Drt...
Dengan malas Rere merogoh ponselnya di saku jaket tebalnya, lalu melihat nama Taeyong tertera di layar ponselnya.
"Apa?" Tanyanya sehabis menggeser tombol hijau di ponselnya itu.
"Nitip tete pisang ya Re," Rere yang mendengar itu mengkerungkan alisnya kesal.
"Gada gada, duit gue ngepas," Tukasnya yang membuat Taeyong memasang wajah nyenye nya dengan malas.
"Ih, pelit Lo." Kesal Taeyong namun Rere tak perduli dengan perkataan tersebut.
"Bodo," Jawabnya sembari membuka freezer dan mengambil beberapa ice cream disana.
"Atuh Re, cuma satu beneran." Rere menimang nimang keputusannya.
"Duit gue bakal diganti ga nanti?" Tanyanya sembari mengambil ciki ciki yang tertera di rak.
"Iya, nanti gue gantiin duit Lo." Jawab Taeyong ogah ogahan disebrang sana.
"Yaudah, beneran satu ya."
"YEEE KATA SAPE BELI SATU? GUE MAU NYA LIMA GAMAU TAU KUDU LIMA—tuttttt." Sergah Taeyong lalu mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
Rere menampakan wajah datarnya sembari menatap ponselnya yang sambungan teleponnya tiba tiba diputuskan secara sepihak, "Membagongkan." Kesalnya sembari mengambil lima susu pisang di kulkas.
Dengan malas ia berjalan menuju arah kasir, namun dari kejauhan ia sempat melihat seseorang yang benar benar ia kenali, otomatis ia menghentikan langkahnya.
"Semuanya jadi empat puluh lima ribu kak," Jelas sang pelayan dengan ramah, ia tersenyum sampai lesung pipi itu terlihat begitu indah.
"Tebental, Iwin ambyil uana duwu." Winwin merogoh saku celananya namun benda yang ia cari tak kunjung ia temui.
Sebentar, Winwin ambil uangnya dulu.
"Yahhh, uan Iwin tetinggalan di yumah." Jelas Winwin dengan raut wajah sedih.
Yah uang winwin ketinggalan di rumah,
Winwin menatap pelayan dengan tatapan imutnya, "Iwin ambyil esklimnyah duwu boyeh?" Tanya Winwin dengan tatapan penuh harap.
Winwin ambil eskrim nya dulu boleh?
"Yah, gabisa kak. Kaka harus bayar ice creamnya dulu." Jawabannya dengan lembut.
"Tapi ntal Iwin ketini ladi." Ucap winwin meyakinkan.
Tapi ntar Winwin, kesini lagi.
"Maaf kak, tetep gabisa.", Jawabnya lagi yang membuat winwin cemberut.
"III ANEU NDAK PETAYA TAMA IWIN? IWIN OYANG BAIHK TAW, NTAL IWIN ANTELIN UAN NA." Kesal winwin kesal sembari menghentakkan kakinya lucu.
Ihh Tante nggak percaya sama Winwin? Winwin orang baik tau, ntar Winwin anterin uangnya.
"Maaf kak, tapi itu sudah peraturannnya."
"AAAA NDAK MAW TAW IWIN NAMBEK, IWIN ADUIN TAMA BUNA NTAL," Winwin menangis seperti anak kecil karena ia tidak bisa mendapatkan ice cream yang ia inginkan.
Aaaaa ga mau tau, Winwin ngambek. Winwin Aduin sama bunda ntar.
Rere yang melihat itu langsung menghampiri winwin yang selonjoran di lantai sembari menangis.
"Heh lu kenapa nangis? Berdiri ga? Ga Malu heh diliatin orang?" Rere sedikit berjongkok dan menatap Winwin dengan heran.
"Ndak maw, Iwin maw esklim, aneunyah jaat Tama Iwin, maca Iwin ga boyeh bawa esklimnya duwu? Iwin nambeuk nih—hiks." Keukeuh winwin sembari tetap menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Puberty | Winwin
Fanfiction"Aneu aneu semayem Iwin mimpyi woh," "Mimpi apa?" "Tapi aneu Janan biyang biyang cama olang ya?" "Iya gabakal gue bocorin ke orang," "Iwin mimpyi kcetemu cama twuhan-"