Decakan demi decakan terus terlontar dari mulut si bujang yang satu ini, "Ck lama banget, cepet atuh ih!" kesal Taeyong sembari menoleh kearah Rere yang masih duduk dibelakang dan meroling bola matanya malas.
Sang empunya malah semakin kesal, ketika melihat reaksi kakaknya yang tidak sabaran.
"Kalem atuh anjir, orang gasabaran pantatnya lebar." Protes Rere sembari membuka helmnya, lalu membenarkan rambutnya yang sedikit teracak.
Lagi lagi Taeyong berdecak kesal sembari melipat kedua tangannya didada. "Cepet ih turun, gue bisa bisa telat masuk kuliah njir."
"Kalem anjir make liptint dulu biar bibirnya bahenol." Rere memoleskan liptint pada bibir mungilnya.
"Dandan aja teros." Ledek Taeyong dengan raut wajah ogah ogahan.
Cup
Karena kesal dengan ketidaksabarannya Rere mengecup pipi laki laki dihadapannya yang berstatuskan kakaknya itu dengan nakal, sehingga tertanggal lah lipstik di pipi mulus tersebut."Bacot Lo." Bisiknya lalu memberikan helm miliknya pada Taeyong. Taeyong yang mendapatkan itu hanya memasangkan wajah jijiknya dan berlagak ingin muntah.
"Jyjyq lonte," mendengar itu Rere melotot horor ke arah Taeyong lalu menjambak rambut itu dengan kesal.
"Afah sayang? Kamu bilang afah? Telinga akuh belum di bersiin jadi ga kedenger tadi kamu bilang afah. Bilang sekali lagi sayang!" Ujar Rere dengan muka merayu namun nada bicaranya penuh penekanan.
"SAKIT ANJROD," Pekiknya sembari mencoba melepaskan jambakan adiknya itu.
"Enak ae bilang gue lonte, gue gini kan gara gara Lo anjer." Kesalnya sembari menoyor kepala Taeyong.
"Eh tapi Lo semalem ga siapa apain sama Ten kan?" Tanya Taeyong yang membuat Rere turun dari motor sembari mendengus sebal.
"Iya sih ga di apa apain, tapi lo tetep jahat bang." Rere mendengus kesal sembari menimpuk kepala kakak laki lakinya itu dengan kesal.
"Dih kudunya lo bersyukur bangzat." Lagi lagi Taeyong membenarkan rambutnya yang teracak akibat mendapatkan toyoran dari adek bangsatnya itu.
"Dih gue kudu bersyukur dari belah mananya? Jadi jalangnya si Ten? Kudu bersyukur? Gila lo bang. Dasar Abang sesat," Gadis tersebut hanya membuang pandangan sembari melipat tangannya di dada lalu mendengus kesal.
"Hilih bacot, soksoan jual mahal. lo juga suka tuh pastinya. orang lo nya aja suka sama dia." Ledek Taeyong sembari menoyor kening adiknya itu.
"Eh tapi gue jadi jalangnya dia cuma sek—" Ucapan Rere terpotong karena Taeyong tiba tiba pergi begitu saja.
"ABANG BANGZAT!" Pekik Rere kesal sembari menghentakan kakinya. Lalu masuk kedalam sekolah, Untuk melampiaskan kekesalannya gadis itu menendang batu kerikil yang berada didepannya dengan kesal. Tak peduli jika orang orang disekitarnya mengganggap dia gila.
"GUYAYIIIII,"
"Gulali,"
"Arghhhh—"
Rere memekik hebat ketika rambut yang terurai panjang itu dijambak kuat oleh seseorang. Rere menoleh kearah seseorang yang menjambak rambutnya, ia tak mengenali dirinya apakah dia anak baru? Tapi matanya seakan akan familiar dengan wajah tersebut, namu ia pernah melihatnya dimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Puberty | Winwin
Fanfiction"Aneu aneu semayem Iwin mimpyi woh," "Mimpi apa?" "Tapi aneu Janan biyang biyang cama olang ya?" "Iya gabakal gue bocorin ke orang," "Iwin mimpyi kcetemu cama twuhan-"