24

172 33 5
                                    

"Aneuuu," Rere menoleh kearah sebias suara dan mendapatkan winwin yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah sembari melambaikan tangannya di iringi wajah sumringahnya. Rere hanya tersenyum kecil melihat itu, dengan mata berbinarnya winwin berlari kecil kearahnya, lalu menyamakan langkahnya dengan Rere.

"Aneuuu, temalem Iwin teyepon tenapa Ndak diantat? Iwin djadinya Ndak bitsa bobo, tuh liyat mata Iwin Uda tayak pandha," cerocosnya sembari menunjuk matanya dengan menggemaskan, Rere yang mendengar itu menampakan wajah pura pura tak tahu.

"Lo nelpon? Masa si? Gada telepon dari Lo perasaan," Elak Rere dengan wajah datarnya.

Winwin mengangguk cepat, "Ih ada aneu, Iwin teyepon aneu. Tenapa aneu Ndak antat teyepon Iwin?" Tanyanya sembari mendengus kesal.

"Semalem gue ketiduran, makannya ngga angkat telepon Lo." Jawabnnya dengan datar, lalu menyimpan tas nya disebelah meja Haechan.

"Woh aneu tenapa dwudwuk di citu?" Tanya Winwin sembari menampakan wajah terkejutnya.

"Lah gue emang duduk sama Haechan kan?" Tanyanya sembari duduk disebelah Haechan, Haechan masih fokus pada gamenya tak memperdulikan keduanya.

"Ihhh aneu dwudwuk Cama Iwin Juda," Jelas Winwin sembari menghentakkan kakinya kesal.

"Yaudah Lo duduk sama yang lain aja? Lu ga bosen apa duduk sama gue terus?" Balasnya masih dengan wajah datarnya.

"Ihhh aneu tenapa si? Tenapa aneu djadi itu mayah mayah teyus sama Iwin?" Tanya Winwin kesal.

"Gue ga marah marah juga, udah deh gausah ngomong terus. Sakit telinga gue dengernya, udah Lo duduk aja sama Mina aja." Tukasnya sembari menatap Winwin dengan kesal.

Winwin pergi sembari menghentakkan kakinya kesal, sedangkan Haechan menatap Rere heran.

"Eh eh lu ngapa duduk disini?" Rere sukses menoleh saat mendengar pertanyaan Haechan.

"Sttt, izinin gue duduk disini plis—" Pintanya sembari memohon.

"Yaudah, Lo duduk sini aja. Tapi itu Lo ga kasian apa liat Winwin cemberut mulu, kalo nangis gimana noh." Jelas Haechan sembari melirik winwin yang mengerucutkan bibirnya kesal.

"Yaudah lah biarin aja, nanti juga dia baik lagi." Jelasnya sembari membuka buku paket sejarah lalu menutupi wajahnya dan tertidur.

"Gabiasanya Lo gini, Lo marahan sama dia?" Cerocos Haechan yang lagi lagi membuat Rere menoleh dengan wajah malasnya.

"Sttttttt, ga boleh bacot."























"Aneuuu, Iwin bawa woti lasa stobeli. Aneu maw?" Tawarnya sembari memperlihatkan kotak bekalnya yang berisikan roti kearah Rere.

"Ngga, gue kan udah bilang gue gasuka rasa strawberry." Jawabnya yang membuat winwin sedikit kecewa.

"Tapi Iwin juda bawa woti  lasa cokelat woh neu, aneu tuka lasa cokelat Tan?" Tanyanya dengan penuh harap.

"Iyasih gue suka cokelat, tapi gue lagi  gamau makan coklat. Lagian Ten tadi bawain gue makanan buatannya—loh Ten kok tau si gue suka banget sama Bungeoppang." Bohong Rere sembari mengeluarkan ekspresi senangnya, padahal yang menyiapkan bekalnya tadi adalah Taeyong, dan kenyataan hubungan Rere dan Ten belum benar benar membaik, dan juga selain Rere tidak menyukai strawberry ia juga tak pernah menyukai kacang merah karena itu bisa membuatnya hampir mati.

"Aneu Tan ndak tuka katang meyah?" Tanya Winwin sembari sedikit melongo kearah gadis itu yang lahap sekali memakan Bungeoppang.

"Kata siapa gue ga suka kacang merah? Gue suka banget sama kacang merah, ternyata Ten pinter masak juga ya." Ujarnya sembari lahap memakan beberapa Bungeoppang yang dibelikan Taeyong tadi. Melihat itu winwin sedikit kecewa karena Rere lebih memilih masakan Ten dari pada bekalnnya.

"Wahhh rotinya enak nih, gue cobain ya?" Sohye duduk disebelah winwin sembari mengambil roti rasa coklat yang ia buat untuk Rere tadi.

Senyuman Rere pudar saat melihat kedatangan Sohye dan mencoba untuk akrab dengan winwin.

"Wah enak banget rotinya, Lo ini buat sendiri?" Puji Sohye yang membuat winwin mengangguk sembari tersenyum kaku.

"Kapan kapan kita bikin roti bareng boleh? Ajarin gue cara bikin rotinya mau kan?" Tanyanya dengan mata berbinarnya yang otomatis winwin tak bisa menolaknya.

"Boyeh boyeh—" Ucap winwin sembari memasangkan wajah manisnya.

Uhuk..uhuk..

Merasa tak dipedulikan Rere pergi berlari meninggalkan keduanya, sesak didadanya semakin melambung membuat dirinya berlari ke arah toilet.

"OHOK—"

Rere memuntahkan semua makanan yang ada di mulutnya. Dengan terengah engah ia menarik dan menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dengan berulang ulang kali ia mencoba menormalkan kembali pernafasannya.

Ia mengambil ponselnya, lalu jarinya dengan gerak cepat menekan nomor Taeyong dan segera menelponnya.

"Apa?"

"Lu mau bunuh gue apa gimana hah?" Taeyong mengkerutkan keningnya saat mendengar Rere yang tiba tiba memarahinya.

"Heh lu kenapa? Tiba tiba marah, sehat Lo?"
Tanya Taeyong yang membuat Rere memutar bola matanya malas.

"Lu yang gak waras, udah tau gue gabisa makan kacang merah. Malah lu bekelin yang ada kacang merahnya, lu punya dendam apa si sama gue?" Protesnya sembari menghisap obatnya kembali.

"Hah? Kapan gue ngasih kacang merah Sama Lo?" Tanya Taeyong dengan ekspresi terkejutnya.

"Lu tadi pagi ngasih gue bekel Bungeoppang, udah tau Bungeoppang itu ada kacang merahnya tolol." Hujat Rere yang membuat Taeyong memasangkan wajah malasnya.

"Kalo udah tau Bungeoppang ada kacang merahnya kenapa malah lu makan tolol?" Kini gantian Taeyong yang menghujatnya balik.

Dengan malas Rere mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, lalu ia menyandarkan punggungnya pada tembok. Menatap langit langit WC dengan nafas yang sedikit lebih lega.

Ting...

Rere menoleh kearah ponselnya, yang tiba tiba berbunyi dan ada satu pesan yang menarik perhatiannya disana.

Ten

Gue sekarang bakal jemput lu ke sekolah

Lu harus tanda tanganin perjanjian

Kalo kita udah bener bener selesai











TBC





Hello Puberty | Winwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang