu, untuk kedua kalinya Rere menangisi lelaki tersebut karena takut dengan keadaanya yang sering drop mendadak.
"Win—bangun." Lembut Yuju sembari mengusap Surai rambut Winwin, namun yang di ajak berbicara masih saja asik memejamkan matanya seolah olah ia sedang bermimpi dengan indah.
Entah kenapa, Rere merasa ada sesuatu di antara mereka berdua. Yuju begitu khawatir dengan keadaan Winwin sekarang. Padahal Rere baru saja melihat mereka berdua bertemu. Apakah ada sesuatu di masa lalu yang mereka simpan? Tapi apa?
"Gue kira Winwin udah—" Ucap Jihyo pelan sembari mengemas barang barang di mobil.
"Gue juga ngiranya gitu, gue ga nyangka kalo Winwin bakal balik lagi ke sekolah." Jelas Saerom sembari membantu mengemas barang bersama Jihyo.
"Eh tadi—hah heh— kelasnya Winwin sebelah mana si? Gue lupa," Eunwoo datang dengan nafas terengah engah.
"Lah itu yang dipojok lantai dua, Deket toilet. Masa Lo lupa si? Ini kan dulu sekolah kita juga." Jelas Mingyu sembari memasukan barang barang ke mobil.
"Oke oke," Eunwoo kembali berlari menaiki tangga meninggalkan mereka semua.
Rere masih sibuk memandang Winwin dengan mata sembabnya, ia mengusap tangan Winwin perlahan sedangkan Yuju kini memeluk Winwin dengan erat.
"Win bangun dong win, ini gue Yuju Win. Lo masih marah sama gue?" Tanya Yuju disela sela isakannya. Kini pandangan Rere bergantian menatap Yuju yang sedang bermonolog dihadapan Winwin.
"Win maapin gue, semuanya udah berlalu Win. Plis Lo jangan marah terus sama gue." Rengek Yuju sembari menggenggam tangan lelaki yang terbaring itu dengan lemah. Sedangkan Rere hanya menatap keduanya dengan penuh tanya.
"Kakak kenal Winwin?" Tanya Rere yang membuat gadis tersebut menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan sendu.
"Gue—"
"Mamanya Winwin udah Dateng," Tukas Eunwoo yang membuat keduanya menoleh ke arahnya.
"Winwin—" Panik seorang wanita paruh baya sembari masuk kedalam UKS dengan nafas yang terengah engah.
Wanita tersebut berlari dengan air mata yang terus menetes ketika melihat Winwin yang terbaring lemah di ranjang UKS. Wanita paruh baya yang mungkin kini usianya sudah sekitar berkepala empat itu langsung memeluk Winwin di iringi dengan isakannya.
"Sayang kamu kenapa?" Tanyanya sembari mengusap pelan Surai hitam rambut Winwin.
Mungkin ini keajaiban, Winwin terbangun beberapa detik yang lalu ketika wanita yang berstatuskan ibunya itu memeluknya dengan hangat.
"Tepaya Iwin tatit Buna," Lemas Winwin sembari menatap bundannya dengan tatapan lesu.
"Apa yang sakit? Bilang sama bunda." Jelasnya sembari mengusap pipi Winwin lembut.
Winwin menggeleng lemah, "Tekalang Uda Ndak tatit ladi," lalu ia tersenyum tipis ke arah Rere. Ia meraih tangan Rere.
"Jangan sakit sakit lagi ya," Jelas Rere dengan lembut yang membuat Winwin tersenyum kecil.
"Maaf Tante," Bundanya Winwin menoleh pada Yuju yang tiba tiba bersuara. Yuju hanya menunduk tak berani menatap bundannya Winwin.
"Yu—" Lirih bundanya Winwin yang membuat Yuju perlahan mendongakkan wajahnya perlahan.
"Maaf karena udah bikin Winwin drop," Jelasnya dengan rasa penuh bersalah.
Bundannya Winwin tersenyum, bukan tersenyum dengan arti memaafkan namun senyuman yang ia ukir adalah senyuman pahit.
PLAKK
Semua yang berada di situ terkejutkan akan pemandangan yang kurang baik untuk di pandang. Bahkan Winwin yang melihat itu pun nampak terkejut dari sebelumnya disaat melihat bundanya menampar Yuju hingga sudut bibir gadis itu sedikit berdarah.
"Dasar gatau diri,"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Puberty | Winwin
Fanfiction"Aneu aneu semayem Iwin mimpyi woh," "Mimpi apa?" "Tapi aneu Janan biyang biyang cama olang ya?" "Iya gabakal gue bocorin ke orang," "Iwin mimpyi kcetemu cama twuhan-"